Quantcast
Channel: Olive's Journey
Viewing all 398 articles
Browse latest View live

5 Film Rohani Kristen Penawar Kegalauan

$
0
0

Pandemi Covid-19 yang menjalar sejak awal tahun, menghantam semua sektor kehidupan. Banyak orang menjadi goyah karena kehilangan orang – orang kesayangan, sumber penghasilan, dan harus siap menghadapi tatanan kehidupan baru yang serba tak nyaman.

Ada yang hilang ketika kehidupan sosial dibatasi dan kebiasaaan – kebiasaan yang (dulu) wajar harus diubah dengan berdiam dan berkegiatan di rumah saja. Bahkan keraguan akan penyertaan bahkan keberadaan Tuhan pun mencuat ke permukaan.

Benarkah TUHAN itu ada?
Kalau DIA ada, kenapa (pandemi) ini terjadi?
Apakah dunia segera kiamat?

Yang berusaha tetap bertahan, tentu saja ada. Meski bosan pastilah menghampiri. Siap, tidak siap; kita harus mulai terbiasa dengan pembatasan sosial berskala besar dalam tatanan kehidupan baru. TUHAN tidak akan membiarkan kita melangkah sendiri selama kita juga setia di jalanNYA.

Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi. – [Mat 1:5]

Diperlukan stimulas yang sehat agar dapat bertahan dengan pemikiran positif dalam masa pandemi yang entah kapan berakhir agar kehidupan sosial, mental, terlebih rohani dapat terus bertumbuh dengan baik. Menonton film salah satu stimulus yang baik untuk membangun motivasi, mencari inspirasi, terapi kesehatan di samping sarana hiburan untuk mengatasi jenuh di rumah.

5 (lima) film rohani Kristen berikut memiliki pesan kuat tentang iman yang tak goyah walau dalam kondisi sangat sulit sekali pun.

1 – Faith Like Potatoes (2006)
Film drama yang diangkat dari kisah nyata seorang Skotlandia yang lahir di Afrika Selatan, Angus Buchan. Angus (Frank Rautenbach) terlahir dari keluarga petani yang menaruh percaya pada keberhasilan karena usaha dan kerja keras yang dilakukan dengan kekuatan tangannya sendiri. Keadaan memaksa Angus dan keluarganya meninggalkan tanah pertaniannya di Zambia dan memulai satu kehidupan baru di ladang yang baru dibelinya dengan mencoba menanam kentang.

christian film, rekomendasi film rohani yang bagus, film rohani yang wajib ditonton, film rohani kristen

Karakternya yang keras pelan – pelan diubahkan Tuhan lewat mujizat – mujizat yang dialaminya dalam setiap kesulitan yang ditemui di kehidupannya. Angus belajar bahwa iman bertumbuh seperti bibit kentang yang ditimbunnya ke dalam tanah tanpa tahu proses yang terjadi di dalam sana hingga tiba waktunya panen, baru kelihatan wujudnya. Iman adalah pengharapan satu – satunya pada Tuhan yang menggerakkan Angus mengajak Simeon (Hamilton Dhlamini), pembantunya, untuk berdoa memohon hujan turun saat api melahap ladangnya di musim kemarau panjang.

Transformasi besar terjadi dalam kehidupannya ketika Angus dan keluarganya memutuskan untuk menerima Kristus secara pribadi dan berserah total pada tuntunan Tuhan.

2 – The Blind Side (2009)
Diangkat dari kisah nyata kehidupan Michael Oher, atlet football Amerika. Perjuangannya untuk keluar dari trauma sebagai anak yang lahir dari keluarga broken home dan pertemuannya dengan keluarga Tuohy yang membawa perubahan besar dalam hidupnya.

christian film, rekomendasi film rohani yang bagus, film rohani yang wajib ditonton, film rohani kristen

Kasih, kesabaran, dan kepekaan Leigh Anne Tuohy (Sandra Bullock) melihat potensi tersembunyi dari Oher (Quinton Aaron) meyakinkannya untuk membantu Oher bahkan mengangkatnya menjadi anak.

3 – War Room (2015)
Sukses dalam karir tak selamanya menjadi cermin keberhasilan menjalani kehidupan berumah tangga meski dari luar semuanya tampak baik-baik saja. Hal ini berlaku bagi keluarga Tony dan Elizabeth Jordan. Tony (T.C. Stallings) yang egois, angkuh dengan pencapaiannya dan keras kepala; tak menghargai keluarganya. Elizabeth (Priscilla Shirer) yang juga sibuk dengan pekerjaannya sebagai agen penjualan rumah serta hubungan yang tak harmonis dengan Tony pun lebih sering membalas dengan keras kepala sikap Tony. Keseharian mereka diwarnai dengan amarah. Perbincangan sederhana di meja makan bisa berakhir dengan luapan emosi karena masing-masing mengedepankan ego, hingga Danielle (Alena Pitss), puteri semata wayangnya sering pula terkena tempiasan emosi.

christian film, rekomendasi film rohani yang bagus, film rohani yang wajib ditonton, film rohani kristen

Rumah tangga Elizabeth dan Tony mengalami masa suam-suam kuku. Pertemuan Elizabeth dengan Oma Clara (Karen Abercrombie) mengantarkannya pada sebuah perubahan dalam menghadapi persoalan kehidupan. Padanya, Oma Clara berbagi tentang arti berserah, mendoakan dan mengasihi suami yang dibencinya, dan berperang lewat doa untuk melawan iblis yang mengacaukan hidup dan rumah tangganya untuk menyelamatkan perkawinannya. Jika kau menginginkan kemenangan, kau harus menyerah lebih dulu.

War Room bercerita tentang bagaimana karakter seseorang diubahkan lewat doa.

4 – Hacksaw Ridge (2016)
Hacksaw Ridge, film drama perang yang digarap berdasarkan kisah veteran paramedik Amerika semasa perang dunia kedua pada pertempuran Okinawa, Jepang; Desmond T. Doss. Terpanggil untuk mengabdi pada negara, Doss (Andrew Garfield) memutuskan untuk ikut wajib militer. Sebagai pemeluk Advent Hari Ketujuh yang taat, Doss tak ingin menyakiti sesama meski di situasi perang, pantang baginya memegang senjata. Karenanya ia mengajukan diri menjadi tenaga medis.

christian film, rekomendasi film rohani yang bagus, film rohani yang wajib ditonton, film rohani kristen

Doss tak pernah lupa untuk berdoa acap kali hendak melakukan sesuatu. Doss merasa tak ada yang salah dengan apa yang diyakininya. Apa yang dia lakukan pun tak merugikan orang lain, tapi bagi orang di sekelilingnya Doss adalah orang yang bermasalah. Doss rela dimasukkan ke dalam sel, yang membuat dirinya sendiri mengalami perang bathin terlebih karena hari dirinya disel adalah hari pernikahannya. Ia rela dipenjara demi mempertahankan imannya.

Sejarah mencatat, pertempuran Okinawa adalah salah satu pertempuran hebat semasa Perang Pasifik. Panggilan jiwanya untuk menolong sesama, membuat Doss memutuskan tinggal di atas bukit meski dirinya memiliki kesempatan untuk menyelamatkan diri sendiri. Selama 12 jam ia berlari dan menarik tubuh – tubuh yang terluka, memberi pertolongan pertama lalu menurunkan mereka ke lembah dengan seutas tambang, sendirian!

5 – Overcomer (2019)
John Harrison (Alex Kendrick) adalah pelatih basket di sebuah SMA yang bertekad membawa tim-nya menjadi juara dalam kompetisi ketika keadaan ekonomi memaksa anggota tim-nya ikut orang tua mereka pindah ke kota lain karena pabrik tempat sebagian besar warga kota itu mencari nafkah, tutup. Agar tetap memiliki kegiatan, kepala sekolah memberi John tugas baru untuk melatih atlit lari lintas alam. Pekerjaan baru yang tak disenangi dan membuatnya stres sehingga sering timbul riak – riak di keluarganya.

Meski setengah hati, John akhirnya melatih Hannah Scott (Aryn Wright Thompson), satu – satunya siswa di sekolah yang tertarik untuk ikut olah raga lintas alam dan mempersiapkannya untuk ikut kompetisi. Hannah memiliki persoalannya sendiri tinggal bersama nenek yang merawatnya sedari kecil juga dalam mencari jati dirinya.

overcomer, christian film, rekomendasi film rohani yang bagus, film rohani yang wajib ditonton, film rohani kristen

Selama masih hidup, setiap manusia tak lepas dari masalah. Yang membedakan adalah bagaimana cara kita melihat dan menempatkan masalah itu. Perubahan – perubahan besar terjadi ketika John melibatkan Tuhan dilibatkan dalam menyelesaikan persolannya. Dan Hannah, menemukan jawaban atas pertanyaan siapakah dirinya ketika membaca Efesus.

Ditulis untuk Buletin Oikoumene Persekutuan Gereja – gereja di Indonesia, dibagikan di sini sebagai dokumentasi.


Hoa Lo: Tak Ada Kamar Kosong untuk Staycation di The Hilton Hanoi

$
0
0

Satu petang di awal musim semi 1941. Seorang perempuan muda digiring beberapa lelaki berseragam melewati gerbang Maison Centrale. Langkahnya pendek – pendek. Kedua tangannya menggantung di depan, disatukan dengan borgol. Dua orang tentara Prancis mendorong – dorong badannya dari belakang dengan popor senapan agar ia berjalan lebih cepat. Matanya awas pada setiap pasang mata yang menyambut kehadirannya dengan penuh selidik. Tatapannya dingin. Tak sedikitpun menunjukkan gentar.

+ Pham Thi Van!
–  Dung

Seorang petugas lain datang mendekat, memberinya dua setel pakaian untuk dikenakan selama dirinya berada di Maison Centrale. Ia juga mendapatkan selembar selimut wol yang tak terlalu tebal untuk menghangatkan tubuhnya dari dingin di malam hari. Ada cap khusus pada pakaian yang diterimanya. Huruf MC – singkatan dari Maison Centrale – tercetak besar pada baju dan celananya; penanda dirinya bukan tahanan biasa.

hoa lo prison, the hilton hanoi, museum must visit in hanoi, vietnam history

Goi to la .. Hoang Ngan, bisiknya lirih nan tegas
+ Dong y

Pham Thi Van, nama pemberian orang tuanya. Namun perempuan itu lebih senang menggunakan nama yang dia pakai selama aktif berorganisasi, Hoang Ngan. Usianya belumlah genap 20 tahun. Ia Pemimpin Pergerakan Perempuan Pembebasan Tonkin, salah satu organisasi di bawah Partai Komunis Indocina. Ia tertangkap saat menghadiri pertemuan Partai Komunis Indocina di Ha Dong. Dirinya tak sempat melarikan diri karena sibuk membantu teman – temannya kabur dari penggerebekan. Atas semua kegiatan yang telah dilakukan untuk partainya, ia dipandang sebagai pemberontak terhadap Prancis yang menguasai Indocina saat itu. Pengadilan memutuskan ganjaran 12 tahun penjara.

hoa lo prison, the hilton hanoi, museum must visit in hanoi, vietnam history

hoa lo prison, the hilton hanoi, museum must visit in hanoi, vietnam history

Meski ruang geraknya dibatasi tembok penjara, Hoang Ngan tak berhenti melakukan pergerakan bersama tahanan politik lain yang dijumpainya di Maison Centrale. Jiwa mudanya selalu berkobar. Ia berbagi pengetahuan apa saja yang dia ketahui termasuk budaya dan politik kepada tahanan perempuan. Mengajak dan mengajari mereka baca tulis, memperjuangkan pengobatan bagi tahanan perempuan yang sakit, menggerakkan aksi mogok makan dan mengatur distribusi makanan untuk mereka yang berada di sel isolasi. Ia juga menjadi penghubung komunikasi dengan kawan seperjuangan, di dalam dan ke luar penjara.

hoa lo prison, the hilton hanoi, museum must visit in hanoi, vietnam history
Barak khusus perempuan

Pengawas penjara yang mencium geraknya jika tak dibatasi sebagai ancaman, mengisolasi dirinya ke sebuah sel dengan dinding bercat hitam pekat. Sel itu terletak di sisi kanan Maison Centrale. Berderet dengan beberapa sel khusus untuk pesakitan yang menunggu waktu hukuman mati. Kira – kira 10 langkah dari selnya, terdapat barak khusus tahanan perempuan yang ditempati beramai – ramai dengan anak – anak mereka yang masih balita.

hoa lo prison, the hilton hanoi, museum must visit in hanoi, vietnam history
Sel isolasi Hoang Ngan

Pada 1943, di bulan kedelapan, ia mendapatkan tetangga sel. Seorang pemuda, petinggi partai yang dikenalnya cukup dekat; Hoang Van Thu, Sekertaris Partai Komunis Indocina. Hukuman buat Van Thu lebih singkat. Dia dijatuhi hukuman mati pada awal 1944. Sebelum dieksekusi, Van Thu menulis sebait pesan pada secarik kertas untuk Hoang Ngan:


though we are in prison, in face of peril
our strong will is taking wing at liberty
my friends! far and near, strive to fight!
and persevere in your fidelity!

Ada segelintir kabar angin yang berdengung, tokoh revolusi yang juga dikenal sebagai seorang penyair itu; memiliki hubungan istimewa dengan Hoang Ngan. Beberapa literasi menuliskan, mereka sepasang kekasih yang baru saja bertunangan. Bahkan semasa hidupnya, Hoang Ngan mengakuinya sebagai suami. 25 April pk 06.00 .. sebutir peluru mengantarkan Hoang Van Thu ke keabadian. Ia menutup usianya di angka 35.

hoa lo prison, the hilton hanoi, museum must visit in hanoi, vietnam history

hoa lo prison, the hilton hanoi, museum must visit in hanoi, vietnam history
Sel isolasi untuk pesakitan yang siap dieksekusi

Maison Centrale dibangun Prancis di Hanoi, pusat administrasi Indocina pada 1896. Material bangunannya pilihan. Didatangkan langsung dari Prancis. Tembok tebal setinggi 4 meter dibangun untuk membentengi tempat yang diberi nama sesuai dengan nama penjara di Loos, Prancis; Maison Centrale. Puncak temboknya dihiasi dengan pecahan kaca yang tajam dan lilitan kawat duri bertegangan tinggi dengan menara pantau di keempat sudutnya.

Di dalamnya, barak dan sel – sel dibuat untuk menampung banyak orang. Juga beberapa bangunan yang berdiri berdekatan seperti rumah tinggal untuk penjaga, klinik, gudang, dan ruang – ruang kerja. Meski konstruksinya baru benar – benar selesai tiga tahun kemudian, Maison Centrale telah digunakan di tahun yang sama ia dibangun untuk menampung para pejuang dan tokoh revolusi Vietnam, penentang pemerintah Prancis.

hoa lo prison, the hilton hanoi, museum must visit in hanoi, vietnam history

hoa lo prison, the hilton hanoi, museum must visit in hanoi, vietnam history

Para tahanan di barak, tidur beramai – ramai di atas balai – balai yang terbuat dari kayu dengan kaki dipasung pada besi panjang. Daya tampung maksimalnya hanya 500 tahanan. Tapi pernah di 1917, Maison Centrale disesaki hingga 800 tahanan sehingga mereka harus bersesakan tidur di lantai. Untuk membuang hajat, kakus jongkok untuk dipakai beramai – ramai ditempatkan menempel di dinding tengah di antara di balai – balai. Tingginya sejajar dengan balai – balai. Bisa dibayangkan selagi buang hajat, jongkoknya hadap – hadapan dengan teman satu barak.

Bagi mereka yang bandel dan dipandang dapat mengganggu ketenteraman penjara, akan diasingkan ke sel isolasi atau dimasukkan ke ruang tahanan bawah tanah yang lebih sumpek; tergantung tingkat pemberontakannya. Kaki dibelenggu dalam ruang gelap dengan posisi lebih tinggi dari kepala ketika orangnya berbaring, diberi makanan tak enak (bahkan kadang sengaja dibiarkan kelaparan), dan sehari – hari bergaul dengan tikus dan kawan – kawannya. Ketika terbebas dari ruang itu, lebih sering kaki mereka tak bisa diajak berjalan karena sudah mati rasa dan mata mereka pun tak lagi dapat melihat. Tak sedikit pula dari mereka yang membuat rencana pelarian bersama – sama lewat selokan meski siksaan menunggu jika mereka tertangkap (lagi).

hoa lo prison, the hilton hanoi, museum must visit in hanoi, vietnam history

hoa lo prison, the hilton hanoi, museum must visit in hanoi, vietnam history

Walau dikenal sebagai penjara kelas atas karena isinya orang – orang berpengaruh dan kegiatannya ditakuti oleh Prancis; minimnya sanitasi, ditambah gizi buruk, dan perlakuan yang tak manusiawi membuat banyak tahanan yang jatuh sakit, tak mendapat pengobatan hingga meninggal sebelum masa tahanannya berakhir. Siksaan dan hukuman berat tak tanggung – tanggung dijatuhkan pada mereka yang melanggar aturan main di dalam penjara, membuat tempat ini lebih dikenal sebagai neraka dunia! Karena berdiri di ujung jalan Hoa Lo, warga setempat lebih mengakrabinya sebagai Penjara Hoa Lo.

Untuk mengurangi rasa sakit serta mempercepat proses eksekusi, guillotine dipesan dan didatangkan langsung dari Prancis. Mereka yang mendapat hukuman mati, sebagian besar akhirnya dipenggal dengan guillotine di depan gerbang Hoa Lo.

hoa lo prison, the hilton hanoi, museum must visit in hanoi, vietnam history
Salah satu guillotine yang didatangkan dari Prancis pada 1894

hoa lo prison, the hilton hanoi, museum must visit in hanoi, vietnam history

Ketika Jepang menginvasi Vietnam pada Maret 1945, Hoang Ngan, satu di antara 100an tahanan yang telah mengatur siasat untuk kabur beramai – ramai dari Hoa Lo. Mereka bertekad kembali berjuang untuk kemerdekaan Vietnam Utara waktu itu. Hoang Ngan diangkat menjadi Sekertaris Serikat Perempuan Nasional Hanoi dan bertugas sebagai mentor serta mengorganisir pasukan gerilya untuk persiapan pemberontakan. Hoang Ngan meninggal karena sakit pada 17 Juli 1949 di umur 28 tahun.

Hoa Lo Prison
No. 1, Hoa Lo Street
Hoan Kiem District
Hanoi

Buka setiap hari pk 08:00 – 17:00
HTM: VND 30.000
Audio Guide: VND 50.000 (ditambah jaminan VND 50.000, akan dikembalikan setelah perangkat dikembalikan ke petugas)

hoa lo prison, the hilton hanoi, museum must visit in hanoi, vietnam history
Menyewa audio guide, cara terbaik menikmati Hoa Lo

hoa lo prison, the hilton hanoi, museum must visit in hanoi, vietnam history

Di masa perang Vietnam, Hoa Lo menjadi tempat mendekam lawan politik pemerintah yang berkuasa di masa itu. Dan selama bertahun – tahun, Hoa Lo pun menjadi penginapan transit pilot – pilot Amerika seperti Douglas B. Peterson dan John McCain, yang pesawat tempurnya dijatuhkan oleh tentara Viet Minh. Peterson yang sempat menikmati kehidupan di Hilton Hanoi – sebutan pilot Amerika untuk Hoa Lo – selama 6 tahun (September 1966 – Maret 1973), kembali ke Hoa Lo pada 1999. Dengan perasaan campur aduk dirinya bercerita tentang hari – hari mereka di Hoa Lo, membuat yang mendengar ikut larut.

hoa lo prison, the hilton hanoi, museum must visit in hanoi, vietnam history
Koleksi

Tentu, ada pergolakan emosi tersendiri di dalam diri Peterson ketika dirinya menerima tugas negara menjadi Duta Besar Amerika yang pertama untuk Vietnam pada 1997. Dirinya harus kembali ke tempat yang banyak menyimpan kenangan. Peterson bertugas di Vietnam hingga 2001. Rekan pilotnya, John McCain, Senator Amerika Serikat yang maju bersaing dengan Barrack Obama pada pemilihan presiden AS di 2008 lalu pun pernah mengecap sumuknya Hoa Lo pada 1967 – 1973. Pesawatnya ditembak Viet Minh sesaat setelah mengudara. Ia terluka parah saat tubuhnya diangkat dari Danau Truc Bach, Hanoi. Meski berada di penjara sebagai tahanan perang, para pilot AS ini lebih beruntung dibanding tahanan lain karena mereka mendapatkan fasilitas yang lebih baik dari pemerintah Vietnam.

hoa lo prison, the hilton hanoi, museum must visit in hanoi, vietnam history
Potret dua tahanan politik perempuan yang melarikan diri dari Hoa Lo pada Maret 1945

hoa lo prison, the hilton hanoi, museum must visit in hanoi, vietnam history

Pada 1993, Vietnam menata beberapa penjara peninggalan Prancis yang ditetapkan sebagai bangunan tinggalan sejarah menjadi museum yang dibuka untuk umum seperti penjara Phu Quoc di salah satu pulau di selatan Vietnam dan Hoa Lo. Penataannya dengan tetap mempertahankan bentuk bangunan awal serta fungsi setiap ruang yang ada. Beberapa ruang ditata menjadi ruang pamer untuk koleksi barang – barang yang dulu dipergunakan selama penjara masih aktif serta dilengkapi sarana modern seperti audio guide & tata cahaya yang diatur dengan baik sehingga pengunjung dapat masuk dan merasakan suasana pada masa itu, saleum saleum [oli3ve].

5 Ikon Bersejarah di Danau Hoan Kiem yang Menyimpan Cerita tentang Vietnam

$
0
0

Ketika tahu saya hendak ke Hanoi, seorang kawan pejalan menyarankan,”Kamu penikmat sejarah, JANGAN lewatkan Hoan Kiem Lake! Dengan duduk – duduk saja di tepian danau, kamu akan mendapati banyak (tinggalan) kisah lalu yang akan membawa imajinasimu melanglang ke sana kemari.” Hoan Kiem menyimpan banyak cerita perjalanan sejarah dan peradaban Viet Nam, khususnya di bagian utara (dan sedikit ke tengah). Tempat yang baik untuk berkontemplasi.

Hoan Kiem Lake is the spiritual heart of Hanoi! Frasa yang sering dijumpai ketika membolak – balik ulasan tentang Danau Hoan Kiem. Sebagian besar orang akan bertutur kisah tentang pertempuran di abad ke-15 ketika Kaisar Le Loi (Le Thai To) memimpin pasukannya dengan pedang ajaib memukul mundur Tiongkok. Pedang ajaib itu diberikan oleh kura – kura raksasa yang dijumpainya ketika pergi memancing di Danau Luc Thuy (sekarang Hoan Kiem).

Pagi terakhir di Hanoi sebelum sorenya beranjak ke Hue, saya bermain ke Danau Hoam Kiem. Hari itu tengah minggu, di masa liburan anak sekolah. Meski cuaca tak terlalu baik dan hujan sempat turun, ketika pagi beranjak menuju siang, kawasan Danau Hoan Kiem makin ramai.

Ada 5 (lima) ikon tinggalan masa – selain Danau Hoan Kiem dan Kuil Ngoc Son  – yang bisa saja abai dilirik namun menarik untuk disusuri kisahnya saat duduk – duduk di tepi Hoan Kiem sembari menyesap secangkir Nuoc Chanh Leo yang didapatkan dari ibu penjual minuman segar di gerbang Kuil Ngoc Son.

1 – Tháp Hòa Phong a.k.a Hoa Pong Tower
Penampakannya serupa bongkahan bangunan yang ditinggalkan begitu saja di pinggir jalan. Saya sempat berpikir ia adalah sepotong gerbang di pekarangan belakang Thang Long yang mungkin saja terseret arus Sungai Merah ketika meluap. Tapi koq terdamparnya kejauhan dan berdirinya kokoh.

hoa pong tower, the story of hoan kiem lake, history of hoan kiem lake, historical monument at hoan kiem lake

Ternyata bukan! Hoa Pong Tower adalah gerbang Kuil Bao An yang berdiri sejak 1842 di depan Hoan Kiem. Pada 1882, Bao An dihancurkan Prancis untuk membangun Kantor Pos Hanoi. Tak ada yang bisa ditanyai, kenapa hanya sepotong gerbang itu yang disisakan? Andai saja gerbangnya bisa berbicara, akan banyak orang yang mengantre untuk mendengarkannya berbagi banyak kisah yang disaksikannya selama hampir dua abad berdiri di situ.

2 – Tháp Ruá a.k.a Turtle Tower
Salah satu daya tarik yang membuat pejalan datang ke Hoan Kiem adalah Turtle Tower. Warga setempat mengakrabinya dengan sebutan thap ruá.

Sebelum namanya berubah menjadi Hoan Kiem, orang – orang dulu mengenalnya sebagai Danau Luc Thuy. Satu hari, Kaisar Le Loi pergi bersantai ke danau. Selagi duduk di atas perahu, tetiba kura – kura raksasa yang dulu muncul memberinya pedang, muncul lagi dan mengambil pedang dari tangan Le Loi, lalu menghilang ke dalam air. Saat itu, Le Loi tersadar bahwa pedang tersebut dipinjamkan untuk memukul kalah musuh. Setelah kemenangan di tangan, pedang itu harus dikembalikan ke pemiliknya. Sejak hari itu, nama Luc Thuy berubah menjadi Hoan Kiem yang berarti danau tempat mengembalikan pedang.

turtle tower, the story of hoan kiem lake, history of hoan kiem lake, historical monument at hoan kiem lake

Jauh setelah masa Le Loi, beberapa orang sering melihat kura – kura raksasa muncul dan berjemur di daratan kecil yang kemudian diberi nama Pulau Kura – Kura di tengah Danau Hoan Kiem. Pada 1886, sebuah monumen dibangun di sana sebagai pengingat pada kisah Le Loi dan kura – kura yang telah meminjamkan pedang ajaibnya untuk perjuangan Vietnam.

3 – The Huc Bridge
Warna merahnya tak akan terlewat dari pandangan setiap pengunjung Danau Hoan Kiem. Orang Vietnam menyebutnya the huc yang secara harfiah berarti tempat cahaya fajar menjatuhkan dirinya. Jembatan kayu bercat merah yang terentang di atas Danau Hoan Kiem yang menghubungkan daratan ke Pulau Giok tempat berdirinya Kuil Ngoc Son.

The Huc dibangun pada 1865 oleh Nguyen Van Sieu ketika merenovasi Kuil Ngoc Son. Dicat merah yang dalam budaya Vietnam melambangkan matahari, kehidupan, harapan, keberuntungan, dan kebahagiaan.

the huc bridge, the story of hoan kiem lake, history of hoan kiem lake, historical monument at hoan kiem lake

Jembatan yang ada saat ini adalah hasil renovasi pada 1952 setelah jembatan yang lama roboh karena kelebihan beban. Agar kuat dan tahan lama, tiang kayu yang menyanggah jembatan akhirnya diganti dengan beton dengan tetap mengikuti bentuk awal dibangun.

4 – Tháp But a.k.a The Pen Tower
Jika kurang awas, menara ini bisa saja tak tampak karena terhalang daun – daun pohon. Saya melihatnya karena kebetulan pagi itu berjalan ke Ngoc Son dari arah Hoa Pong. Yang tampak adalah puncaknya yang menyerupai ujung pena/pensil karenanya disebut thap but artinya tugu pena.

Serupa dengan The Huc Bridge, Thap But dibangun Nguyen Van Sieu pada 1864. Di bagian tengahnya terdapat tiga kata dalam aksara Cina ta thanh thien yang secara literal berarti menulis di langit biru.

pen tower, the story of hoan kiem lake, history of hoan kiem lake, historical monument at hoan kiem lake

Dari menguping penjelasan pemandu rombongan bule yang sengaja saya kintil’in dengan berpura – pura memotret di gerbang Ngoc Son pagi itu, thap but berdiri di atas gunung batu yang dibentuk serupa setengah potong buah persik. Gunung itu adalah simbol bumi yang kokoh tempat berdirinya tugu yang melambangkan literasi sebagai simbol orang – orang (Vietnam) berpengetahuan yang menuliskan harapannya setinggi langit dan perjuangan untuk mencapainya.

pen tower, the story of hoan kiem lake, history of hoan kiem lake, historical monument at hoan kiem lake

Beruntunglah ada si pemandu itu, kalau tidak, kepala saya masih berpikir obelisk itu penanda sebuah peristirahatan 😉

5 – Ly Thai To Statue
Ly Thai To, kaisar pertama dari dinasti Ly. Pada masanya, di 1010, wilayah Hanoi yang kala itu disebut Thang Long menjadi ibukota Vietnam; pusat perdagangan, pendidikan, dan kebudayaan di seluruh daerah utara meski di masa dinasti Nguyen, pusat pemerintahan sempat dipindahkan ke Hue.

Pada 2004, pemerintah Vietnam membuat sebuah patung diri untuknya di seberang Hoan Kiem sebagai bentuk penghormatan pada the founder father Hanoi di jelang 1000 tahun Thang Long – Hanoi. Ly Thai To meninggal pada 1028 di usia 55 tahun.

ly thai to statue, the story of hoan kiem lake, history of hoan kiem lake, historical monument at hoan kiem lake

6 – Monumen Le Thai To
Le Thai To dan Ly Thai To, dua orang kaisar yang berbeda dari dua dinasti dan masa yang berbeda pula. Le Thai To dari dinasti Le. Namanya diakrabi karena legenda pedang ajaib yang dipinjamkan kura – kura dari Hoan Kiem.

Tempat ini tak sempat saya datangi karena hujan lebat datang tiba – tiba dan saya berada di seberang danau di dekat Ly Thai To berdiri. Dicatat dulu sebagai pengingat jika nanti kembali ke Hanoi.

senior citizen of hanoi, the story of hoan kiem lake, history of hoan kiem lake, historical monument at hoan kiem lake

Hoan Kiem Lake, salah satu tempat janji temu yang sering didatangi warga lokal maupun pejalan yang sedang bertandang ke Hanoi. Sekadar kongkow dengan kawan lama, jalan pagi/sore, baca koran/buku, duduk – duduk mengamati orang yang lalu lalang, senam bersama, atau .. jajan! Di akhir pekan atau pada hari libur, akan sulit menemukan bangku taman yang kosong untuk diduduki sendiri. Bila ingin duduk, harus siap berbagi dengan orang yang sebelumnya telah duduk di sana.

Berbaur dengan warga lokal dan mengakrabi kesehariannya, cara terbaik untuk memahami kehidupan bermasyarakat di satu tempat. Ketika kekariban sudah terjalin, orang akan lebih terbuka berbagi kisah diri dan lingkungannya, saleum [oli3ve].

Jerit Rindu dari Lingko Bukit Rengge Komba

$
0
0

Kehadiran tambang mangan di Bukit Rengge Komba menumbuhkan harap akan kehidupan yang lebih baik bagi warga Desa Satarpunda yang tinggal di dua kampung; Satarteu dan Serise. Dulu, di awal hendak berjalannya kegiatan penambangan, mereka memberi ijin kepada PT. ANADI SAKTI untuk melakukan operasi tambang di tanah mereka. Semoga kehidupan lebih sejahtera.

Tapi, apa yang kemudian terjadi?

Warga Desa Satarpunda terpecah ke dalam dua kelompok: pro dan kontra pada kehadiran tambang di Bukit Rengge Komba itu. Bukit yang tadinya hijau; terluka dan kerontang. Tanahnya menghitam. Debu menutupi lahan, dari kebun hingga ke perabotan di dalam rumah. Keluarga terpecah. Hubungan kekerabatan merenggang. Kehidupan menjadi sangat tak nyaman. Terlebih bagi mereka yang tinggal di Kampung Serise, yang turut merasakan pilu dan terluka karena alamnya dilukai.

Bukit Rengge Komba adalah tanah ulayat. Secara linko – hukum adat, bukit yang berdiri di perbatasan Satarteu dan Serise, masuk dalam wilayah Kampung Serise. Tak habis penyesalan Tua Teno Sina – tetua adat yang berwenang terhadap tanah adat, karena dulu ia juga turut menyetujui kehadiran tambang itu. Ia tak pernah menyangka akan dampak yang ditimbulkan karena kesewenang – wenangan perusahaan dalam mengelola penambangan. Makin dalam sesal dan rasa bersalahnya pada warga Serise karena Urbanus Sina, adiknya, berada di pihak perusahaan yang telah membuat orang kampungnya banyak menderita.

Jerit Rindu dari Lingko Bukit Rengge Komba, Kampung Serise, Konflik Tambang di Manggarai, dampak tambang bagi masyarakat manggarai

Ketika hasil ladang siap panen habis digerus air limbah yang hitam dan tak ada lagi yang bisa dimakan. Ketika tanah harapan rusak, Bukit Rengge Komba menjadi gundul dan penuh lubang menganga bekas galian. Ketika satu – satu warga jatuh sakit bahkan hidupnya harus berakhir karena lingkungan yang sudah tak sehat, setiap hari hidup jadi terasa di ujung maut. Dan Jerit Rindu dari Lingko Bukit Rengge Komba terus saja menggema. Lalu, bagaimana bertahan hidup?

Kita memang pernah salah. Tapi kita menyadari bahwa kita salah, oleh karenanya saat ini kita harus berjuang untuk memperbaiki kesalahan agar menjadi benar. Maka sekarang kita bangkit, bertahan untuk selalu benar … – [Mama Flora]

Hidup bukan semata hidup saja tetapi harus diperjuangkan. Masalah harus dicarikan jalan keluar bukan didiamkan, apalagi saling menyalahkan. Tua Teno Sina bangkit bersama warga adatnya untuk memperjuangkan kampung mereka. Memperjuangkan kehidupan di Lingko Bukit Rengge Komba. Dibantu Pater Yanuar, pastor yang bertugas di Satarpunda; mereka mengadakan pertemuan demi pertemuan dan mulai menyusun strategi untuk bergerak.

Tidak mudah, karena pihak – pihak berwenang yang mereka temui untuk diajak berbincang lebih banyak memikirkan dirinya sendiri. Tak peduli pada apa yang dialami warga Serise. Termasuk warga Saterteu, saudara mereka sendiri, yang tak pernah merasakan dampak dari operasi tambang di Bukit Rengge Komba. Tapi mereka harus terus berusaha, berjuang!

Jerit Rindu dari Lingko Bukit Rengge Komba, Kampung Serise, Konflik Tambang di Manggarai, dampak tambang bagi masyarakat manggarai, endang moerdopo

Kesempatan datang. Dibantu pihak Gereja Katolik, kelompok LSM, dan aktivis lingkungan hidup, warga Serise berhasil menduduki lokasi tambang selama beberapa hari tanpa kekerasan. Di tempat itu, mereka melangsungkan upacara adat takung ceki ari lewak lingko – persembahan kepada nenek moyang karena tanah adat yang sudah hancur dipimpin Tua Teno Sina, juga mengadakan misa raya dipimpin Bapa Uskup. Segala rasa tertumpah di situ hingga satu – satu pemimpin mereka harus undur karena “diamankan”.

Di tengah berjuang, Pater Yanuar mendadak mendapat mandat pemindahan tugas ke Jakarta. Tua Teno Sina harus merasakan tidur di ruang berjeruji besi. Setiap perjuangan butuh perngorbanan. Meski menjadi korban dan menerima dampak perbuatan orang lain. Namun harus diingat, semua kembali kepada tekad dan tujuan awal bergerak.

Jerit Rindu dari Lingko Bukit Rengge Komba, sebuah karya yang dipersembahkan Endang Moerdopo untuk masyarakat adat Kampung Serise; dipublikasikan pada September 2018. Beranjak dari kisah nyata, kehidupan di Desa Satarpunda, Manggarai Tumur, Nusa Tenggara Timur ketika aktivitas tambang mangan menjadi pemicu munculnya banyak konflik. Terpisahnya keluarga hingga gesekan politik, pun ada romansa terlarang yang tumbuh di tengah perjuangan warga untuk bangkit melawan kesewenang – wenangan.

Konflik yang melatarbelakangi buku ini sebenarnya rumit. Seputar keruwetan hubungan manusia dengan sesama pun dengan lingkungannya. Namun penulis menuturkannya dengan bahasa yang ringan sehingga tak perlu kening berkerut untuk mencerna makna tersurat maupun tersirat,  yang ada di dalamnya. Pesan – pesan disampaikan tanpa kesan menggurui sehingga membacanya pun tak perlu sembari berkeluh – kesah karena merasa dikuliti. Apa yang terjadi di Seris, terjadi juga di kehidupan keseharian kita meski kasusnya berbeda.

Jerit Rindu dari Lingko Bukit Rengge Komba, Kampung Serise, Konflik Tambang di Manggarai, dampak tambang bagi masyarakat manggarai, endang moerdopo

Sarat pesan moral bagaimana tetap hidup waras di tengah ketidakwarasan. Bagaimana tetap menjaga hubungan baik dan hidup saling menghormati meski kehormatan diinjak – injak saudara sendiri. Bagaimana tetap bersyukur dan mengingat Tuhan meski hidup susah. Runyam? Iya, emosi diaduk – aduk mengikuti alur cerita hingga konflik memuncak dan membawamu lebur dalam kelindan rasanya menggapai orgasme.

Jangan pernah memendam dendam … saat hati dan rasa harus dibungkus dalam kemasan yang seharusnya .. yang semestinya .. biarlah hanya aku, dia, dan DIA yang tahu. Biar para penonton cukup hanya menikmati sajian drama hidup ini dengan baik dari kurisnya masing – masing. Tanpa perlu melihat kesibukan dan kerepotan kita di blalik layar panggung pertunjukan. – [Pater Yanuar]

Endang Moerdopo meramu kisah dari Lingko Bukit Rengge Komba lewat perjalanan imamat Pater Leonardus Yanuar Tan yang kembali ke Desa Satarpunda setelah dua puluh tahun meninggalkan daerah tugasnya itu. Ia bertutur lewat kumpulan kenangan tentang perjuangannya bersama warga Serise menuntut pemulihan di Lingko Bukit Rengge Komba. Tentang pergumulan rasanya dengan Rona, anak Urbanus Sina yang tak dapat dihindari sebagai manusia biasa yang masih dibalut daging yang disimpannya rapat – rapat. Pun aturan dan norma gerejawi serta pilihan – pilihan sulit yang harus dijalani agar tetap teguh pada panggilan imamat.

Walau terpuaskan, ada satu hal yang membuat saya gemas untuk mengkritisi Jerit Rindu dari Lingko Bukit Rengge Komba dari tata penulisannya. Yang paling banyak dijumpai adalah kekeliruan pada penulisan “di” sebagai kata sambung dan imbuhan. Kekeliruan ini terjadi dari bab awal hingga akhir! Banyak sekali. Bahkan typo dan kurangnya penempatan tanda baca sudah terlihat di Daftar Isi.

Jerit Rindu dari Lingko Bukit Rengge Komba, Kampung Serise, Konflik Tambang di Manggarai, dampak tambang bagi masyarakat manggarai, endang moerdopo

Mungkin bagi pembaca yang tak terlalu memperhatikan hal – hal detail, ini perkara sepele.  Buat saya, ini hal krusial dalam dunia literasi khususnya tulis menulis. Merusak pemandangan! Jari saya jadi gatal dan terpaksa mencorat – coret setiap lembar yang dibaca. Kekeliriuan semacam ini sangat umum terjadi karena ketidaktelitian ataupun ketidakpahaman saat penulisan. Bisa karena tergesa – gesa menulis dan tak sempat lagi mengoreksi apa yang telah ditulis. Penyunting bukunya pun abai untuk mengoreksinya. Bisa pula awalnya sudah benar, lalu dikoreksi menjadi salah kaprah. Ya … hanya kau, dia, dan DIA yang tahu.

Meski sudah pernah menyentuh dan sering membawanya berjalan sejak akhir 2018; Jerit Rindu dari Lingko Bukit Rengge Komba tak pernah tuntas dibaca. Kemarin, saya dapat kiriman bukunya (lagi) dari Ibu EM, penulisnya. Bisa jadi karena ada dorongan energi yang menjadi kobar semangat sehingga sekali duduk, tuntaslah ia dibaca. Jadi, usai pandemi, ke timur kita? saleum [oli3ve].

Kenyamanan dan Keramahan Penthouse Onetel Panorama Sai Gon

$
0
0

Kenyamanan adalah rasa puas yang didapatkan seseorang dari sesuatu. Bisa sesama, tempat, atau benda. Meski berada di satu tempat yang sama, bergaul dengan orang yang sama, atau memegang benda yang sama; rasa nyaman yang diterima tak pernah sama pada setiap orang. Bisa saja yang seorang tak mendapatkan apa yang diharapkannya karena kenyamanan tak ditakar dengan materi. Ia bergantung pada seberapa besar skala nyaman yang kita harapkan pada sesuatu. Dinikmati dan dirasakan dengan hati. Hal ini juga berlaku ketika hendak memilih tempat untuk menginap selama melakukan perjalanan.

Kedatangan saya di Sai Gon – sekarang Ho Chi Minh City, hanya saja seperti kebanyaian warganya; saya lebih senang menyebutnya Sai Gon – sore itu disambut dengan sedikit drama. Dari Ga Sai Gon, saya memesan ojek daring untuk mengantarkan ke penginapan. Kalau dilihat dari peta, jalannya lurus – lurus saja. Tapi mas ojeknya mengambil jalan pintas yang muter – muter. Sudah dekat tujuan, dia salah belok pula! Harusnya ke kanan, dia ambil lurus menuju ke kiri. Alhasil, di simpang enam yang dijaga oleh Phu Dong Thien Vuong, dia putar balik di tengah – tengah saat arus kendaraan dari depan dan kanan berlomba bergerak. Saya tutup mata dan teriak kencang – kencang sambil memeluk gebukin badan si mas, “Wuoiiiiii! Gue gak mau mati di siniiiii!” Masnya diam saja dan terus melajukan motornya. Edun!

Benarkah kenyamanan (tinggal) itu susah didapatkan?

onetel saigon panorama, onetel deluxe hostel saigon, penthouse di ho chi minh, sewa apartemen di vietnam

Onetel Deluxe Hostel menjadi pilihan untuk menginap selama di Sai Gon. Lokasinya strategis, harga sangat terjangkau dan sesuai anggaran, tempat terlihat nyaman walau baru melihat gambar – gambar di laman Online Travel Agent (OTA), dan satu – satunya penginapan dengan kamar masih tersedia setelah bolak – balik mencari hostel di sekitar tempat itu yang sesuai standar kantong dan lain – lain.

Drama belum selesai. Sesampai di tujuan, lhoo .. tempat parkir motor! Saya mengikuti petunjuk mas tukang parkir yang diperagakan dengan bahasa tubuh eh .. bahasa isyarat karena masnya tak bisa bertutur Inggris. Masuk lift yang ada di dalam area parkir, pencet angka tiga. Ketika lift terbuka, tadaaaaa! tak ada tanda – tanda penginapan di lantai itu meski sudah mondar – mandir mencari. Saat menunggu lift turun, muncul seorang perempuan muda yang berpakaian modis. Ia keluar dari lift yang kini berhenti dan terbuka di depan saya. Dari iseng bertanya, ternyata dirinya salah seorang pengelola Onetel Deluxe Hostel. Namanya Vi.

onetel panorama saigon, onetel deluxe hostel saigon, penthouse di ho chi minh, sewa apartemen murah di vietnam, hostel di distrik 1

Vi mengajak menapaki 20 anak tangga ke lantai 4 – sepertinya urutan angka di gedung ini sedikit berbeda. Katanya, lift tak berhenti di lantai yang dituju! Ketika saya bertanya kenapa tak ada petunjuk arah yang jelas ke Onetel, Vi menunjuk papan petunjuk yang tergeletak di lantai. Rupanya mereka baru ganti merek. Sebelumnya Onetel Panorama lalu berganti menjadi Onetel Deluxe Hostel. Eh, kemarin saya iseng mengecek informasi di OTA, namanya kembali menjadi Onetel Saigon Panorama.

Kami masuk ke sebuah ruangan yang bagian depannya terdapat meja resepsionis dengan dua pintu yang tertutup di samping, kiri dan kanan. Setelah mengecek data pesanan kamar, Vi membuka salah satu pintu, dan mengajak saya masuk. Bau keringat bercampur apek menguar dari dalam kamar yang sedikit gelap karena tirai jendela semua ditutup. Beberapa penghuninya tampak tidur, terdengar dari suara dengkuran yang sahut – sahutan. Baju kotor & handuk bergelantungan di ranjang, sepatu bertebaran di lantai. Alamak jaaaang, bisa pingsan saya sekamar dengan orang – orang di sini.

onetel saigon panorama, onetel deluxe hostel saigon, penthouse di ho chi minh, sewa apartemen di vietnam

This is your bed bla .. bla .. blaaa .. Vi mengalihkan pandangan saya ke satu – satunya tempat tidur kosong di pojokan atas. Walau capek, daya ingat saya masih bekerja dengan baik. Pesanan saya 1 (satu) tempat tidur di kamar tipe 6 Beds Female Dormitory. Tapiiiii, dari memindai jumlah tempat tidur di kamar; ini kamar asrama berkapasitas 14 orang! Sorry, Vi. Would you mind to check my reservation? sembari menyodorkan bukti pemesanan di HP.

Uppsss .. sorry. I’ll check it again with my friend. Let’s go to level 7. Kami bergegas keluar kamar, turun tangga satu lantai, masuk lift, naik ke lantai 7, dan .. kembali menapaki 20 anak tangga ke lantai 8. Sudah sampaikah? Belum! masih naik tangga putar ke rooftop untuk sampai di depan kamar. Pintunya tepat di depan Aloha Poke & Beer, kedai kekinian yang makanannya terkenal lezat. Eh, beneran enak. Apalagi Bacon Carbonara-nya yang creamy, slurrrpp. Rose dan Ki, dua perempuan muda lainnya yang mengelola Onetel Deluxe Hostel bersama Vi; sedang bekerja di kedai itu.

Saya mendapatkan kunci kamar dari Ki yang juga menjelaskan cara menggunakannya. Tak sekadar diusap layaknya kartu pembuka pintu di penginapan – penginapan modern. Harus disertai pula memencet kombinasi angka yang mesti dihapalkan. Lalu ada anak kunci untuk berjaga – jaga jika listrik mati atau sistemnya sedang bermasalah. Setelah dicoba dengan berbagai cara, pintunya tak jua bisa dibuka! Termasuk menggunakan kunci master. Mereka sampai menelepon ahli kunci dan meminta untuk bergegas datang. Karena sudah sore, ahli kuncinya baru bisa datang esok siang.

onetel saigon panorama, onetel deluxe hostel saigon, penthouse di ho chi minh, sewa apartemen di vietnam
Ada kamar di lantai atas, difungsikan sebagai gudang

Tiga perempuan itu lalu berembuk dan sepakat menawarkan 1 (satu) unit 4BR Penthouse untuk saya tempati sementara hingga esok hari. Mereka bilang, penghuni sebelumnya baruuuuu saja check out dan seminggu ke depan belum ada tamu yang memesan kamar itu. Tarif  tiap tipe kamar di Onetel Deluxe Hostel sudah saya cek satu – satu sebelum memesan kamar tempo hari lewat Traveloka. Penthouse Onetel semalam tarifnya 1,9 juta. Ranjang saya di 6 Beds Female Dormitory, semalam 90ribu saja. Langsung DEAL donk hahaha.

TUHAN itu sungguh baik. DIA tahu anakNYA capek usai perjalanan panjang ‘ngojek dari Hoi An ke Da Nang lanjut turun ke Sai Gon dengan kereta api. Anehnya, selama menunggu kamar, saya tak berminat untuk komplen sama sekali. Hanya berdoa dalam hati ingin cepat – cepat masuk kamar, mandi, dan tidur! Saya pun heran dengan diri sendiri. Biasanya kalau capek dan mendapati sesuatu tak sesuai yang semestinya, negara api langsung menyerang. Ternyata dengan lebih banyak belajar sabar, malah dikasih kejutan.

onetel saigon panorama, onetel deluxe hostel saigon, penthouse di ho chi minh, sewa apartemen di vietnam

penthouse onetel panorama saigon_04

End of the drama

Penthouse 4 (empat) kamar yang lantainya dilapisi parket – sebenarnya lima kamar tapi satu kamar di lantai atas difungsikan sebagai gudang – yang bisa ditempati 14 orang itu, saya tempati sendiri. Karena selama dua minggu perjalanan terbiasa tidur di bunk bed, saya pun memilih tidur di kamar yang diisi dengan 2 (dua) unit ranjang susun. Tiga kamar lain, modelnya tatami alias gelar kasur. Setelah urusan kamar selesai, saya jadi lebih sering mengganggu Ki dibanding Rose dan Vi. Dia bisa tiba – tiba sudah senyum – senyum di depan pintu penthouse ketika mengatur jemputan cucian padahal baru saja dikirimi pesan. Atau sudah berdiri menjulang – dia perempuan yang tingginya di atas dua meter – di parkiran motor.

Perkakas standar di dalam kamar selain tempat tidur dengan kasur yang super empuk dan perlengkapan tidur; loker yang lega untuk tempat Meywah & the gank istirahat, meja pendek yang memanjang di antara tempat tidur, juga lampu baca di samping tempat tidur. Kamar tentu saja berpenyejuk. Namun saat pagi datang, saya lebih senang membuka jendela lebar – lebar agar udara segar bebas masuk kamar.

penthouse onetel panorama saigon_01

Di ruang tamu yang dibiarkan sepi, terdapat kulkas satu pintu dan peti kayu untuk duduk – duduk. Tersedia pula ketel untuk menjerang air panas berikut perlengkapan makan/minum. Karena selama menginap saya lebih sering membeli beberapa botol air mineral 1,5 liter untuk stok di kamar, tak terlalu pusing dengan perkara penempatan dispenser air minum di area kamar mandi.

Kamar mandi berada di ruang tersendiri yang terang dan lega. Serupa dengan kamar – kamar tidur yang memiliki jendela, pencahayaan di kamar mandi pun didapat dari jendela. Ada tiga bilik khusus ruang pancuran dengan air panas/dingin dan dua bilik toilet. Sabun cair dan shampo tersedia di dalam setiap bilik. Handuk sudah disiapkan di tiap dipan saat baru masuk kamar. Dua wastafel dengan cermin lebar terdapat di pojokan. Bila sedang menyikat gigi, saya sering membuka jendela dan mengintip antrean pembeli Bahn Mi Hong Hoa di bawah, yang mengular di sore dan pagi hari. Setiap hari! Hong Hoa, salah satu tempat jajan bahn mi di Sai Gon yang banyak direkomendasikan pejalan. Tiap sore saya membeli Roasted Pork Bahn Mi-nya untuk camilan jika malam – malam lapar.

penthouse onetel panorama saigon_06

penthouse onetel panorama saigon_07

Onetel Saigon Panorama (sebelumnya Onetel Deluxe Hostel)
35 Nguyen Van Trang Street, District 1
Telp +84-90-1468327
Ho Chi Minh

Setelah berganti nama (lagi) menjadi Onetel Panorama, tipe kamar Penthouse tak lagi ditawarkan. Kamar – kamarnya ditawarkan sendiri – sendiri. Beruntung sekali saya waktu itu menempatinya selama lima hari. Ada enak dan gak enaknya tinggal sendiri di tempat yang memiliki banyak kamar. Tiap pulang ke apartemen, saya suka melongok kamar yang lain, memastikan tak ada penghuni gelap sebelum mengunci pintu rapat – rapat dan menyetel alarm hahaha.

Tarif kamar belum termasuk sarapan. Namun di samping Onetel ada kedai makan dengan menu rumahan yang masakannya cocok di lidah saya orang Indonesia. Quan 35, nama kedainya. Hanya buka setengah hari. Setiap pagi, saya sarapan di situ. Biasanya saya turun berlambat – lambat karena lauk pauknya yang menggoda selera baru komplit di meja saji di atas pk 08.30. Tapi kalau mau sarapan pho dan minum kopi, dari pagi mereka sudah siap.

onetel saigon panorama, onetel deluxe hostel saigon, penthouse di ho chi minh, sewa apartemen di vietnam
Aloha Poke and Beer

Bagaimana dengan makan malam? Bui Vien Walking Street tinggal jalan kaki tak lebih 10 menit, riuhnya sudah terdengar. Sekali saya melintasi Bui Vien Walking Street, dibonceng motor sama Jamie. Kami menerabas lautan manusia yang tumpah di jalan dengan terus membunyikan tuter. Sableng tuh orang hahaha. Kali lain saya nongkrong di teras Aloha Poke & Beer, dari matahari siap beranjak ke peraduan hingga larut karena malas turun naik. Paling sering; jajan pho, jus dkk di pinggir jalan dan pulang ke apartemen dengan perut tersenyum menenteng bahn mi dari kedai Hong Hoa, saleum [oli3ve].

Cerita Pagi Itu di Jalan Lembang 58

$
0
0

Ketika membincangkan 30 September 1965, ingatan saya tak bisa lepas dari kenangan semasih kelas satu SMP. Bermula di satu siang, ketika Kepala Sekolah berkeliling ke setiap kelas membacakan surat edaran di tangannya yang mewajibkan semua siswa datang ke bioskop pada hari yang telah ditentukan. Mengunjungi bioskop pada masa itu adalah hal yang dihindari karena film – film yang diputar gambarnya aduhai. Tak baik untuk ditonton oleh anak – anak. Begitu selalu pesan dari orang – orang tua. Saya jadi terbiasa menonton film yang diputar di televisi atau menunggu layar tancap digelar di lapangan sepak bola di depan rumah. Meski begitu, pernah sekali, saya diajak ayah ibu ke bioskop menonton film Cinderella.

Tapi hari itu, menjadi hari yang berbeda. Semua sekolah WAJIB membawa siswanya ke bioskop sesuai dengan jadwal yang mereka terima. Ketika hari itu datang, berangkatlah kami sepulang sekolah ke Apollo. Bioskop berdinding kayu, tak jauh dari rumah. Setelah mengisi daftar hadir, kami boleh masuk, menempati bangku yang kosong menunggu pemutaran film … Pengkhianatan G30S/PKI. Sejam film diputar, kawan sebangku mengeluh perutnya berputar – putar melihat adegan berdarah – darah di layar. Ia mencoba tetap duduk, menonton dengan sesekali menutup mata. Pada bagian ketika Ahmad Yani jatuh tersungkur dan diseret keluar rumah, dia muntah.

sasmitaloka ahmad yani, museum ahmad yani, rumah ahmad yani, gerakan 30 september, pahlawan revolusi
Teras depan Museum Sasmitaloka Museum Ahmad Yani

sasmitaloka ahmad yani, museum ahmad yani, rumah ahmad yani, gerakan 30 september, pahlawan revolusi

Peristiwa 30 September 1965 adalah goresan kelam sejarah Indonesia. Permainan intrik politik ketika sekelompok orang yang ingin berkuasa menyusun siasat – katanya – untuk mengamankan NKRI. Tujuan utama pergerakan yang mereka sebut Gerakan 30 September adalah menculik tujuh perwira tinggi TNI Angkatan Darat yang mereka sebut sebagai anggota Dewan Jenderal untuk dibawa ke Lubang Buaya. Hidup atau mati!

Jumat dini hari di 1 Oktober 1965, Letnan Jenderal Ahmad Yani – Menteri/Panglima Angkatan Darat (Menpangad) masa itu – gugur di rumahnya setelah tubuhnya diberondong peluru pasukan Tjakrabirawa yang datang menjemputnya pagi – pagi buta. Badannya yang berdarah – darah, diseret dan dilemparkan ke atas truk di pekarangan rumah. Momen itu, disaksikan anak – anaknya. Di Pengkhianatan G30S/PKI penggambarannya sedikit lebih manusiawi. Kejadian sebenarnya, kejam sekali!

sasmitaloka ahmad yani, museum ahmad yani, rumah ahmad yani, gerakan 30 september, pahlawan revolusi
Potret Ahmad Yani dan Yayu Rulia Sutawiryo di ruang keluarga

Bertahun – tahun setelah acara menonton wajib itu – yang diikuti dengan menonton tayangan WAJIB selama bertahun – tahun di TVRI setiap 30 September; saya mengunjungi rumah Ahmad Yani. Rumah yang banyak menyimpan kisah lalu itu; berdiri di hook Jl. Latuharhary dan Jl. Lembang, kawasan Menteng, Jakarta. Saya sengaja mampir di satu siang sepulang dari Teuku Umar, usai bermain di Selasa Pagi bersama Adek.

Mengunjungi rumah Ahmad Yani di masa sekarang, tak sama semasa beliau masih ada dan tinggal di rumah itu. Rumah berikut isinya yang telah diserahkan keluarga kepada negara sejak 1 Oktober 1966 itu, telah beralih fungsi menjadi Museum Sasmitaloka Ahmad Yani yang dikelola TNI Angkatan Darat. Setiap tamu yang datang, akan diarahkan untuk masuk melalui pintu samping. Pintu yang dilewati oleh Tjakrabirawa untuk masuk dan keluar ketika menculik Ahmad Yani. Dengan begitu, diharapkan pengunjung bisa memaknai kisah pagi itu yang terjadi di rumah ini berpuluh tahun lalu.

sasmitaloka ahmad yani, museum ahmad yani, rumah ahmad yani, gerakan 30 september, pahlawan revolusi
Foto peristiwa 30 September 1965 dan proses pengangkatan korban di Lubang Buaya
sasmitaloka ahmad yani, museum ahmad yani, rumah ahmad yani, gerakan 30 september, pahlawan revolusi
Jejak peluru dan retakannya pada pintu penghubung ruang belakang dan rumah induk

Petugas yang berjaga mengingatkan untuk melepas sepatu sebelum masuk rumah. Ubinnya dingin. Kulit tapak kaki rasanya ditarik – tarik saat menginjaknya. Serupa menarik kembali ingatan kepada kawan yang perutnya pusing di bioskop ketika Lasma, kawan yang menemani bermain siang itu; melompat dan berteriak. “Iiih, kakiku diusap – usap.” Sepertinya ada yang mendapat sapaan selamat datang. Sapa yang biasa di tempat – tempat yang menyimpan cerita luka. Hanya kami berdua di ruangan itu. Berdiri berjarak, asik dengan pikiran masing – masing. Siapa yang mengusap kakinya? Saya senyum – senyum saja.

sasmitaloka ahmad yani, museum ahmad yani, rumah ahmad yani, gerakan 30 september, pahlawan revolusi
Kursi malas di samping bar yang biasa menjadi tempat bersantai Ahmad Yani

Ruang dan perabotan di rumah itu masih sama seperti dulu semasih ditinggali keluarga Ahmad Yani. Yang membedakan fungsi ruang di belakang, kini dijadikan ruang pamer dengan papan – papan berisi gambar – gambar kegiatan Ahmad Yani. Juga gambar – gambar peristiwa dini hari yang terjadi di rumah itu, di awal Oktober 55 tahun lalu.

Melewati selasar yang menghubungkan ruang belakang dengan rumah induk, ada yang merasa kakinya ditiup – ditiup. Di sini terjadi perdebatan kecil. Karena selasar itu dibatasi oleh jendela kaca berteralis yang juga berfungsi sebagai penerang ruangan, saya berpikir .. itu angiiiiin dari luar, Neng! Yang merasa kakinya ditiup membela diri, kalau angin pasti kibasannya terasa juga di bagian lain. Upsss.

sasmitaloka ahmad yani, museum ahmad yani, rumah ahmad yani, gerakan 30 september, pahlawan revolusi
Salah satu ruang tidur anak – anak

Retakan pada pintu kaca yang menghubungkan ruang belakang dengan ruang tengah, dibiarkan begitu saja. Saksi bisu yang melihat peluru berlarian menerabas tubuh Ahmad Yani. Tak jauh dari pintu, selangkah ke kanan; sebuah prasasti di lantai, menjadi penanda tempat gugurnya salah satu putera terbaik bangsa. Sebelum pintu kaca itu, sebuah kamar mandi yang bersisian dengan dapur berada di sisi kanan selasar. Kamar mandinya dilengkapi dengan bathtub dan pancuran.

sasmitaloka ahmad yani, museum ahmad yani, rumah ahmad yani, gerakan 30 september, pahlawan revolusi

sasmitaloka ahmad yani, museum ahmad yani, rumah ahmad yani, gerakan 30 september, pahlawan revolusi

Ruang tengah difungsikan sebagai ruang makan sekaligus ruang keluarga. Di sisi kiri terdapat bar, tempat biasa Ahmad Yani bersantai. Tiga kamar tidur – dua kamar anak untuk anak – anak dan satu kamar utama ditempati Ahmad Yani dan ibu – terletak di pojok kiri dengan pintu kamar Ahmad Yani berhadapan langsung dengan ujung kiri bar. Dinding setiap ruang dihiasi dengan potret anggota keluarga, kegiatan Ahmad Yani, juga potret enam perwira tinggi yang menjadi korban Gerakan 30 September: R.D. Soeprapto, M.T. Harjono, S. Parman, D.I. Panjaitan, Sutojo Siswomi Hardjo, dan Pierre Tendean.

sasmitaloka ahmad yani, museum ahmad yani, rumah ahmad yani, gerakan 30 september, pahlawan revolusi
Tempat tidur Ahmad Yani
sasmitaloka ahmad yani, museum ahmad yani, rumah ahmad yani, gerakan 30 september, pahlawan revolusi
Catatan harian Ahmad Yani

Di salah satu kamar anak – anak, terdapat lemari kaca berisi koleksi boneka yang matanya tampak hidup. Adakah yag ingin bercerita kejadian dini hari itu? Tak ingin terjebak dengan pikiran yang berandai – andai, saya bergegas ke kamar Ahmad Yani. Kamarnya dilengkapi kamar mandi yang bathtub-nya berisi air. Serupa kamar mandi di rumah berpenghuni yang selalu siap untuk digunakan. Setiap hari bak itu harus terisi dengan air yang bersih.

sasmitaloka ahmad yani, museum ahmad yani, rumah ahmad yani, gerakan 30 september, pahlawan revolusi

Sebuah jejak retakan bercabang dari langit – langit pojok dinding kanan atas kamar Ahmad Yani dicat keemasan. Di bawahnya diberi tulisan Halilintar yang menyambar kamar Alm. Jend. A. Yani seminggu sebelum  pengangkatan beliau menjadi Menpangad.

Ada kisah yang mengalir dari mulut salah seorang penjaga yang menyusul ke kamar. Si mas penjaga – yang saya lupa menanyakan namanya – menjelaskan asal muasal retakan yang dipercaya sebagai pertanda. Karenanya titik itu ditandai dan kamar Ahmad Yani TAK BOLEH dipotret. “Nanti ada yang mengikuti mbak, sudah ada kejadian,” kata mas penjaga. Ketika sesuatu yang sebenarnya bisa dijelaskan dengan nalar kemudian disangkut – sangkutkan dengan sesuatu yang tak kasat; yaaa .. semua kembali ke penerimanya.

sasmitaloka ahmad yani, museum ahmad yani, rumah ahmad yani, gerakan 30 september
Ruang tamu

sasmitaloka ahmad yani, museum ahmad yani, rumah ahmad yani, gerakan 30 september

Museum Sasmitaloka Ahmad Yani
Jl. Lembang No. 67
Menteng, Jakarta Pusat
Buka: Selasa – Minggu pk 08.00 – 10.00 (Senin dan Hari Libur Nasional TUTUP)
HTM: GRATIS

Ruang tamu dan ruang tunggu menjadi bagian terakhir rumah yang ditengok. Dulu, setiap tamu yang hendak bertemu Ahmad Yani, WAJIB melapir ke petugas jaga yang mejanya ada di sisi kanan ruang tunggu. Sama dengan ruang – ruang yang lain, dinding kedua ruang ini pun dipenuhi dengan gambar dan lemari berisi buku koleksi Ahmad Yani.

sasmitaloka ahmad yani, museum ahmad yani, rumah ahmad yani, gerakan 30 september
Ruang ajudan

Setelah jasadnya diangkat dari sumur di Lubang Buaya, Ahmad Yani dimakamkan bersisian dengan R.D. Soeprapto, M.T. Harjono, S. Parman, dan Sutojo Siswomi Hardjo dengan upacara militer di Taman Makam Kalibata, Jakarta pada 5 September 1965. Ketujuh korban Gerakan 30 September itu kemudian dikenal sebagai Pahlawan Revolusi, saleum [oli3ve].

Ke Lubang Buaya

$
0
0

Kami memutuskan ke Lubang Buaya siang itu juga. Ke tempat – dalam pikiran saya selama ini – di antah berantah sehingga tak pernah terpikir untuk melencer ke sana. Lalu kenapa mendadak ingin ke Lubang Buaya saat matahari menekan – nekan pucuk kepala? Begini. Kadang, ketika pikiran saya sedang penuh dengan ingatan lalu, ia selalu ingin cepat – cepat meluluskan angan yang tiba – tiba bertandang. Jadilah ide itu terlontar,”Lubang Buaya, yuk!

Berjalan dari Lembang 58, kami berangkat menumpang bus TransJakarta dari perhentian Latuharhary ke Pinang Ranti sebelum berpindah ke mikrolet yang ngetem di seberang perhentian bus. Mikroletnya berwarna merah. Jurusan dan kode trayeknya, lupa. Tapi saya tak lupa memastikan ia berjalan melewati Lubang Buaya dan berpesan kepada pengemudinya, “Bang, tolong turunkan di depan Monumen Pancasila Sakti, ya,” sebelum naik. Sebenarnya dengan menyebut monumen saja, supir – supir mikrolet yang terbiasa wara – wiri di sana sudah paham. Namun dengan memberitahu tempat tujuan yang jelas membuat hati lebih tenang.

museum pemberontakan PKI, monumen pancasila sakti, lubang buaya, gerakan 30 september

Mikrolet berjalan lamban. Bahkan terlalu sering berhenti meski tak ada yang melambai dan memintanya berhenti. Mata saya mulai diserang kantuk ketika supir berteriak, “Monumen, mbaaak!” Aksen suaranya kental sekali dengan pengucapan huruf e yang tajam. Kami turun, saya sodorkan ongkos. Abang supir mengangsurkan uang kembalian sembari berpesan agar berhati – hati saat menyeberang jalan.

museum pemberontakan PKI, monumen pancasila sakti, lubang buaya, gerakan 30 september
Duplikat truk yang digunakan oleh Tjakrabirawa untuk mencu

Dari gerbang di pinggir jalan besar ke monumen, tak dilalui angkutan umum apalagi bus antar jemput! Mau tak mau harus berjalan kaki. Pk 14.00 lebih sedikit ketika kami sampai di loket untuk membeli tiket masuk. Bapak yang bertugas mengingatkan batas waktu berkunjung hingga pk 16.00.

Meski matahari mulai meredup, berjalan kaki hari itu membuat banyak keringat mengalir untuk sampai ke Dapur Umum yang sepi. Tak tampak perempuan – perempuan yang ramai berkumpul seperti yang digambarkan di film Pemberontakan G30/S PKI. Imaji saya berkeliaran ke masa itu. Ketika pohon karet masih berdiri rapat – rapat di sini dan jalannya tak selebar sekarang. Seperti apa sepinya?

museum pemberontakan PKI, monumen pancasila sakti, lubang buaya, gerakan 30 september
Serambi Dapur Umum
museum pemberontakan PKI, monumen pancasila sakti, lubang buaya, gerakan 30 september
Pos Komando

Tak banyak yang berkunjung siang itu. Mungkin orang lain datangnya di pagi hari. Selagi membasahi kerongkongan di serambi Dapur Umum, saya hanya melihat sepasang anak muda berjalan ke arah Pos Komando. Di beranda Sumur Penyiksaan, kami menjumpai dua perempuan duduk – duduk melepas penat. Lalu dua remaja – sepertinya mereka tinggal di belakang komplek Lubang Buaya – memanfaatkan pelataran Tugu Pahlawan Revolusi untuk bermain bola.

Di Serambi Penyiksaan, satu rombongan keluarga saling melempar tanya melihat diorama yang ada di situ. Hati saya nelangsa ketika tak sengaja menangkap perbincangan mereka yang bingung melihat pemandangan di depannya. Kenapa patung itu dibuat berdarah – darah, siapa orang – orang berseragam yang memegang senjata dan mukanya beringas?

museum pemberontakan PKI, monumen pancasila sakti, lubang buaya, gerakan 30 september
Sutoyo Siswomiharjo
museum pemberontakan PKI, monumen pancasila sakti, lubang buaya, gerakan 30 september
M.T. Harjono

Saya yang asik dengan kamera di seberangnya bengong. Apakah mereka berkunjung ke sini tanpa tahu tempat apa yang akan didatangi? Informasi yang ada di setiap spot memang HANYA sepotong. Petugas museum pun tak terlihat selama kami berkunjung selain yang bertugas di loket tiket tadi. Tak ada tempat untuk bertanya.

Saya jadi membandingkan perjalanan ke ladang pembantaian Choeung Ek yang lekat di ingatan. Di situ juga tak ada petugas. Tapi pengunjung berkeliling dipandu pemandu suara yang bertutur dengan runut peristiwa genosida Kamboja sepuluh tahun setelah Gerakan 30 September lewat headset yang menempel di kuping. Lokasinya pun tidak dibagus – bagusin. Dibiarkan apa adanya. Dan itu justru lebih memudahkan pengunjung memaknai peristiwa lalu.

museum pemberontakan PKI, monumen pancasila sakti, lubang buaya, gerakan 30 september
Ki-ka: R. Suprapto, Sutoyo Siswomiharjo, Pierre Tendean
museum pemberontakan PKI, monumen pancasila sakti, lubang buaya, gerakan 30 september
S. Parman

History has been written by the victors – Winston Churcil.

Jumat, 1 Oktober 1965 pk 01.00, sejumlah prajurit Tjakrabirawa pimpinan LetKol Untung bergerak dari Lubang Buaya. Mereka menaiki truk militer dan bus – bus yang sudah disiagakan. Tugas mereka, menculik tujuh orang perwira tinggi TNI Angkatan Darat: A.H. Nasution, Ahmad Yani, R. Suprapto, M.T. Haryono, S. Parman, D.I. Panjaitan, dan Sutoyo Siswomiharjo. Dengan berbekal foto, mereka menyatroni rumah – rumah jenderal yang menjadi target. Karena tak hapal muka, tak ada yang curiga ketika Pierre Tendean mengaku sebagai Nasution sehingga ikut diciduk. Jasad mereka ditemukan di sebuah sumur tiga hari kemudian. Nasution, lolos dari penculikan. Namun anaknya, Irma Suryani, menjadi korban.

museum pemberontakan PKI, monumen pancasila sakti, lubang buaya, gerakan 30 september
Sumur Penyiksaan

museum pemberontakan PKI, monumen pancasila sakti, lubang buaya, gerakan 30 september

Sebelum pulang, kami mampir ke bangunan besar yang catnya masih tampak baru. Tadinya saya pikir semacam gedung pertemuan sebelum melihat tulisan besar – besar di atasnya, Museum Pengkhianatan PKI (Komunis). Melihat pintunya terbuka, kami masuk saja. Berharap akan menjumpai koleksi museum yang menarik untuk dikunjungi.

Entah karena sebentar lagi waktu kunjungan museum berakhir, entah juga karena hemat listrik; ruangannya lebih banyak yang gelap. Lusuh dan pengab, tak seperti yang terbayang dari kemasan luarnya. Sesuai nama gedungnya, ia berisi diorama kegiatan dan peristiwa yang berkaitan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan organisasi serumpunnya di tanah air. Jika bertandang ke sini dengan membawa anak kecil, baiknya dampingilah. Mereka pasti akan banyak pertanyaan saat melihat pajangan penuh nuansa kekerasan yang ada di ruangan ini.

museum pemberontakan PKI, monumen pancasila sakti, lubang buaya, gerakan 30 september
Kampanye Budaya PKI, 25 Maret 1963 di Medan
museum pemberontakan PKI, monumen pancasila sakti, lubang buaya, gerakan 30 september
Peristiwa Ngawen, Blora pada September 1948

Monumen Pancasila Sakti
Jalan Raya Pondok Gede No. 24
Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung
Jakarta Timur

HTM Rp 5.000
Buka: Selasa – Minggu pk 08.00 – 16.00 (Senin dan Hari Libur Nasional TUTUP)

Untuk keluar dari ruang museum, pengunjung akan melewati selasar yang tersambung dengan Paseban (Ruang Teater) dan Ruang Relik – sayangnya hari itu TUTUP. Ternyata sejam saja sudah cukup untuk berkeliling karena tempat sepi, juga minimnya sumber informasi.

makam pahlawan revolusi, museum pemberontakan PKI, monumen pancasila sakti, lubang buaya, gerakan 30 september
Makam Pahlawan Revolusi di TMP Kalibata
monumen pancasila sakti, lubang buaya, pahlawan revolusi, gerakan 30 september, pengkhianatan g30/s pki
Tugu Pahlawan Revolusi

Bagi anak – anak Indonesia yang lahir dan bertumbuh di 1970 – akhir 1990an, ingatan pada peristiwa 1965, tentu akan mudah bangkit saat melihat diorama di Serambi Penyiksaan di Lubang Buaya. Apa yang disajikan di Lubang Buaya plek plek dengan film Pemberontakan G30/S PKI. Dan sepertinya, hal ini juga yang ingin disampaikan kepada generasi yang lahir kemudian.

Menelisik sejarah, baiknya jangan dilihat dari satu pintu saja. Cobalah juga untuk melihatnya dari sisi mereka yang ditepikan dari perjalanan sejarah bangsa ini lewat banyak buku dan sesekali menonton film seperti The Act of Killing misalnya yang oleh pemerintah Orde Baru selalu dilarang biar seimbang. Saleum [oli3ve].

Thanh Thuy dan Kejutan – kejutan Menyenangkan Tentangnya

$
0
0

“Welcome to our first destination.” Telunjuk Thu terarah pada sebuah bangunan kecil yang berdiri di tengah sawah,”Your favorite destination. Itu bunker yang ada di buckletlist-mu kan?” Mulut Thu terus bergerak dengan riang sembari menepikan motor, menjawab tatap keheranan saya. Anak perempuan ini terlalu bersemangat. Mukanya berseri – seri sejak kami berkenalan pagi tadi di lobi Amona, hotel tempat saya akan meluruskan badan nanti malam.

Saya baru sejam menghirup udara Hue (dibaca: way), kota di selatan Ha Noi di wilayah tengah Vietnam. Di era dinasti Nguyen, Hue pernah menjadi ibukota Vietnam pada 1802 – 1945. Bagi penikmat kenangan hal lalu, Hue dikenal sebagai kota sejarah yang menyenangkan berkat tinggalan masa dari era Nguyen yang terawat dengan baik. Alasan kuat saya memutuskan mampir sebentar ke kota yang kini menjadi ibukota provinsi Thua Thien Hue, sebelum turun ke Sai Gon.

Dari Ha Noi kemarin petang, saya memilih turun ke Hue dengan The Sinh Tourist, sleeper bus, yang berjalan tepat pk 18.00. Sepanjang ingatan saya di tiga belas jam perjalanan, bus hanya berhenti sekali untuk istirahat makan malam di tempat perhentian bus – bus antar kota di daerah Tam Diep, Ninh Binh. Setelah makan malam, saya lebih banyak tidur hingga terbangun pk 06.30 menjelang Hue.

than toan bridge, hue, vietnam tengah, thuy thanh village, an old bridge in Vietnam, viet cong bunker
Bunker Viet Cong

Karena datang terlalu dini, saya belum bisa check in di penginapan. Tapi oleh mbak resepsionis diijinkan menggunakan kamar mandi di lantai dua dan menitipkan Meywah di samping mejanya. Saat sedang menata isi perut Meywah, Thu – namanya dirapalkan serupa orang hendak meludah – muncul di lobi. Ia memperkenalkan diri sebagai pengendara motor yang ditugaskan untuk menjemput saya pagi – pagi, ”Bos saya bilang tamu yang akan saya bawa berkeliling, berbeda dengan yang lain.”

Semalam sebelum lelap di bus, saya memang mengirimkan banyak permintaan ke Hagar, nama perempuan yang disebut Thu; bos saya. Hagar adalah Kepala Penjualan di Lady Riders, operator tur yang menawarkan paket perjalanan petualangan dengan membonceng motor yang dikendarai oleh perempuan – perempuan Vietnam. Hagar belum menjawab permintaan tersebut. Saya pun yakin pagi ini dia belum bangun. Tapi anaknya sudah muncul di depan saya, 30 menit lebih awal dari waktu janji temu yang saya usulkan. Saya menandainya sebagai sebuah kesepakatan yang menyenangkan 🙂

Bunker Viet Cong
Kebersamaan hari itu diawali dengan menyesap secangkir kopi khas Hue di kedai kopi legendaris tempat lahirnya Ca Phe Muoi – lidah barat menyebutnya Salty Coffee. Rasanya asik. Lidah saya jatuh hati saat hangatnya menyentuh lidah. Sayang kami tak bisa berlama – lama duduk. Matahari sudah mulai tinggi. Setelah ‘ngopi, Thu melajukan motornya ke timur. Dari jalanan rata di tengah kota ke tepian kota yang sepi dan jalannya menanjak. Sesekali kami berpapasan dengan truk pengangkut tanah – bahkan Thu sengaja melambung mereka – yang sedang terengah – engah di tanjakan. Sepuluh menit berjalan, kami berbelok ke jalan kampung yang kiri kanannya hamparan sawah hingga Thu memelankan motornya dan berhenti di Con Mieu Secret Tunnel yang dari jauh tampak serupa rumah – rumahan di tengah sawah.

than toan bridge, hue, vietnam tengah, thuy thanh village, an old bridge in Vietnam, Viet Cong bunker

“Semalam saya banyak bertanya pada ayah saya rute ke tempat – tempat yang akan kita kunjungi hari ini agar tak buang waktu berputar – putar di jalan. Beberapa tempat belum pernah saya datangi. Kata bos saya, ini paket perjalanan spesial. Tak ada di paket Lady Riders. Bagaimana kamu bisa tahu tempat – tempat ini?”

Saya hanya senyum – senyum melihat mimik penasaran Thu. Pun tak ingin mematahkan semangat & usahanya mencari tahu tentang bunker di depan kami walau di itinerary yang saya sodorkan ke Hagar; tak ada jadwal bermain ke tempat ini. Kepolosan dan kejujuran Thu membuat saya menyukai dirinya.

Bunker yang terekam dalam ingatan saya, dikelilingi pohon – pohon pinus. Dulu digunakan oleh Amerika. Sedang bunker yang kami datangi, milik Viet Cong. Mari dinikmati saja sebagai bonus perjalanan. Sayang, akses ke dalam bunker sudah ditutup. Saya hanya bisa mengintip bagian depan yang menyerupai ceruk. Di dalamnya ada meja persembahan dengan piring persembahan berisi tiga bungkus mi instan dan beberapa batang hio bekas dibakar. Untuk ketenangan jiwa – jiwa yang telah mendahului, sebait doa dirapalkan sebelum kami beranjak dari sana.

Pasar Tradisional & Jembatan Tua Thanh Toan
Kami melanjutkan perjalanan ke Thuy Thanh, kampung yang warganya bersetia dengan kearifan lokalnya. Motor menari – nari di atas jalanan yang aspalnya robek di sana sini, menyisakan tanah kuning kemerahan yang debunya terbang – terbang dicium ban motor dengan menggebu. Thu tampak sudah terbiasa melaju di jalan tak beraspal. Tangannya cekatan mengatur gerak stang ke kanan atau kiri, mencari jalan yang tak membuat pantat terlontar – lontar di atas jok. Mendekati perkampungan, kami melewati bangunan – bangunan lawas yang berdiri di kiri kanan jalan. Melihatnya, mendadak banyak keinginan bermunculan di kepala yang harus dibujuk – bujuk agar tak mendesak untuk dituruti. Semoga nanti bisa kembali bermain ke sini dalam waktu yang tak lama.

than toan bridge, hue, vietnam tengah, thuy thanh village, an old bridge in Vietnam, thuy thanh traditional market
Di keseharian warga Vietnam senang mengenakan masker meski bukan pandemi

Thu menghentikan motor di luar pagar Thanh Toan Farming Museum. Saat hendak melangkah ke pekarangan museum, Thu malah mengajak mengitarinya. “Kita cari sarapan dulu di pasar, museumnya nanti saja. Paling akhir.” Karena bermain ke pasar termasuk paket bonus perjalanan, saya pun mengekor di belakang Thu 🙂

Kegiatan di pasar Thanh Toan berawal pagi – pagi sekali hingga sekitar pk 11.00 setiap hari. Jika ingin menikmati keseharian warga Thanh Thuy, berjalanlah pagi – pagi dari Hue. Yang menarik, saya tak melihat satu pun laki – laki di pasar ini. Semua perempuan! Dari yang berjualan hingga yang belanja. Dari anak perempuan yang menemani ibunya berjualan kue basah hingga perempuan paruh baya yang berjualan sayuran. Menurut Thu, laki – laki lebih banyak turun ke sawah walau sesekali ada juga yang muncul sebentar di pasar.

than toan bridge, hue, vietnam tengah, thuy thanh village, an old bridge in Vietnam, thuy thanh traditional market
Banh Canh Cua

Pasarnya kecil saja. Suasananya mengingatkan saya pada pasar di dekat rumah yang sering saya datangi jika pulang ke kampung. Dari depan berderet penjual bumbu dapur dan sayuran, diikuti penjual ikan, ayam potong, dan daging. Penjual kudapan tradisional satu dua menggelar dagangannya di antara penjual sayur. Di bagian belakang penjual ayam hidup. Tenda – tenda penjual pakaian dan barang kelontong berhadap – hadapan dengan kedai makanan, berdiri rapat – rapat di dekat pintu masuk. Setelah berkeliling sekali putaran, kami kembali ke depan dan duduk memesan dua mangkuk Banh Canh Cua – semacam mi kuah – di samping pintu masuk.

Pasar Thanh Toan berdiri berjarak, berhadap – hadapan dengan Thanh Toan Bridge, jembatan kayu dari era dinasti Nguyen yang menjadi ikon Thuy Thanh. Keberadaan pasar sepertinya mengikuti kehadiran jembatan yang dibangun pada pertengahan abad 18 atas inisiatif dan budi baik Tran Thi Dao, istri petinggi kerajaan. Jembatan ini dibangun untuk memangkas jarak dan waktu untuk sampai di seberang serta memudahkan mobilisasi warga Thuy Thanh sehari – hari.

than toan bridge, hue, vietnam tengah, thuy thanh village, an old bridge in Vietnam

Jembatan yang sudah usur namun berdirinya masih terlihat kokoh, juga masih kuat menahan beban yang melintas di atasnya – tentu saja beban untuknya dibatasi. Untuk menghormati jasa Tran Thi Dao, baginya dibuatkan altar doa di tengah – tengah jembatan. Siapa saja yang melintas di jembatan, boleh berhenti untuk mengirimkan doa – doa baik bagi perempuan kelahiran Thuy Thanh yang tak melupakan akarnya meski sudah menjadi orang besar.

than toan bridge, hue, vietnam tengah, thuy thanh village, an old bridge in Vietnam, thuy thanh traditional market

than toan bridge, hue, vietnam tengah, thuy thanh village, an old bridge in Vietnam, thuy thanh traditional market

Banjir besar dan taifun yang acap menyapa Hue, membuat jembatan telah bergeser beberapa meter dari tempat awal didirikan. Bila melihatnya di musim kemarau seperti saat kami datang ke Thuy Thanh; kalinya kering. Tak terbayang pergeserannya hingga Thu mengajak saya mendekati tonggak penanda ketinggian banjir yang sengaja dibangun di bibir kali. Ouuw .. kampungnya pernah tenggelam!

Thanh Toan Farming Museum
“Besok kamu ke Hoi An, kan? Di sana ada Japanese Bridge, serupa dengan jembatan ini. Tapi kalau kamu mau melewatinya harus bayar. Di sini GRATIS.” Kenyataannya, sewaktu main – main ke Japanases Bridge, saya tak membayar karena datang pagi – pagi saat petugas loket belum bertugas 😉 Cerita tentangnya nanti di perjalanan ke Hoi An, ya.

Dari pasar, kami menyeberang ke museum lewat jembatan Thanh Toan. Bagi warga Vietnam apalagi anak sekolah, masuk beberapa museum di sana; dapat diskon bahkan GRATIS. Selama berjalan bersama Thu, kami memanfaatkan kartu mahasiswanya untuk mendapatkan potongan harga karena muka saya serupa orang Vietnam haha.

than toan bridge, hue, vietnam tengah, thuy thanh village, an old bridge in Vietnam, thuy thanh traditional market

Sesuai namanya, koleksi Thanh Toan Farming Museum sebagian besar perkakas pertanian dari masa ke masa. Kami tak berlama – lama di museum meski ada keinginan untuk berkeliling kampung terlebih melihat rombongan turis bule yang berjalan beriringan menyusuri tepian kali Thanh Toan. Hmm .. kemana mereka? saleum [oli3ve].


Belajar Setia dari Aren

$
0
0

Masa kanak-kanak adalah masa–masa yang menyenangkan. Saat–saat keseharian lebih banyak dihabiskan dengan bermain tanpa beban. Sayangnya, itu tak berlaku bagi Aren yang hingga umur 9 tahun, tak bisa bebas berlarian dan bermain seperti teman–temannya. Baginya, tak ada cerita pulang ke rumah dengan baju basah oleh keringat. Tak pernah pula ia menerima omelan karena pulang terlambat sebab keasikan bermain di luar rumah.

Gangguan jantung bawaan—di dunia medis lebih dikenal sebagai Tetralogy of Fallot (TOF)—membatasi aktivitas Aren sedari bayi. “Aren punya letak jantung miring, bocor di dua tempat. Dia ketahuan memiliki kelainan jantung waktu umur lima bulan. Umur empat tahun, dia punya badan biru. Kukunya juga bulat–bulat”, tutur Mama Imelda, ibunya.

Masalah pada jantungnya membuat Aren cepat lelah. Bergerak sedikit saja, nafasnya susah payah. Agar geraknya tak banyak, setelah masuk sekolah; Mama Imelda menggendong Aren pergi dan pulang sekolah. Setiap hari. Dan itu terus berlangsung selama Aren belum menjalani operasi jantung. Naik turun tangga di rumah sakit dan kemanapun, Mama Imelda tak membiarkan Aren untuk berjalan lama–lama.

Ada masa di mana Aren merasa dunianya hampir runtuh. Namun, keterbatasan tak mengekang senyum dan semangat Aren untuk berkegiatan walau kadang dirinya lebih banyak berdiam ketika sesaknya datang. Pengalaman mengajarkan Aren mencari tahu dan menemukan caranya sendiri untuk mengatasi sesaknya. Dengan muka penuh senyum, Aren berbagi tip ketika sesaknya datang. ”Kalau susah napas, aku lipat kaki rapat ke dada sampai aku tidur sudah”.

Karena keterbatasan fasilitas kedokteran di Sumba, Aren berobat ke Denpasar sebelum dirujuk untuk berobat dan menjalani operasi di RS Jantung Harapan Kita, Jakarta. Aku bertemu dengan Aren ketika menjadi volunteer di sebuah rumah singgah, tempat Aren dan ibunya tinggal selama menjalani pengobatan di Jakarta. Waktu itu Aren sudah selesai operasi jantung dan sudah dalam tahap pemulihan. Badannya yang dulu kurus dan menonjolkan tulang–tulangnya, kini mulai berisi. Ia pun sudah terbiasa naik turun tangga tanpa merasa lelah. Tak lagi digendong ibunya.

belajar setia dari aren, penyakit jantung anak, tetralogi of fallot, kelainan jantung pada anak, jantung bocor
Aren & Mama Imelda

Pertemuan dengan Aren membuatku belajar 3 (tiga) hal paling dasar untuk menjalani keseharian sebagai anak Tuhan yang tahu bersyukur walau hidup sering mendadak serupa bermain roller-coaster.

1. Sabar dan tidak bersungut-sungut
Sabar dalam penderitaan, itu pilihan Aren. Menurut Mama Imelda, “Ketika rasa sakit, Aren tak pernah menangis. Mengeluh sebentar, itu saja.” Tentu saja tidak mudah untuk anak seusia Aren belajar sabar jika tak didampingi oleh sosok yang kuat. Bukan sekadar sosok yang mengingatkan tapi lebih lagi yang bisa memberinya teladan dalam menjalani hari–harinya sehingga Aren yakin dan percaya, Tuhan pasti tolong! Dan sosok ibu, memegang peranan penting di kehidupan Aren.

2. Melibatkan Tuhan dalam hidupnya
“Tiap hari aku berdoa, bangun aku berdoa, mau tidur aku berdoa, mau bikin apa – apa harus berdoa, kakak. Mama ajar aku begitu, harus mengucap syukur,” Aren menimpali obrolan kami dengan riang. Ucapannya membuat mata yang sedari tadi panas, tak kuasa lagi untuk membendung aliran air yang turun satu–satu dan merengkuh tubuhnya. Ya Tuhan, anak ini luar biasa!

3. Setia walau hari–hari yang dilalui terasa berat
Aku tidak rasa sakit, kakak. Cuma pegal saja waktu dokter bilang dadaku dibuka. Tempat tidurnya juga dingin.”
Mama Imelda membenarkan pernyataan Aren, selama ini anaknya tak sedikitpun menangis. “Saya sudah khawatir waktu kami naik bus dari Bali ke Jakarta. Saya terus berdoa, Tuhan jangan sampai anak ini tiba – tiba kesakitan. Puji Tuhan, kami sampai di sini, Aren baik–baik saja.”

* * *

Perjalanan panjang yang dilalui Aren dan Mama Imelda hingga mendapatkan jadwal operasi, bukanlah perkara yang mudah. Bisa saja di tengah perjalanan, ibunya menyerah atau anaknya putus asa. Lebih lagi mereka hanya bisa melakukan perjalanan darat karena Aren punya ketakutan jika terbang, pesawatnya jatuh. Kalau itu terjadi, dia tak bisa melanjutkan berobat. Tapi Aren belajar setia menunggu waktu-Nya Tuhan.

Kadang, Tuhan izinkan masalah muncul di kehidupan kita untuk mendorong kita lebih dekat lagi kepada-Nya. Hanya saja, kita suka kurang peka. TOF tak sedikitpun menyurutkan semangat Aren untuk mewujudkan cita–citanya menjadi anak Tuhan yang setia. Betapa senangnya Aren dan Mama Imelda ketika dokter memberikan izin boleh pulang ke Sumba dan melakukan kontrol di Denpasar saja. Awal Desember 2019, Aren yang bercita–cita menjadi pendeta; pulang ke Sumba. Ia sudah tak sabar untuk merayakan Natal bersama teman–teman Sekolah Minggu dan keluarganya di kampung yang tak ditemuinya selama hampir setahun.

Apa masalahmu saat ini? Tuhan tidak pernah memberikan ujian melebihi dari yang dapat kita tanggung. Yakin dan percaya, Tuhan pasti selalu menyertai.[oli3ve]

*Ditulis untuk Warung Sate Kamu, dibagikan di sini sebagai dokumentasi.

Ung Lang: Peristirahatan Mewah Kaisar Khai Dinh

$
0
0

Jempol kaki saya terkejut melihat susunan anak tangga menuju Thien Dinh, menjulang di depan mata. “Thu, berapa anak tangga nih?” Thu, mahasiswi Universitas Hue, kawan berjalan saya hari itu hanya senyum – senyum. “Three times of these,” jawabnya sambil berlalu ke loket pembelian tiket. Seriusssss? Saya masih iseng menghitung jumlah anak tangga itu saat Thu muncul menyodorkan kartu tiket, “Let’s go!” Pergelangan kaki saya masih sedikit kram karena keplitek di Cat Cat Village minggu lalu. Memang tidak sepanjang hari dia mengeluh. Tapi kalau diajak naik – naik tangga yang banyak, bisa jerit – jerit dia nanti malam karena ototnya diberi kejutan – kejutan aduhai. Puji Tuhan, 35 atau 40 anak tangga – maaf kalau hitungnya terlewat atau kelebihan – berhasil dilewati walau sedikit kram untuk sampai diii … tempat tap tiket!! Pintu pemeriksaan tiketnya di atas, jadi harus naik tangga dulu.

Tangga terakhir sebelum 10 anak tangga terakhir 🙂

mausoleum khai dinh
Thien Dinh Palace, tempat yang dituju

Mausoleum Khai Dinh destinasi yang kami tuju setelah sarapan di Thanh Thuy. Tempat peristirahatan yang terletak di lereng Gunung Chau Chu, kurang lebih 10 km di luar kota Hue. Walau sudah membaca sedikit dan melihat – lihat unggahan gambarnya di media sosial sebelum tiba di Hue, tak terbayang kalau untuk mencapai peristirahatan Khai Dinh, harus menapaki banyak anak tangga! Ada yang mengatakan jumlah anak tangga yang harus dilewati dari tepian jalan hingga ke Thien Dinh Palace, bangunan utama di  komplek peristirahatan Khai Dinh; sebanyak 137 anak tangga yang terbagi dalam lima tangga yang menghubungkan lima tingkat pelataran mausoleum. Pada tiap – tiap tangga, kiri kanannya dijaga sepasang naga yang badannya dijulurkan dari atas ke bawah.

Gigi salah seekor naga di Ung Lang
khai dinh tomb
Anak tangga menuju teras Honor Couryard tingkat dua di Ung Lang

Setelah lolos melewati pintu tiket otomatis, kami berjalan ke pelataran yang cukup lega untuk berlalu – lalang di saat banyak orang berkunjung ke sana. Di kiri kanannya terdapat dua bangunan yang saling berhadapan. Area ini dan satu tingkat lagi di atasnya – yang tentu saja dihubungkan oleh 30an anak tangga (lagi) – dinamai Honor Courtyard. Tak ingin kehilangan semangat ‘nanjak, saya melewatkan tawaran untuk mampir ke dua bangunan yang pada masanya adalah rumah para hulubalang kaisar – sekarang, kedua bangunan itu difungsikan sebagai ruang pamer, tempat menyimpan beberapa barang seni peninggalan Khai Dinh – dan mengajak Thu untuk terus naik tangga berikutnya.

Patung hulubalang Khai Dinh

Di pelataran tingkat kedua Honor Courtyard, kami disambut oleh barisan hulubalang yang berdiri berjejer di bawah tangga menuju ke pelataran tingkat ketiga. Mereka berdua puluh, dibagi dua kelompok yang masing – masing terdiri atas 10 orang; siaga di tangga sebelah kiri dan kanan. Di tiap barisan itu juga disertai oleh seeokor kuda dan seekor gajah, simbol dari kendaraan kebesaran kerajaan. Di pojok kiri dan kanan tangga menjulang tugu, sedang di tengah – tengahnya terdapat satu bangunan berbentuk heksagonal tempat menyimpan prasasti yang berisi momen – momen penting di kehidupan Khai Dinh yang ditulis oleh putera mahkota, Bao Dai. Teras ketiga dan keempat berupa selasar pendek untuk meregangkan otot kaki setelah naik tangga dari lantai bawah, sebelum mencapai teras Thien Dinh Palace di tingkat kelima.

Prasasti Khai Dinh

Mausoleum Khai Dinh dibangun pada 1920 oleh Khai Dinh, kaisar ke-12 di wilayah yang dulunya disebut Annam (sekarang masuk wilayah tengah – sebagian selatan Vietnam) semasa dinasti Nguyen memegang kekuasaan di Vietnam dengan Hue sebagai pusat pemerintahannya. Ia lahir dengan nama Nguyen Phuc Buu Dao pada 8 Oktober 1885. Umurnya masih tiga tahun ketika Kaisar Dong Khanh, ayahnya; mangkat. Walau ia adalah putera mahkota, ia tak serta merta menggantikan ayahnya. Ia dan ibunya bahkan harus diasingkan dari istana dan menjalani kehidupan sederhana di pinggiran Hue. Buu Dao dibesarkan oleh ibunya juga ibu tirinya (permaisuri Dong Khanh) dengan dibekali pendidikan dasar khususnya membaca, menulis, dan pengetahuan akhlak. Di usia remaja mendapat gelar Pangeran Phung Hoa.

Tempat peristirahatan Khai Dinh

Pada 18 Mei 1916, Phung Hoa diangkat menggantikan kaisar sebelumnya yang digulingkan oleh Prancis. Ia diharapkan dapat menjadi pemimpin yang membawa damai dan menciptakan kesimbangan untuk kemajuan negerinya sesuai arti nama penobatannya, Khai Dinh. Kenyataannya, dari banyak tuturan yang sering didengar tentang perjalanan hidupnya ketika berkunjung ke peristirahatannya; selama 8 (delapan) tahun pemerintahannya, ia lebih patuh pada Prancis sehingga dijuluki Kaisar Boneka. Ia mendapat banyak sorotan dari tokoh pergerakan baik dari dalam maupun dari luar Vietnam  termasuk dari tokoh revolusi Vietnam, Ho Chi Minh.

Ruang tempat meja pemujaan di Thien Dinh
Meja doa

Di antara kritikan itu, ada segelintir pengamat yang memberinya pujian bahwa Khai Dinh adalah kaisar yang pemilih dan menyeleksi orang – orang yang bekerja dekat dengannya berdasarkan pendidikan mereka. Hulubalangnya dipilih bukan berdasarkan garis keturunan karena ayah atau kakek mereka sebelumnya menduduki posisi itu tapi karena pendidikannya. Sehingga tak menutup kesempatan bagi warga biasa untuk menduduki posisi di pemerintahannya. Khai Dinh juga membuat aturan bahwa jabatan ini tak diwariskan turun – temurun. Jika anak – anak dari hulubalang tak berpendidikan sehingga kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang baik; itu adalah risiko dari kemalasan mereka untuk belajar. Khai Dinh juga bukan pemimpin yang fanatik terhadap agamanya. Khai Dinh pemeluk Buddha yang taat. Namun, kala kesakitan luar biasa menghampiri karena paru – parunya digerogoti tuberkulosis, Khai Dinh sering meminta hulubalangnya yang beragama kristen untuk memanggil pemimpin agamanya datang mendoakan dirinya di istana.

Detail kubah di atas peristirahatan Khai Dinh
Detail tangga peristirahatan Khai Dinh
Ice Bucket, hadiah dari pemerintah Prancis untuk Kaisar Dong Khanh, ayah Khai Dinh yang disimpan di Ung Lang

Pada 6 November 1925 Khai Dinh beranjak ke keabadian. Bao Dai, putera satu – satunya, naik tahta menggantikan ayahnya dan melanjutkan pembangunan makam Khai Dinh hingga selesai pada 1931. Bila memperhatikan bentuk – bentuk dan ornamen bangunannya, dari lanskap hingga interiornya; akan terlihat jelas adanya akulturasi timur dan barat di sana. Sewaktu nama gunung Chau Chu diubah menjadi Ung Son, tempat peristirahatan ini oleh masyarakat setempat kemudian dikenal dengan nama Ung Lang atau Mausoleum Ung.

Detail dinding ruang peristirahatan Khai Dinh
Ini makam apa istana ya? 😉

Makam Khai Dinh berada di ruang tengah Thien Dinh Palace. Tempat yang bikin penasaran dan membuat pengunjung sering bersesakan di dalam untuk melihat ornamen – ornamen artistik berupa lukisan di langit – langit, mozaik dari porselen, dan kaca patri yang dikerjakan dengan sangat detail; menghiasi seluruh bagian ruangan peristirahatannya. Lukisan itu dikerjakan oleh seniman terkenal Vietnam dan porselen serta kaca patri itu didatangan khusus dari Tiongkok, Jepang, dan Prancis. Pengerjaannya dilakukan oleh seniman – seniman pilihan pada masa itu. Di tempat ini, mata rasanya tak ingin berkedip mengamati isi ruangan. Belum lagi patung perunggu Khai Dinh yang duduk di singgasana yang dibangun di atas makamnya. Meja pemujaan ada di ruang depan. Di atasnya menggantung potret diri Khai Dinh yang tampak culun. Wajah di potret itu tampak sangat muda. Serupa ayahnya yang mati muda, Khai Dinh pun pergi di usia yang masih sangat produktif. Saleum [oli3ve].

Kepo Kipi Vaksinasi Covid-19 GRATIS dari Pemerintah

$
0
0

Saya sudah divaksin! Vaksin saya sudah lengkap! Dua dosis CoronaVac sudah dimasukkan ke dalam tubuh saya lewat dua kali injeksi intramuskular.

Koq bisa?
Emang kamu manula, Lip?
Lewat jalur manaaaa?
Dapat AZ atau Sino?

Pertanyaan – pertanyaan yang bermunculan dan dikirimkan lewat pesan pribadi saat mengunggah gambar diri dengan jarum suntik tertancap di lengan kiri 🙂

Ketika kasus pertama penyakit Covid-19 ditemukan di Indonesia pada awal Maret 2020, tak ada yang menyangka kalau virus Corona ini akan cepat sekali menyebar menjadi pandemi dan membuat perubahan besar dalam menjalani aktivitas keseharian kita selama setahun ini. Bersyukurlah kita hidup di era teknologi modern dengan segala kemajuannya termasuk di bidang medis sehingga penemuan dan pengembangan vaksin Covid-19 yang cepat menjadi harapan semoga pagebluk ini segera berlalu. Tapiiii .. vaksin saja tidak berguna tanpa ada vaksinasi! Dan … vaksinasi tidak bisa dilakukan jika kamu menolak karena meyakini isu vaksinasi Covid-19 = implan chip *ee .. dodo’eee

vaksinasi covid19, coronavac, sinovac covid19 vaccine, cara mendapatkan vaksinasi covid19
WAJIB bergambar setelah vaksinasi 😉

Saya jadi ingat cerita Opa saya yang ikut cursus vaccinateur di Parc Vaccinogene en Instituut Pasteur pada 1930. Duluuu, ketika cacar merebak, diperlukan waktu bertahun – tahun untuk bisa bebas dari penyakit itu. Tenaga medis pun masih kurang sehingga pemerintah Hindia Belanda pada masa itu mendirikan Parc Vaccinogene di Jakarta sebelum pindah ke Bandung menjadi Parc Vaccinogene en Instituut Pasteur – cikal bakal Bio Farma – dan membuka kursus singkat untuk orang pribumi belajar tentang vaksin dan tata cara menyuntik agar merekalah yang turun ke pelosok – pelosok memberikan penyuluhan dan melakukan vaksinasi. Pulang dari Bandung, sebagai Mantri Cacar, Opa saya kerjanya tournee ke pelosok hingga perbatasan kampung tetangga untuk mencacar (memberikan vaksin cacar) selama kurang lebih 30 tahun.

Sekarang, dengan ketersediaan stok vaksin dan tenaga medis sudah banyak; pelaksanaan program vaksinasi Covid-19 GRATIS untuk masyarakat Indonesia pun bisa dijalankan sejak Januari 2021.

Seberapa penting vaksinasi Covid-19 sehingga saya berusaha untuk segera mendapatkannya?

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan bahwa orang yang terpapar virus Corona bisa sembuh tanpa perlu perawatan khusus. Dengan istirahat yang cukup, dalam tempo seminggu tubuh akan berangsur pulih. Namun, dampaknya akan berbeda pada orang usia lanjut atau mereka yang memiliki masalah medis lebih lagi mempunyai komorbid (penyakit penyerta) seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit pernapasan kronis, dan kanker.

Being vaccinated does not mean that we can throw caution to the wind and put ourselves and others at risk, particularly because research is still ongoing into how much vaccines protect not only against disease but also against infection and transmission. [sumber WHO]

Penting banget! mendapatkan vaksinasi dosis lengkap untuk menurunkan risiko perawatan, mencegah penularan Covid-19 secara signifikan, dan menurunkan risiko kematian. [sumber Kemenkes].

vaksinasi covid19, coronavac, sinovac covid19 vaccine, cara mendapatkan vaksinasi covid19
Vaksinasi Covid-19 dosis kedua

Puji Tuhan, kemarin dulu, saya sudah mendapatkan vaksinasi lengkap setelah dosis kedua disuntikkan oleh mas dokter yang saya lupa tanya namanya karena terpesona pada kelembutan suaranya *hatchiiiii!

Bagaimana cara mengetahui nama kita sudah terdaftar sebagai peserta vaksinasi Covid-19 GRATIS ini?

Silakan mengecek status vaksinasi Covid-19 melalui laman Peduli Lindungi. Nanti kamu akan diminta untuk memasukkan Nama Lengkap dan Nomor Induk Kependudukan (NIK). Jika nama kamu sudah terjadwal, jadwal vaksinasi Covid-19 juga akan diinformasikan melalui SMS dari nomor 1199. Jadi, pastikan saat mengisi data diri kamu memberikan data yang diminta dengan baik dan benar.

Saya ikut program vaksinasi tahap kedua yang diselenggarakan oleh Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) bekerja sama dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM serta Dinas Kesehatan DKI Jakarta yang ditujukan untuk pekerja/karyawan di mal dan pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Di hari yang sudah ditunggu – tunggu, saya memilih untuk datang pk 09.00 ke sentra vaksinasi di Pondok Indah Mall. Pertimbangannya adalah di pagi hari badan masih segar, bersemangat, juga memperhitungkan jam makan siang bisa sekalian di luar rumah.

Tahapan pada Vaksinasi Covid-19 Pertama

PENGECEKAN DATA – sesampai di lokasi, temuilah petugas sesuai dengan jalur pendaftaran. Karena saya lewat jalur UMKM, maka saya mencari petugas yang memegang data peserta vaksinasi UMKM. Jika datanya ada, petugas akan memberikan formulir Kartu Verifikasi Peserta Vaksinasi Covid-19 untuk dilengkapi sambil menunggu antrean ke meja registrasi. Jangan lupa untuk selalu membawa pulpen agar TIDAK bingung meminjam alat tulis orang lain.

vaksinasi covid19, coronavac, sinovac covid19 vaccine, cara mendapatkan vaksinasi covid19
Formulir yang harus dilengkapi untuk verifikasi data peserta vaksinasi Covid-19 pertama

REGISTRASI – setelah mendapatkan formulir tadi, petugas mengarahkan untuk masuk ke City Hall dan menempati bangku – bangku yang telah disiapkan untuk mengantre. Pastikan sudah mengisi Kartu Verifikasi Peserta Vaksinasi Covid-19 sebelum giliranmu menuju ke meja registrasi untuk verifikasi data. Petugas bagian registrasi akan mencocokkan data dari formulir dengan data yang sudah ada di sistem dengan mengecek Kartu Identitas (KTP) dan nomor handphone yang didaftarkan.

vaksinasi covid19, coronavac, sinovac covid19 vaccine, cara mendapatkan vaksinasi covid19
Area antre untuk registrasi, di sisi kanan area observasi
vaksinasi covid19, coronavac, sinovac covid19 vaccine, cara mendapatkan vaksinasi covid19
Proses verifikasi di meja registrasi

SKRINING – jika  data sudah terverifikasi, petugas akan meminta bergeser ke meja skrining untuk pemeriksaan suhu tubuh, tekanan darah, dan wawancara singkat riwayat kesehatan serta kondisi kesehatan calon penerima vaksin saat itu. Berikanlah informasi yang sebenar – benarnya karena hidup matimu ini erat kaitannya dengan kesehatan jangka panjangmu! Karena sedang datang bulan, saya bertanya ke dokter apakah boleh perempuan yang sedang haid menerima vaksin Covid-19? Kata dokternya boleh, tidak ada masalah!

VAKSINASI – kalau hasil skrining bagus, barulah dokter akan melakukan tugasnya memasukkan cairan vaksin lewat injeksi intramuskular di lengan kiri. Kenakan pakaian lengan pendek agar tidak ribet membuka baju. Kalau kamu mengenakan jaket, buka dulu sebelum maju ke meja dokter! Pastikan juga kamera HPmu siap untuk menangkap momen ketika dokter menancapkan jarum suntik ke lengan dan menyuntikkan cairan CoronaVac – ada beberapa jenis vaksin yang digunakan di Indonesia, saya mendapatkan jatah vaksin Sinovac yang dikembangkan oleh Sinovac Biotech Ltd – sebagai kenangan. Jika tak berani swafoto karena untuk suntik saja sudah keringatan, minta tolonglah pada perawat yang mendampingi dokter untuk mengabadikanmu.

vaksinasi covid19, coronavac, sinovac covid19 vaccine, cara mendapatkan vaksinasi covid19
Skrining dan Vaksinasi Covid-19 pertama

OBSERVASI – proses suntik itu cepat sekali asal kamu tidak deg – deg’an. Setelah disuntik, petugas lain akan mengarahkan untuk bergeser ke area observasi. Karena ruangannya cukup lega, petugasnya akan berbaik hati membantu mengumpulkan berkas yang tadi diisi untuk diserahkan ke petugas di meja observasi. Proses observasi berlangsung sekitar 30 menit untuk mengetahui kemungkinan adanya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) berupa reaksi tubuh setelah menerima vaksin untuk ditindaklanjuti petugas medis. Selama observasi, boleh sambil nyamil dan minum karena efek vaksin mulai bekerja dan merangsang rasa lapar. Bawalah camilan dan air minum sendiri dari rumah!

Setelah masa observasi selesai, petugas akan memanggil peserta vaksinasi untuk mendapatkan Kartu  Vaksinasi Covid-19, berisi riwayat vaksinasi termasuk nama vaksin yang dipakai disertai nomor kontak dokter yang sewaktu – waktu bisa dihubungi jika terjadi KIPI setelah vaksinasi.

Periksalah dengan teliti data yang tercatat di kartu itu sebelum meninggalkan ruangan. Pastikan nama dan nomor handphone-mu yang tercatat di situ, BUKAN data orang lain!

vaksinasi covid19, coronavac, sinovac covid19 vaccine, cara mendapatkan vaksinasi covid19
Observasi dan pengecekan data di Kartu Vaksinasi Covid-19

KIPI Vaksin Covid-19

Umumnya, setelah disuntik biasanya akan pegal pada bagian tempat injeksi. Begitu juga yang terjadi setelah menerima vaksin Covid-19. Lengan kiri saya sudah mulai terasa pegal hingga ke ujung – ujung jari tak lama setelah disuntik. Satu jam kemudian, lapar teramat sangat menyerang padahal belum waktunya makan siang dan paginya saya sudah sarapan berat. Sekitar pk 15.00, kantuk terus menerus menyerang sehingga malam itu berangkat tidur lebih cepat karena mata tidak kuat. Selama dua hari pasca vaksinasi, porsi tidur bertambah lama dan sering karena mengantuk melulu. Jika terbangun, mulut yang tidak berhenti mengunyah. Untunglah stok makanan sudah disiapkan sehingga tak mengganggu proses memamah biak. Pada vaksinasi kedua, hanya berasa pegal setelah disuntik dan terasa sedikit lebih lama.

Tips: KIPI pada setiap orang berbeda. Observasi dan kenalilah dirimu sendiri. Agar badan rileks, banyak istirahat. Jaga kebugaran tubuh dengan gerak badan. Sering – seringlah minum air putih serta makan buah dan sayuran. Boleh kok makan bipang asal tidak tiap hari. Pantau tekanan darah dan kadar gula darah secara berkala.

Tahapan pada Vaksinasi Covid-19 Kedua

Agar tubuh memiliki kekebalan yang baik untuk menangkal virus Corona, setiap peserta vaksinasi harus mendapatkan 2 x 0,5ml vaksin Covid-19. Interval injeksi vaksin pertama dan kedua tergantung dari jenis vaksin yang digunakan. Saya mendapatkan CoronaVac a.k.a Sinovac Covid-19 vaccine dengan jarak pemberian dosis pertama dan kedua 28 hari. Informasi jadwal vaksinasi kedua sudah saya terima lewat sms dari 1199 saat masih observasi usai vaksinasi pertama. Jadwal itu datang bersamaan dengan tautan untuk mengunduh sertifikat vaksinasi pertama.

vaksinasi covid19 form dua

vaksinasi covid19, coronavac, sinovac covid19 vaccine, cara mendapatkan vaksinasi covid19
Menunggu giliran untuk Skrining & Vaksinasi kedua

Alur vaksinasi kedua tidak sepanjang yang pertama. Tahapan awalnya tetap sama. Setiap peserta vaksinasi harus mengisi formulir Kartu Kendali Pelayanan Vaksinasi Covid-19 yang diberikan petugas sebelum diarahkan untuk mengantre ke meja skrining dan vaksinasi. Saat skrining, selain pengecekan fisik secara umum, dokter juga akan menanyakan apakah ada KIPI setelah vaksinasi pertama sebelum dinyatakan lolos untuk mendapatkan dosis kedua.

Tips: Jika belum mendapatkan sms jadwal vaksinasi kedua atau ingin mengecek sertifikat covid-19, jangan sungkan – sungkan untuk mengeceknya di laman Peduli Lindungi.

vaksinasi covid19, vaksin covid19, coronavac, sinovac covid19 vaccine

Usai vaksinasi Covid-19 bukan berarti jadi bebas berkeliaran ke sana ke mari lho! Kalau pun harus berkegiatan di luar rumah, tetap patuhi protokol kesehatan, jalankan 3M: mengenakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun demi kebaikan diri juga orang di sekitar kita. Semoga pandemi cepat berakhir, saleum [oli3ve].

Khiem Lang: Mencari Ketenangan di Tempat Peristirahatan Tu Duc

$
0
0

Turun dari Ung Lang, saya mengajak Thu duduk sebentar di kedai minuman di samping tempat parkir motor. Saya memesan secangkir besar Nuoc Chanh Leo dengan sedikit es – jus markisa yang dituang dengan biji – bijinya – dan sebotol air mineral untuk mengisi tumbler yang sudah kosong. Thu memilih Nuoc Mia – air tebu. Hari sudah semakin siang. Jantung saya mulai berderap – derap lebih cepat mengingat waktu bermain di Hue yang semakin pendek. Jika ingin ke Khiem Lang, tempat peristirahatan Tu Duc; korbankan kunjungan ke Kota Terlarang! Thu menatap saya lekat – lekat karena masih ngotot ingin mampir ke Imperial City sebelum ke Khiem Lang.

Kami hanya punya waktu empat jam sebelum semua tempat wisata yang menerapkan batasan jam berkunjung, TUTUP! Kali ini saya menyerah dan mengikuti Thu, duduk di sadel motornya. Khiem Lang – sering pula disebut Mausoleum Tu Duc – berjarak 10 – 15 menit naik motor dari Ung Lang.

***

tomb of tu duc, royal tomb of hue, hoa khiem palace, khiem lang
Khiem Cung Ky, ruang tempat prasasti Tu Duc

Keputusan Thieu Tri mengubah aturan urutan penerus pemimpin dinasti Nguyen yang akan naik tahta setelah dirinya tak ada, sudah bulat. Thieu Tri memilih Pangeran Nguyen Phuc Hong Nham-lah yang akan menggantikannya BUKAN Putera Makhota, Pangeran Nguyen Phuc Hong Bao. Keputusan  yang tentu saja membuat hati Hong Bao dongkol. Ia melakukan pemberontakan untuk menjatuhkan pemerintahan yang baru bersama pengikutnya ketika adiknya dinobatkan menjadi Kaisar Keempat Viet Nam dengan gelar Kaisar Tu Duc. Aksinya berhasil diredam! Walau telah melawan kaisar, Tu Duc masih berbaik hati tak menghabisi Hong Bao. Ia menuruti nasihat Ibu Suri Tu Du, ibunya, untuk tetap berbelas kasih pada kakaknya. Tapi Hong Bao memilih mengakhiri hidupnya sendiri di penjara tak lama setelah dirinya ditangkap.

Hong Nham lahir ketika kakeknya sedang pusing memikirkan bagaimana melandaikan angka korban pagebluk yang disebabkan oleh variola. Usaha pencegahan virus dan pengobatan telah dilakukan dengan bermacam ramuan tradisional yang diadopsi dari negara tetangganya, Tiongkok; tak menunjukkan perkembangan yang baik. Variola – virus penyebab sakit cacar/smallpox – memang telah lama merajalela di Viet Nam, bahkan semenjak kakeknya masih kanak – kanak. Virus itu datang ke Viet Nam menguntit para pedagang yang turun naik dari kapal yang bersandar di kota – kota pelabuhan.

tomb of tu duc, khiem lang, royal tomb of hue, makam kaisar tu duc
Dua cowok Prancis mengaso di gerbang Khiem Cung

Cacar banyak diderita oleh anak – anak yang menjadi sangat rentan pada usia akil balik. Hong Nham dan beberapa anak di lingkungan istana pun tak luput dari sakit cacar. Ada yang selamat, tak sedikit yang lewat. Karenanya Minh Mang, kakek Hong Nham – Kaisar Kedua Viet Nam dari dinasti Nguyen yang berkuasa di masa itu – merasa  Viet Nam perlu mengambil langkah untuk mengikuti dunia barat – Prancis kala itu yang berpengaruh di Viet Nam – dalam memerangi pagebluk dengan vaksin! Setelah berembuk, pemerintahnya memutuskan untuk mengirimkan seorang dokter untuk mempelajari baik – baik perihal vaksin cacar ini ke Macau agar sesegera mungkin hasilnya bisa dibawa pulang ke Hue untuk menyelamatkan banyak nyawa terutama generasi penerus klan Nguyen.

Dua puluh tahun kemudian saat Hong Nham naik tahta menjadi Kaisar Tu Duc, urusan dengan variola belum selesai. Bahkan dampak dari cacar yang dideritanya semasa kecil, terus dibawanya hingga ke liang kubur.

tomb of tu duc, khiem lang, royal tomb of hue, makam kaisar tu duc
Paviliun Xung Khiem

Kami tiba di Khiem Lang tepat saat matahari menyengat puncak kepala. Panasnya keterlaluan! membuat dua lelaki muda Prancis yang berjalan bersama kami dari gerbang Vu Khiem ke depan kuil Chi Khiem, buru – buru membaluri kulit mereka dengan krim tabir surya agar tak terbakar matahari yang sedang marah – marah.

Lanskap Khiem Lang dirancang sendiri oleh Tu Duc. Konsepnya menyerupai istana utama di Hue dengan taman rekreasi yang luas di tengah hutan pinus. Taman itu dibelah oleh sebuah kali yang bermuara ke danau. Bangunan – bangunan yang ada di Khiem Lang pun ditata dengan baik sehingga tak bersesakan di satu tempat. Khiem Lang dibangun selama 3 (tiga) tahun pada 1864 – 1867 di lahan seluas 20 hektar yang dikelilingi tembok yang tinggi. Tu Duc sengaja memilih lokasi yang tenang di kampung Duong Xuan Thuong, Thuong Ba sekitar 8 km dari pusat kota Hue untuk tempat peristirahatan abadinya.

tomb of tu duc, khiem lang, royal tomb of hue, makam kaisar tu duc
Peta Khiem Lang

Karena Tu Duc masih hidup setelah Khiem Lang selesai, ia jadi lebih sering menenangkan diri dengan permaisuri – dan istri-istri serta selirnya – di sini ketika suntuk di Hue. Kesenangannya, duduk berlama – lama membaca atau menulis di Xung Khiem, paviliun yang dibangun menjorok ke tengah Danau Luu Khiem; danau buatan di tengah – tengah Khiem Lang. Bila sedang bosan, Tu Duc kadang cuma berputar – putar dengan perahu di danau atau pergi berburu ke Tinh Khiem; pulau kecil di tengah danau itu.

tomb of tu duc, khiem lang, royal tomb of hue, makam kaisar tu duc
Kuil Chi Khiem

Kami mulai menyusuri Khiem Lang dari Kuil Chi Khiem dengan meja – mejanya yang berwarna merah berderet memanjang di balik pintu – pintu kayu yang dibiarkan terbuka; ruang yang diperuntukkan sebagai tempat pemujaan arwah para istri Tu Duc. Di samping Permaisuri Le Thien Ahn, Tu Duc memiliki 100 istri dengan banyak selir. Para selir ini tinggal di Paviliun Tri Khiem and Paviliun Y Khiem – bangunan yang rusak kena bom Amerika di masa perang kedua dan dibiarkan tak direstorasi sebagai bukti tinggalan sejarah – yang berdiri di belakang Kuil Chi Khiem. Sedang permaisuri dan para istri, tinggal bersama Tu Duc di istana dalam yang dapat diakses dari gerbang Khiem Cung. Agar tak berputar – putar, kami memilih untuk masuk ke istana dalam lewat tangga yang biasa dilalui para selir dan orang – orang dil lingkungan istana ketika masuk ke sana.

tomb of tu duc, royal tomb of hue, hoa khiem palace, khiem lang
Hoa Khiem Palace
tomb of tu duc, royal tomb of hue, hoa khiem palace, khiem lang
Hoa Khiem Palace yang dibiarkan kosong

Khiem Lang (Mausoleum Emperor Tu Duc)
Thon Thuong Ba, Thanh Pho Hue
Thua Thien Hue, Vietnam

Buka setiap hari pk 08.00 – 17.00
HTM: VND 100.000

Ada dua bangunan utama di istana dalam. Hoa Khiem Palace, tempat kerja resmi Tu Duc dan Luong Khiem Palace, tempat tinggal Tu Duc. Bangunan lain yang terdapat di sana adalah Phap Khiem House dan Le Khiem House, tempat tinggal para hulubalang serta On Khiem, gudang kerajaan dan Minh Khiem Theatre, satu – satunya ruang teater yang dibangun di komplek makam kaisar Viet Nam. Setelah berlalunya era Tu Duc, sebagian bangunan di sini pun beralih fungsi. Hoa Khiem Palace menjadi tempat pemujaan Tu Duc dan Le Thien Ahn serta ruang pajang barang – barang koleksi istana. Luong Khiem Palace jadi tempat pemujaan bagi Ibu Suri Tu Du.

tomb of tu duc, royal tomb of hue, hoa khiem palace, khiem lang
Hoa Khiem Palace

Minh Khiem Theatre, sudah lama sepi, tak lagi menjadi tempat para istri dan selir Tu Duc mementaskan pertunjukan opera. Ruang ini sekarang menjadi ruang pajang kursi singgasana. Pengunjung boleh duduk dan berpose di situ asal mengenakan kostum kebesaran yang bisa disewa dari petugas yang berjaga di sana.

Kami meninggalkan istana dalam lewat gerbang Khiem Cung yang menghadap ke Danau Luu Khiem. Melihat Paviliun Xung Khiem sedang ramai oleh pejalan lokal, saya mengajak Thu berjalan ke makam Tu Duc dan Le Thien Ahn sebelum pulang.

tomb of tu duc, royal tomb of hue, hoa khiem palace, khiem lang
Langit – langit Minh Khiem Theatre dengan gambar rasi bintang

Patung hulubalang yang berdiri di luar gerbang makam, prasasti yang mencatat riwayat hidup pemilik makam, dan dua tugu yang biasanya berdiri tak jauh dari prasasti yang melambangkan kekuatan kekuasaan di era kaisar tersebut; ciri khas makam – makam kaisar Viet Nam di era dinasti Nguyen. Prasasti ini harusnya ditulis oleh putera mahkota. Karena tak memiliki anak – cacar telah membuatnya mandul! – Tu Duc menjadi satu – satunya kaisar Viet Nam yang menuliskan sendiri riwayat hidupnya sebelum dia meninggal.

tomb of tu duc, royal tomb of hue, hoa khiem palace, khiem lang
Patung hulubalang Tu Duc
tomb of tu duc, royal tomb of hue, hoa khiem palace, khiem lang
Tugu di depan makam Tu Duc di Khiem Lang

Tu Duc adalah kaisar dari dinasti Nguyen yang paling lama berkuasa di Viet Nam. Ia naik tahta pada awal 1848 dan meninggal karena sakit pada 1883. Ia digantikan oleh anak angkatnya, Pangeran Nguyen Phuc Ung Dang a.k.a Kaisar Kien Phuc. Karena tubuhnya lemah dan sering jatuh sakit, Kien Phuc menyusul kepergian Tu Duc 8 bulan setelah dinobatkan sebagai Kaisar Kelima Dinasti Nguyen. Ia pun dimakamkan di Khiem Lang, di seberang makam ayah angkatnya. Pada 1902 ketika Permaisuri Le Thien An meninggal, ia menjadi satu – satunya istri kaisar Tu Duc yang dimakamkan di Khiem Lang.

tomb of tu duc, royal tomb of hue, hoa khiem palace, khiem lang
Makam Tu Duc

Setelah berpeluh berkeliling, saya pun paham kenapa Thu memaksakan kehendaknya agar kami langsung berjalan ke makam Tu Duc siang itu. Khiem Lang ini serupa taman rekreasi yang luas. Dibutuhkan waktu minimal dua jam agar bisa puas berkeliling – itupun kami hanya mampir sekelebat di peristirahatan Kien Phuc yang dilewati saat berjalan ke gerbang Thuong Khiem.

tomb of tu duc, royal tomb of hue, hoa khiem palace, khiem lang
Makam Le Thien Ahn

Satu hal yang tak boleh dilupakan bila bermain ke sini adalah bawa topi dan bekal air minum yang banyak! Meski di dalam ada dua warung yang menjual air minum, ketok harganya kemahalan. Saya jadi terpikir piknik dan mengusulkan ke Thu, lain kali jika berkunjung ke sini baiknya kita bawa bekal makan siang untuk dinikmati sembari selonjoran di pinggir kali di dekat peristirahatan Le Thien An hahaha. Sebelum meninggalkan Khiem Lang, kami duduk memesan Es Kelapa Muda di warung tempat memarkir motor sambari menumpang menikmati tiupan angin dari kipas anginnya yang sengaja diminta untuk disetel pada kecepatan paling tinggi. Saleum [oli3ve].

Onederz Siem Reap dan Kebaikan – kebaikannya

$
0
0

Keliru. Keputusanmu mampir (hanya) semalam di Siem Reap itu K-E-L-I-R-U!! Suara – suara sumbang berkumandang di dalam kepala ketika hati sedang menimbang – nimbang hendak memilih menu sarapan yang ditawarkan pelayan di restoran Onederz Siem Reap pagi itu. Sarapan komplet atau minum secangkir kopi lalu mencari sarapan lokal di luar?

STOP! Saya mau makan!!

You have two choices. To control your mind or to let your mind control you – [Paulo Coelho]

Siem Reap kota terakhir yang saya mampiri di 4 minggu perjalanan Vietnam – Kamboja tempo hari. Tentu, Angkor Wat menjadi salah satu alasan kuat bermain ke sini. Alasan lainnya justru saya jumpai sesampai di kota ini. Sayangnya, saya 24 jam saja di sini karena salah memperhitungkan waktu perjalanan ketika merancang itinerary sehingga tak bisa beralasan untuk tinggal berlama – lama dan mengubah jadwal penerbangan pulang. Ada janji temu (penting) yang menanti di akhir perjalanan. Sighhh!

Tiga malam di Kamboja, saya tidur dua malam di hostel – semalam di Phnom Penh, semalam di Siem Reap – dan satu malam lagi tidur di sleeper bus di perjalanan malam Phnom Penh – Siem Reap. Satu tempat tidur di 4 Beds Female Mixed Dorm dengan tarif USD 7/malam tanpa sarapan di Onederz Siem Reap; saya pesan di perjalanan turun dari Sai Gon ke Phnom Penh.

onederz siem reap hostel, hostel in siem reap, hostel dekat night market siem reap

Semalam, saya menempati kamar berdua dengan seorang pejalan dari Singapura yang juga baru check in kemarin sore. Dia heran kenapa saya hanya semalam di Siem Reap sedang dirinya akan berada di kota ini selama … 1 minggu!! Awalnya dia menempati ranjang di atas ranjang saya. Melihat badannya yang jumbo, saya was – was saat dirinya mengangkat kopernya yang berukuran tanggung (24”) dan tampak berat itu, ikut naik ke ranjang. Aduuuh .. gimana kalau tiba – tiba ranjangnya krekkk dan bruukkk? Puji Tuhan, setelah merapikan isi kopernya, dia pindah ke ranjang di seberangnya. Mungkin menghindari terpaan langsung angin dari AC yang ada di atas kepalanya.

Bila dihitung – hitung, waktu saya di Onederz Siem Reap memang hanya untuk tidur sore dan malam. Sedikit menyesal harus meninggalkannya pagi – pagi karena tak sempat berkeliling dan menikmati semua fasilitas yang disediakan untuk tamu. Namun, di waktu yang singkat itu saya mendapati kebaikan – kebaikan Onederz Siem Reap berikut:

1.  Lokasi Strategis. Dekat sekali dengan Night Market dan Pub Street, menjadikan dua tempat ini sebagai tujuan untuk mencuci mata, belanja oleh – oleh, dan mencari makan malam.

onederz siem reap hostel, hostel in siem reap, hostel dekat night market siem reap

2. Fasilitas serupa hotel bintang – bintang. Pk 16.00 saya check in di meja resepsionis di lobi yang legaaaaaa yang juga difungsikan sebagai lounge dengan restoran, ruang menonton TV/film, bussiness center, dan ruang duduk – duduk. Meja dan bangkunya juga bermacam – macam, ada dari gelondongan kayu, sofa yang empuk, juga tatami dengan bantal duduk yang tampak menyenangkan. Jika ingin bersosialisasi dengan menu yang asyik, masuklah ke Cafe & Bar yang ada di teras depan.

onederz siem reap hostel, hostel in siem reap, hostel dekat night market siem reap

onederz siem reap hostel, hostel in siem reap, hostel dekat night market siem reap

Onederz Siem Reap memiliki dua kolam renang. Satu di lantai bawah, di samping lobi dan satu lagi di rooftop. Karena saya datang sudah sore dengan badan yang hanya ingin rebahan dan besoknya berangkat pagi, tak sempat melihat kolam renangnya.

3. Tipe Kamar. Selain dormitory – 4 Beds Mixed Dorm, 6 Beds Mixed Dorm, 12 Beds Mixed Dorm, dan 6 Beds Female Dorm – Onederz Siem Reap juga menyediakan dua tipe Private Room – Standard Twin Room, Standard Double Room – dengan kamar mandi di dalam untuk tamu yang ingin berada di kamar sendiri. Setiap kamar dilengkapi AC juga memiliki jendela, serta loker untuk menyimpan barang – barang pribadi. Gemboknya silakan dibawa sendiri atau bisa juga pinjam ke resepsionis.

onederz siem reap hostel, hostel in siem reap, hostel dekat night market siem reap

onederz siem reap hostel, hostel in siem reap, hostel dekat night market siem reap

Untuk dormitory, kamar mandi dan toilet di luar kamar dan digunakan beramai – ramai untuk penghuni satu lantai. Saya menempati kamar No. 10 di lantai 2 dengan 9 kamar lainnya. Di lantai ini memiliki kamar mandi dengan 3 bilik untuk mandi menggunakan pancuran dengan pemanas air dan 3 bilik toilet. Di dalam setiap kamar mandi tersedia sabun, shampo, sabun tangan, korek kuping, juga pengering rambut. Handuk dipinjamkan dan harus diminta ke resepsionis dengan menggunakan deposit USD 5.

onederz siem reap hostel, hostel in siem reap, hostel dekat night market siem reap

4. Keamanan Terjamin, tetapi tamu tetap harus WASPADA. Selagi membongkar – bongkar isi perut Meywah, mendadak ada yang masuk kamar. Seorang anak perempuan yang tampak kaget karena ketika pintu terbuka saya sudah siap menyambut kedatangannya. Memang ada aturan di Onederz, sehari sekali petugas akan melakukan patroli. Tapiiii … anak perempuan ini sepertinya jam kerjanya sudah selesai. Dia mengenakan jaket bukan kaos kerja berwarna hitam seperti mas/mbak yang saya temui sebelumnya di lantai bawah. ‘Ngapain dia masuk – masuk ke dalam kamar?

onederz siem reap hostel, hostel in siem reap, hostel dekat night market siem reap

Saya pura – pura sibuk dengan HP sembari memperhatikan kelakuannya. Kagok, dia membongkar seprai ranjang di dekat pintu yang seprainya terpasang kencang. Diambilnya selimut dari atas ranjang, dibentangkan, lalu dilipat kembali. Tak lama seorang kawannya menyusul dan mereka bisik – bisik dengan bahasa Khmer. Lucu aja sih melihat kelakuan mereka. Mungkin dipikirnya tamu yang baru masuk sedang keluar kamar. Karena merasa tak nyaman, setelah mereka pergi, saya buru – buru turun ke resepsionis melaporkan kejadian tersebut dan meminjam gembok untuk loker. USD 5 lagi untuk deposit 🙂

5. Pekerjanya Ramah, kecuali dua anak perempuan yang masuk kamar dengan muka ditekuk – tekuk. Mungkin mereka lelah setelah bekerja dari pagi. Mereka selalu mengingatkan untuk WASPADA dengan barang – barang pribadi jika hendak meninggalkan kamar.

6. Bersih dan Penataan Ruangnya Rapi. Alas kaki HARUS dilepas sejak mulai membuka pintu dan melangkah ke lobi. Pengelola hostel telah menyediakan rak sepatu untuk meletakkan alas kaki di dekat pintu keluar. Tamu – tamu bebas mau menyimpan alas kaki di rak sepatu yang ada di luar atau di dalam lobi. Jika ingin aman – terutama tak basah ketika mendadak hujan – baiknya letakkan di ruangan dalam.

onederz siem reap hostel, hostel in siem reap, hostel dekat night market siem reap

7. Makanannya Enak dan Murah. Onederz Siem Reap menyediakan dua tempat makan: satu di luar, satu lagi di dalam. Bila ingin bersosialisasi hingga larut; ada Coffee & Bar di kanan pintu masuk. Rasa dan harga makanan di kedua restoran itu sama. Beda suasananya saja. Tapi khusus untuk sarapan, disediakan dari restoran yang ada di lounge. Setiap tamu bisa memilih paket sarapan yang disediakan. Pagi itu, saya memesan paket sarapan komplet yang ada Omelet-nya! Menu seharga USD 2.5 itu sudah termasuk croissant, buah, dan Orange Juice. Jika tak suka croissant bisa ditukar dengan roti, jus dengan air mineral atau teh panas. Karena ingin merasakan kopinya, saya pun memesan secangkir Hot Cappucino USD 1.25 dan pergi duduk di meja di pojok agar pandangan luas.

onederz siem reap hostel, hostel in siem reap, hostel dekat night market siem reap

Onederz Siem Reap Hostel
Angkor Night Market Street
(Next to Angkor Night Market)
Siem Reap

Tel: 0972117100 or 063963525
Email: onederzsiemreap@gmail.com

Layanan lain – lain yang disediakan Onederz Siem Reap adalah transportasi dan jasa cuci pakaian. Jika tak ingin adu urat leher saat tawar menawar harga sewa dengan sopir tuk tuk, kamu bisa menggunakan jasa tuk tuk yang bekerja sama dengan pihak hostel untuk berkeliling kota atau mengunjungi tempat – tempat wisata. Mereka juga dapat memesankan tiket bus untuk tamu – tamu yang hendak berpindah kota/negara dengan bus.

Sewaktu ke Siem Reap International Airport, saya menggunakan tuk tuk Mr Reun yang mangkal di depan Onederz Siem Reap. Tarifnya USD 5. Rasanya lucu, masuk bandar udara diantar tuk tuk hingga pintu keberangkatan. Saking terpesonanya, lupa untuk mengabadikan momen langka itu. Ada alasan untuk kembali ke Siem Reap! saleum [oli3ve].

Thich Quang Duc Membakar Dirinya di Sai Gon

$
0
0

Lelaki itu melempar senyum sejak pertama kali mata kami bersirobok saat saya melangkah mendekati tempat duduknya, mencari nomor bangku yang tertera di tiket. Senyum tak hilang dari wajahnya bahkan setelah saya duduk di sampingnya dan berterima kasih karena telah sigap berdiri dari duduknya, membantu mendorong punggung Meywah ke atas tempat penyimpanan barang. Wajahnya sumringah ketika tahu saya yang menempati bangku di dekat jendela, tetangga duduknya di 21 jam perjalanan dengan kereta malam Da Nang – Sai Gon.

Kantuk sudah menguasai mata saya sedari tadi. Setelah meletakkan pantat dengan nyaman, tak ada keinginan untuk berbasa-basi dengan tetangga duduk selain segera tidur. Tapi .. tak sopan rasanya menampik uluran tangan dari lelaki di sebelah yang matanya kini ikut tersenyum.

“Minh Hy.”

Suaranya bersaing dengan gemeletuk gerbong kereta. Dia terus saja tersenyum sembari sesekali membenarkan letak kain  yang disampirkan di bahunya. Saya jadi ikut-ikutan merapikan head buff di leher dan membalas senyumnya dengan sedikit terpaksa. Entah dilihatnya tulus, dia menyambutnya dengan bercerita tentang kehidupannya. Lebih lagi setelah tahu saya habis ngider di Hue, kampung halamannya, Minh Hy yang hari itu berangkat tugas ke salah satu biara di Sai Gon, makin bersemangat bercerita. Karena sepanjang bercerita dia berkali-kali mengucapkan kata .. meng meng .. terkadang .. meng ai .. – kebiasaan orang Vietnam jika berbicara, di belakang beberapa kata sering ditutup dengan bunyi ‘ng’ – tanpa sadar, saya pun menyapa dirinya dengan panggilan Meng Meng. Lucunya, lelaki yang mengaku tinggal di biara Linh Unh, pagoda terkenal di Da Nang itu; tak komplen.

biksu meng meng
Minh Hy a.k.a Meng Meng

Menurut Meng Meng, dia mendapat panggilan mengikut Sang Buddha setelah menikah dan memiliki tiga orang anak perempuan. Dia minta ijin ke keluarganya untuk meninggalkan rumah dan tinggal di biara untuk belajar menjadi seorang biksu. Setelah dua anaknya menikah dan Minh Hy ditempatkan di Da Nang; istrinya pun masuk salah satu biara di Hue. Sesekali, mereka masih saling berkunjung. Bila tak mudik ke Hue, istri dan anaknyalah yang datang menjenguknya ke Da Nang.

Kantuk saya tiba-tiba hilang. Obrolan dengan Minh Hy berlanjut membincangkan Thich Quang Duc, biksu yang membakar dirinya di Sai Gon pada 1963. Serupa dengan yang ditulis di berita-berita, Meng Meng bilang, apa yang dilakukan Quang Duc adalah aksi protes pada diskriminasi pemerintahan Ngo Dinh Diem terhadap umat Buddha. Protes terhadap kesemena-menaan pemerintah di masa itu sudah berkali-kali dilakukan tapi suara para biksu tak pernah didengar. Sungguh ironis, mengingat hampir 90% warga Vietnam beragama Buddha tapi pemerintah memaksa hendak meng-katolik-kan Vietnam.

Sebulan sebelum peristiwa itu, di hari ulang tahun Sang Buddha, umat Buddha berkumpul di Hue merayakan Phat Dan. Amarah Diem bangkit karena di perayaan tersebut bendera-bendera komunitas Buddha bebas berkibar – hal yang dilarang keras di pemerintahannya! – sebagai bagian selebrasi. Diem mengirimkan pasukan bersenjata untuk menghentikan kegiatan dengan menembaki kerumunan massa yang ada di sana bahkan mereka diseruduk dengan tank. Massacre! Banyak korban terluka, bahkan ada anak kecil yang meninggal! Walau sedikit terlambat menerima kabar tak mengenakkan itu karena sedang mengisolasi diri dan bertapa di gunung; Quang Duc bertindak cepat. Ia bergegas turun ke kota dan pergi ke kuil Xa Loi di Sai Gon. Sesuatu harus dilakukan untuk menyelamatkan umat.

Thich Quang Duc, the Burning Monk (doc. AP)

Di pagi yang pilu itu, Quang Duc berangkat dari Xa Loi. Kendaraan yang ditumpanginya diiringi mars ratusan biksu dan biksuni menuju pusat kota. Di perempatan jalan Nguyen Dinh Chieu dan Cach Mạng Thang Tam (dulunya Phan Dình Phùng Boulevard dan jalan Lê Văn Duyệt), Quang Duc duduk bersila mengambil sikap doa di atas sebuah bantal yang diletakkan di tengah jalan. Matanya dipejamkan sembari memutar-mutar mala di tangannya, merapalkan doa. Seorang biksu mendekat, menyiramkan bensin ke tubuhnya. Tak lama, ia memantikkan api dari korek yang telah disiapkan. Dalam sekejap api membakar tubuhnya hingga ia jatuh terkulai tanpa sedikit pun terdengar suara kesakitan keluar dari mulutnya. Quang Duc biksu senior yang sangat dihormati. Tak ada yang tahu pasti akan apa yang dipikirkan dan hendak dilakukannya. Tak ada yang bisa menghentikannya. Selanjutnya .. cerita itu bergulir lewat gambar-gambar dan berita yang berseliweran ke seluruh penjuru dunia. Quang Duc rela mati dengan membakar dirinya sendiri demi mengetuk hati Ngo Dinh Diem agar memberlakukan manusia sederajat dan keadilan serta kesetaraan beragama ditegakkan di Vietnam.

“Have you see the car parked at the backyard of Thien Mu Temple?”
“The Blue Austin? Itu kendaraan yang ditumpangi Quang Duc dari Xa Loi, kan?”

The Blue Austin

Obrolan kami terputus oleh kehadiran petugas gerbong restorasi yang mendorong brankar menawarkan makan malam. Meng Meng memesan Nasi Ayam yang isinya benar-benar hanya nasi putih dan sepotong ayam goreng tepung. Saya mengintip isinya karena Meng Meng menawarkan untuk makan berdua ketika melihat saya tak memesan makanan sama sekali. Walau belum lapar, saya pun mengeluarkan kantung kertas berisi Bakpao Isi Babi Cincang yang saya beli di Stasiun Da Nang sebelum naik kereta demi menghentikan “rayuan paksa” makan nasi pera dan ayam goreng alot melihat perjuangan Meng Meng memakannya.

“Olive, you are Christian, aren’t you?”
“I am. How do you know that .. ?”
“I see you praying before you eat your food.”

Uppsss .. kebiasaan itu memang tak pernah menghiraukan tempat 🙂 dan Meng Meng yang duduk tepat di samping saya menyambung, “Induk semang saya waktu di Amerika juga Kristen, jadi saya tahu dan biasa memperhatikan kebiasaan dan bagaimana mereka berdoa.” Dia melompat dari topik, teringat masa-masa dirinya mendapat kesempatan belajar ke Amerika. Tak lupa, dia membuka album di gawainya, menunjukkan bukti dirinya memang pernah tugas belajar ke Negeri Paman Sam.

Setelah empat jam kereta menjauh dari Da Nang, seorang petugas lain menghampiri Minh Hy. Mereka bercakap-cakap dalam bahasa Vietnam. Saat kereta berhenti sebentar di Stasiun Diêu Tri, Minh Hy bangkit dari duduknya dan mengambil gembolan dari atas tempat penyimpanan barang. Ia senang sekali bisa pindah tidur ke salah satu tempat tidur di gerbong kompartemen. Saya pun girang karena bisa segera tidur tanpa gangguan dengan menguasai dua bangku di 17 jam sisa perjalanan, Diêu Tri – Sai Gon. Sebelum beranjak, dia berpesan,”Kalau sempat, pergilah ke kuil Xa Loi. Lihat sendiri jantung Thich Quang Duc yang utuh di sana.” Meski sempat berjalan-jalan meluruskan tungkai kaki ke beberapa gerbong, saya tak pernah lagi bersua Meng Meng eh .. Minh Hy hingga kereta berhenti di Stasiun Sai Gon keesokan sorenya.

Thich Quang Duc Memorial

Hari terakhir di Sai Gon, Jamie, seorang kawan baik, mengajak motoran keliling kota. Saat berhenti di lampu merah Le Van Tam Park, taman yang sangat ingin saya kunjungi; Jamie menggagalkan niat itu. Ia tiba-tiba memutar motor hingga berbalik arah sambil berteriak,”I would like to show you something.” Dua minggu di Vietnam saya jadi terbiasa melihat pengendara motor yang seenaknya saja berhenti, berbelok, atau berputar arah. Ini kali kedua Jamie berputar sesuka hati di jalanan yang ramai, tak peduli saya teriak-teriak di belakangnya. Malah dengan santainya dia menyahut, “Tenang, pengendara lain tidak akan menabrak kita koq.

Di sebuah perempatan jalan yang sangat ramai, Jamie menaikkan motor ke atas trotoar dan berhenti tepat di bawah lampu merah, di pojok jalan. Saya turun dari motor.

“Look at your left side. Do you recognize that statue?”
Thich Quang Duc?”

Saya berdiri di depan tugu, melihat lurus ke patung Quang Duc yang ada di taman di seberang jalan. Sedang Jamie, mendekati altar di depan tugu, menyalakan hio sebelum kembali ke motor dengan senyum-senyum meninggalkan saya yang masih sedikit bingung, “Enjoy your time. Feel it .. what happen in this spot, today, back to 56 years ago.”

Thic Quang Duc Monument

Tugu dan patung Thich Quang Duc dalam jilatan api itu dibangun sebagai pengingat peristiwa kelu di 11 Juni 1963 pagi. Dan saya berdiri di sana tepat di 56 tahun lewat sepuluh hari dari peritiwa itu. Kalau kata Jamie, tugu itu adalah peristirahatan Quang Duc karena sebagian abunya disimpan di dalam sebelum disemen rapat-rapat agar tak ada yang mencurinya. Sebagian lagi disimpan di kuil tempatnya bertapa. Jantungnya yang tak terbakar, seperti cerita Minh Hy, disimpan di kuil Xa Loi. Sayang kami tak sempat ke sana karena Jamie malah mengajak saya ke kuil tertua di Sai Gon. Nantilah saat kembali ke Sai Gon, saya akan menagih janji Jamie untuk menemani ke Xa Loi.

Tak ada yang terjadi secara kebetulan. Di itinerary Vietnam, saya sama sekali tak berpikir tentang Thich Quang Duc, The Burning Monk yang gambarnya pernah saya lihat duluuuuu sekali di majalah dua mingguan berbahasa asing milik paman. Kadang, perjalanan mempertemukan kita dengan jiwa-jiwa lain yang rindu disapa. Saleum [oli3ve].

Tak Sengaja Bermain ke Mausoleum Petrus Ky

$
0
0

Semua berawal dari ketidaksengajaan. Tak sengaja mengamati potret Jean-Baptiste Petrus Vinh Ky di Exihibition: From Norodom Palace to Independence Palace, 1868 – 1966 di lantai dasar Vila Norodom, satu-satunya bangunan era kolonial yang tersisa dan tetap utuh sebagaimana awalnya dibangun di dalam komplek Independence Palace. Esok paginya, tak sengaja pula melihat bangunan poligonal yang unik ketika bermain di Distrik 5 yang ternyata, mausoleumnya!

Perkenalan dengan Jean-Baptiste Petrus Vinh Ky memanglah unik. Poster tentang dirinya yang tergantung di ruang pamer Faces of Old Sai Gon menarik perhatian dibanding empat poster lainnya. Kelima sosok yang mendapat keistimewaan dan dipajang posternya di ruang itu adalah orang –orang yang dianggap memberikan kontribusi besar pada perkembangan Sai Gon di akhir abad ke-19 hingga awal abad 20. Mungkin karena penampilannya lain dari yang lain, mengingat era-nya juga lebih awal dari empat sosok lainnya; potret Petrus Ky dengan ao dai dan turban – pakaian tradisional Vietnam yang dikenakan di keseharian hingga akhir abad 19 – itu tersimpan baik di memori. Tak ada sedikitpun rasa penasaran untuk mencari tahu lebih jauh, siapa dirinya,  karena rasanya cukup dengan membaca sepotong profil singkatnya di poster itu.

Mausoleum Petrus Ky, Saigon Hidden Gems, Vietnam History, Hidden Gems of Ho Chi Minh City
Gerbang masuk Mausoleum Petrus Ky

Cerita serunya, dimulai keesokan harinya. Selepas sarapan, Jamie mengajak tapak tilas, menyusuri jalan-jalan dan tempat-tempat yang dilalui Jamie Kecil pada 1978 ketika harus meninggalkan negaranya malam-malam sebelum terkatung-katung selama lima hari dalam perahu di laut lepas, menyelamatkan diri dari kekacauan yang terjadi di Sai Gon. Dari kantornya di Tran Hung Dao B Street, kami memutar arah menyusuri Tran Hung Dao B Street hingga Tran Hung Dao Street; jalan yang lebar dan ramai di Distrik 5. Belum sepuluh menit melaju, mata saya menangkap bayangan bangunan dengan gerbang yang menarik di kiri jalan, tak jauh dari persimpangan yang baru saja kami lewati.

Penasaran, saya towel-towel punggung Jamie sambil berteriak, ”Jamieeee .. itu bangunan apa? Sekolah?” Tanpa memberi aba-aba untuk berpegangan, Jamie langsung memutar motornya dan melaju melawan arus – untungnya lagi sigap dan kendaraan dari belakang sedang tertahan di lampu merah – sebelum menyeberang ke jalur yang benar dengan balas berteriak,”Sorrryyyyy .. saya lupa! Itu tempat kesukaan kamu.”

mausoleum petrus ky_02
Bagian belakang mausoleum Petrus Ky

Kami memasuki pekarangan yang difungsikan sebagai lahan parkir lewat pintu tengah – gerbangnya memiliki tiga pintu, satu di tengah lebih tinggi dan bisa dilewati mobil ukuran sedang, serta dua di kiri kanannya lebih pendek dan kecil – mencari tempat parkir yang kosong di sisi kanan bangunan. Ketika motor berhenti dan hendak turun, saya menyadari kami parkir di tempat tak biasa. Ujung sepatu saya menyentuh penanda kuburan. Beberapa motor malah parkir di atas kuburan yang temboknya sudah rontok. Jika melihat nama yang tertera pada kuburan yang masih utuh – mereka menggunakan nama Vietnam tapi di tengah atau depannya tersemat nama Kristen seperti Maria, Paul, Petrus –, mereka berada dalam satu rumpun keluarga.

Mausoleum Petrus Ky, Saigon Hidden Gems, Vietnam History, Hidden Gems of Ho Chi Minh City
Dua dari peristirahatan yang ada di pekarangan samping

Melihat tempatnya tak berpenjaga, saya memikirkan kemungkinan untuk memanjat pintu jika terkunci karena bagian atas pagarnya tak menempel penuh ke tembok 🙂 sembari memandangi detail pintu yang ada persis di depan kami memarkir motor. Pintunya berupa pagar besi bercat hijau, senada dengan dinding bagian dalam. Di kiri kanan pintu itu terdapat tulisan dalam huruf Cina. Ketika melihat bagian atas, di fasad pintu itu ada tulisan: Fons vitae ervditio possidentis, disambung dengan Prov. Ch. XVI dengan ukuran huruf yang lebih kecil. Otak dengan cepat mencerna tulisan Prov. Ch. XVI itu adalah .. Proverbs Chapter 16 tanpa mencari tahu arti kalimat berbahasa Latin di depannya. Makin menarik dan penasaran, ini mauseoleum siapa sih? Kok ada kutipan ayat Alkitab? Jamie yang ditanya hanya geleng-geleng kepala. Walau rumah orang tua dan sekarang kantornya berada tak jauh dari situ, Jamie tak pernah tahu siapa pemilik peristirahatan itu. Katanya, sebelum papanya lahir, sudah ada. Sepertinya milik orang besar dari jaman lampau.

Mausoleum Petrus Ky, Saigon Hidden Gems, Vietnam History, Hidden Gems of Ho Chi Minh City
Amsal 16:22

Di dalam bangunan itu ada patung perunggu pemilik peristirahatan yang diletakkan di tengah-tengah, membelakangi altar. Kami pun mendekat agar bisa melihat lebih jelas. Dengan dada berdebar-debar, muka dirapatkan ke terali pintu. Karena patung itu menghadap ke pintu tempat kami mengintip; mulut saya jelas saja menganga. “My gosh … Jamieeeee, I know him! I met him yesterday at the Independence Palace.” Untuk meyakinkannya, saya mencari gambar lelaki yang saya potret kemarin siang dan menunjukkan padanya. “Kan? Kaaaan?” Sepertinya suara saya yang bersemangat mulai terdengar melantur, membuat Jamie senyum-senyum. Ia meninggalkan saya sendirian di depan pintu itu, ”Take your time! Saya merokok di depan, ya.”

Mausoleum Petrus Ky, Saigon Hidden Gems, Vietnam History, Hidden Gems of Ho Chi Minh City, Petrus Ky
Potret Jean-Baptiste Petrus Vinh Ky di Faces of Old Sai Gon
Mausoleum Petrus Ky, Saigon Hidden Gems, Vietnam History, Hidden Gems of Ho Chi Minh City
Patung Jean-Baptiste Petrus Vinh Ky yang ada di mausoleum

Di bawah kaki patung itu terdapat tiga prasasti. Agar bisa membaca dengan jelas tulisan di prasasti yang buram dan berdebu itu, saya menggunakan bantuan lensa 35mm hingga samar terbaca nama pemiliknya: J.B. Petrus Truong Vinh-Ky. Tulisan itu semakin meyakinkan kalau saya tidak salah menebak dirinyalah yang saya jumpai kemarin di ruang Faces of Old Sai Gon. Sedang yang di kirinya makam Maria Vuong Thi Tho, istrinya, dan yang di kanan anak sulung mereka, Jean-Baptiste Truong Vinh The.

Truong Chanh Ky lahir pada 6 Desember 1837. Ayahnya kepala kampung Chai Mon, sebuah kampung di Provinsi Ben Tre yang berada di kawasan Mekkong Delta. Sepeninggal ayahnya yang hilang dalam satu misi ke Kamboja, Truong Chanh Ky tumbuh di bawah asuhan para iman Katolik di sebuah seminari di Phnom Penh. Sesuai tradisi Vietnam, saat menginjak usia akil baliq, setiap anak lelaki harus diganti nama kecilnya. Ia pun memilih menggunakan nama baptisnya Jean-Baptiste Petrus Vinh Ky atau lebih akrab disapa Petrus Ky.

Petrus Ky dikenal sebagai penulis, guru, jurnalis, dan ahli bahasa yang fasih dan menguasai 10 bahasa di samping bahasa ibunya. Pendiri dan Editor-in-Chief Gia Dinh Newspaper, juga anggota Saigon Municipal Council. Ia meninggalkan lebih dari 100 karya sastra, sejarah, geografi, leksikografi dan terjemahan. Kamus ensiklopedia Grand Larousse du XIXe siècle menyebutnya sebagai satu dari 18 penulis terkenal dunia abad ke-19.

Mausoleum Petrus Ky, Saigon Hidden Gems, Vietnam History, Hidden Gems of Ho Chi Minh City

Mausoleum Petrus Ky, Saigon Hidden Gems, Vietnam History, Hidden Gems of Ho Chi Minh City
Lukisan naga di langit-langit mausoleum

Mausoleum itu memiliki tiga pintu, masing-masing menghadap ke barat, utara, dan selatan. Dan di setiap fasad pintunya terdapat kutipan ayat Alkitab yang ditulis dalam bahasa Latin. Di pintu depan (selatan) Miseremini mei saltem vos, amici mei – Kasihanilah aku, kasihanilah aku, hai sahabat-sahabatku (Ayub 19:21) – dan di pintu utara yang menghadap ke jalan raya, Omnis qui vivit et credit in me non morietur in aeternum – Evangelium Sancti Johannis – Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati (Yohanes 11:25). Lalu di pintu barat Fons vitae ervditio possidentis – Akal budi adalah sumber kehidupan bagi yang mempunyainya (Amsal 16:22).

Mausoleum Petrus Ky, Saigon Hidden Gems, Vietnam History, Hidden Gems of Ho Chi Minh City
Yohanes 11:25

Mausoleum Petrus Ky
520 Tran Hung Dao Street (bangunan di sudut Tran Binh Trong Street)
Distrik 5, Ho Chi Minh City

Petrus Ky meninggal pada 1 September 1889 dan dimakamkan di pekarangan rumahnya yang berada satu lahan dengan Gereja Cho Quan, gereja katolik tertua yang megah di Sai Gon. Mausoleum Petrus Ky dibangun pada 1935 bersamaan dengan revitalisasi rumahnya dan selesai tepat pada ulang tahunnya yang ke-100 pada 6 Desember 1937. Saya sempat mengintip ke dalam rumah yang berada di samping mausoleum, sayang tak terawat.

Mausoleum Petrus Ky, Saigon Hidden Gems, Vietnam History, Hidden Gems of Ho Chi Minh City
Potret Tuhan Yesus di ruang tamu rumah Petrus Ky yang bikin tambah penasaran

Di perjalanan turun ke Phnom Penh esok paginya, saya baru mencari informasi tentang mausoleum Petrus Ky dan terkoneksi dengan Tim Doling, sejarawan yang sudah lama menetap di Ho Chi Minh, yang lalu menjebloskan saya ke grup Revitalisasi Mausoleum Petrus Ky. Grup ini berisi pemerhati sejarah dan keturunan Petrus Ky termasuk dua cucu buyutnya Richard Truong Vinh Tong dan Christine Nguyen, adiknya.

Walau berada di pinggir jalan besar, mausoleum Petrus Ky tak serta merta terlihat dari jalan. Saya melihatnya karena tergoda pada gerbang dan ujung-ujung atapnya yang tampak di sela-sela pohon yang menjulang di depannya. Oh, dan mungkin ditambah kepekaan diawe-awe sama yang tertidur di situ. Tak ada yang terjadi secara kebetulan bukan? Saleum [oli3ve].


Donor Darah, Anti Aging Alami dan Sehat

$
0
0

Ketersediaan darah di Palang Merah Indonesia (PMI) setahun ini sangat minim, imbas pandemi Covid-19. Bahkan di awal merebaknya pandemi dan ketika Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) diterapkan, stok darah sempat KOSONG! Sementara Mobil Unit (MU) donor darah hanya diparkir di kantor PMI, aksi donor darah di instansi-instansi DIHENTIKAN, dan pendonor sukarela pun enggan datang ke Unit Transfusi Darah (UTD); khawatir kena Covid. Padahal, kebutuhan darah di DKI Jakarta saja 1.000 kantung darah/hari.

Kebayang gak bagaimana pusingnya PMI tetap berupaya untuk memenuhi permintaan kantung darah dari rumah-rumah sakit untuk pasien yang membutuhkan transfusi darah saat ini?

Awal Mei 2020 ketika datang ke UTD PMI DKI Jakarta di Kramat Raya, sesak dengan manusia. Sebagian besar orang – orang yang mencari darah, sebagian kecilnya calon pendonor darah. Mereka yang butuh darah dan belum mendapatkan jumlah donor yang diperlukan, walau badan lelah dan muka kuyu; giat bertanya kepada setiap orang yang muncul di area parkir. Untuk mendapatkan darah, keluarga pasien HARUS aktif mencari calon pendonor darah dari keluarga/kerabat serta menyebar informasi lewat media sosial.

“Mbak, donor sukarela?”
“Golongan darah apa, Mas?”
“Darahnya boleh untuk Ibu saya, Kak?”

Pertanyaan – pertanyaan yang menjadi sapa yang akrab dilontarkan oleh keluarga pasien kepada pengunjung di UTD sore itu. Karena darah saya sudah di-booked adik dampingan yang akan menjalani operasi jantung, jadi saya tinggal melengkapi Formulir Kuesioner dan Informed Consent Donor yang diberikan oleh petugas di tenda putih di sisi kanan gedung UTD lalu masuk ruang tunggu, mengantre untuk skrining kesehatan.

manfaat donor darah, syarat donor darah, dirgahayu pmi, blood donation, gimana cara donor darah
Minta formulir ke petugas di loket ini

Ini kali pertama saya akan donor darah (lagi) setelah berhenti bertahun-tahun. Sebenarnya, agak ragu juga, akankah lolos skrining mengingat di minggu itu jam tidur saya sedikit kacau karena lebih sering begadang. Belum lagi ada persyaratan berat badan minimal. Ternyata .. LOLOS donk walau berat badan pas-pasan. Pas di angka paling rendah 🙂  Hari itu antrean untuk pengambilan darahnya cukup panjang, nama saya baru dipanggil setelah 2 jam mengantre! Proses pengambilan darahnya sendiri tak sampai 10 menit karena darah saya keluarnya lancar. Di jadwal donor berikutnya, saya sempat gagal donor karena kadar hemoglobin (Hb) di bawah 12,5g/dL sedang ketentuan kadar hemoglobin untuk bisa donor, berkisar antara 12,5 – 17 g/dL.

manfaat donor darah, syarat donor darah. kapan waktu untuk donor darah
Formulir Kuesioner dan Informed Consent Donor

Bagaimana cara menaikkan Hb agar lolos donor darah? Makanlah yang teratur. Pastikan dalam menu makan sehari-hari terdapat makanan yang mengandung zat besij seperti seafood, daging merah, sayuran hijau, kacang-kacangan, buah/jus buah, minum air putih 1,5 – 2 liter sehari, istirahat yang cukup – jangan begadang menjelang hari H – serta sediakan waktu untuk berolah raga. Bila dirasa perlu, minum madu setiap pagi juga vitamin. Oleh petugas yang mengecek Hb, saya juga diberi lima kapsul suplemen zat besi untuk diminum sekali sehari sesudah makan. Katanya, biar Hb-nya cepat naik. Suplemen itu tidak saya minum! Karena ingin memastikan saja dengan menerapkan pola makan sehat dan tidur yang berkualitas, Hb akan kembali normal. Dan, itu terbukti! Kadang, kita tak perlu tergesa-gesa untuk minum obat selama asupan makanan/minuman kita terjaga dengan baik

Selain kadar Hb, ada persyaratan lain yang perlu diperhatikan calon pendonor darah, gak? Ada. Untuk bisa mendonorkan darah, usia kamu harus 17 – 65 tahun dengan berat badan min. 45 kg, dan memiliki tekanan darah normal yang berkisar antara 90/60 – 120/80 mmHg. Khusus untuk perempuan, jika sedang datang bulan; boleh-boleh saja melakukan donor darah asal badanmu sedang tak lemas dan kadar Hb normal. Persyaratan lain berupa kuisioner yang ada di Informed Consent Donor yang wajib diisi dengan sejujurnya saat hendak donor darah. Jawabanmu berkaitan dengan antisipasi terhadap hal-hal yang dapat menjadi risiko penularan penyakit lewat donor darah.

manfaat donor darah, syarat donor darah, dirgahayu pmi, blood donation, gimana cara donor darah

Setelah darahnya diambil, volume darah saya berkurang donk? Tenaaaaang. Pada saat penciptaan, Tuhan sudah merancang dan menyetel tubuh kita ini sedemikian rupa sehingga jaringan darah akan otomatis melakukan regenerasi dan membentuk sel-sel darah merah yang baru untuk menggantikan darah yang diambil. Pula ketika donor darah, jumlah darah yang diambil hanya 350 – 470 ml saja atau sekitar 8% dari volume darah.

Amankah donor darah di masa pandemi? AMAN! Selama pandemi saya justru menjadi teratur ke UTD DKI Jakarta. Aman-aman aja tuh ASAL tertib menerapkan protokol kesehatan (prokes) yang ketat. Di UTD sendiri prokesnya cukup baik sehingga membuat calon pendonor darah pun nyaman. Setiap calon pendonor WAJIB mengenakan masker dua lapis. Saat memasuki ruang pengambilan darah, petugas akan memberikan masker medis dan meminta pendonor untuk lebih dulu mencuci tangan dari lengan hingga jari-jari menggunakan sabun dan dibilas dengan air yang mengalir sampai jauh akhirnya ke laut di wastafel sebelum dipanggil petugas untuk menempati tempat tidur yang kosong. Tempat tidurnya pun selalu dibersihkan setiap ganti pendonor.

manfaat donor darah, syarat donor darah, ulang tahun pmi, kapan waktu tepat donor darah

manfaat donor darah, syarat donor darah, dirgahayu pmi, blood donation, gimana cara donor darah

Boleh atau tidak donor darah setelah vaksinasi Covid-19, Lip? Boleh bangeeeet! Jadwal donor darah saya ada yang datang dua seminggu setelah vaksinasi Covid-19 pertama. Saat bertemu dokter dan menanyakan hal itu; dokternya cuma senyum-senyum bilang, ”Boleh koq, Lip.” Jadi loloslah saya donor di hari itu tanpa rasa khawatir! Yang tak disarankan adalah bila kamu penyintas Covid, kamu harus menunggu hingga 28 hari pasca dinyatakan NEGATIF baru bisa donor darah. Jika tetap ingin donor, kamu bisa ikut donor konvalesen (plasma darah) untuk pasien Covid.

Kapan waktu yang tepat untuk donor darah? Setiap saat ketika kamu mau dan yakin badanmu sehat, kunjungilah UTD PMI terdekat. Hari ini PMI berulang tahun yang ke-76, bisa jadi hari yang spesial untuk mendonorkan sekantung darah, kan?

manfaat donor darah, syarat donor darah, dirgahayu pmi, blood donation, gimana cara donor darah

Manfaat apa yang didapatkan dengan menjadi pendonor darah (aktif)? Donor darah adalah kegiatan sosial yang bertujuan untuk membantu seseorang yang membutuhkan darah. Dengan menyumbangkan SATU kantung darah, kamu bisa menyelamatkan TIGA jiwa! Wouww!! Bagi pendonor sendiri, melakukan donor darah secara teratur, baik untuk kesehatan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah), mengurangi kemungkinan terkena serangan jantung, mengurangi risiko kanker, mengurangi risiko stroke, dan bikin kamu AWET MUDA karena dengan diambilnya darah, mendorong produksi sel darah baru.

Yang perlu DIPERHATIKAN bila hendak donor darah, kamu harus sering minum air putih. Setelah pengambilan darah: jangan langsung bangkit dari tempat tidur, tunggu  3 – 5 menit agar tak limbung, jangan menggunakan tangan tempat mengambil darah untuk mengangkat beban berat selama kurang lebih 2 jam, minum dan makanlah agar stamina kembali pulih. Biasanya, di tempat donor darah, begitu keluar dari ruang medis kamu akan diarahkan ke ruang oberservasi. Di situ, semangkuk indomie rebus atau soto ayam, sebutir telur rebus, secangkir susu coklat panas, dan jus kemasan sudah menunggu. Namun karena pandemi, diganti dengan goodie bag berisi camilan berupa biskuit kadang pop mie, susu UHT, dan jus kemasan.

manfaat donor darah, syarat donor darah, dirgahayu pmi, blood donation, gimana cara donor darah

menu makanan sehat, pola makan sehat, manfaat donor darah, makanan penambah zat besi
Contoh menu makan sehat saya. Ini dan kawan – kawan 🙂

Teruslah menerapkan pola hidup dan makan yang sehat, selain untuk menjaga kesehatan badan sendiri; juga agar darahmu berKUALITAS dan TIDAK terbuang percuma karena tak layak untuk diberikan kepada orang lain.

Setelah setahun lebih menjadi pendonor darah sukarela – bukan mendonor darah karena ada yang butuh saja – badan lebih segar. Jadwal datang bulan lebih teratur terus … berat badan NAIK 7 kilo, melewati angka 50! Rekor!! Selama ini, jarum di timbangan susah payah mendekati angka 49. Itu pun sering tak bertahan lama haha. Sekarang gak pake bisik-bisik lagi ketika kolom berat badan lupa diisi dan petugas bertanya keras-keras, “BB berapa?” #bahagia

Artinya, donor darah baik pula untuk menjaga berat tubuh ideal. Karena pada beberapa orang yang aktif melakukan donor darah, justru bisa menurunkan berat badan. Tapi, semua itu sangat tergantung bagaimana menjaga ketertiban pola hidup sehat kan? Praktik yang nyata, bukan sekadar wacana. Jadi, kapan kamu mau donor darah? Saleum [olive].

Grandis Hotel, Penginapan Nyaman di Jantung Kota Kinabalu

$
0
0

Welcome to KK (=Kota Kinabalu). Bunyi kresek-kresek dari earphone yang melorot dari kuping membuat saya tersentak dari tidur. Ahaiiiii … akhirnya sampai juga. Masih setengah tertidur, saya memanggul Hejo, menurunkan Koneng dari bagasi, dan berjalan mengikuti antrean penumpang menuju pintu keluar dari pesawat. Inginnya, segera ketemu kasur dan … bobo (lagi)! Di bus, hati girang mendengar informasi dari yang jemput, dari Kota Kinabalu International Airport ke Grandis Hotels and Resorts, tempat untuk tidur menginap; tak akan lebih dari 20 menit. Dia juga menambahkan, ”Bila ada jem, traffic lambat sikitlah.” Setelahnya saya tak mendengar kelanjutan ceritanya tentang KK karena kembali lelap hingga bus berhenti di depan Starbucks! Lho .. bukannya mau ke hotel? Kenapa semua bergegas turun?

Melihat bus nyaris kosong, saya pun tergerak untuk turun dan menggeret-geret si Koneng yang sudah menunggu di bawah, mengekor teman sebus berjalan ke lobi .. Grandis! Ohh .. tahu bulat-bulat rupanya Starbucks buka gerai di sebelah hotel 🙂 Di perjalanan kali ini, saya memang tak sempat mencari tahu informasi tempat menginap. Entah karena bersemangat bakal eksplorasi beberapa destinasi wisata di Sabah atau karena memang hari-hari kemarin sedikit padat. Jadi yakin saja akan diberi tempat beristirahat yang asyik oleh Tourism Malaysia selama lima hari mengikuti kegiatan Mega FamTrip PATA Adventure Travel Conference and Mart 2020.

grandis hotel kota kinabalu, grandis hotel, hotel di pusat kota kinabalu, hotel nyaman di kota kinabalu, hotel bintang yang murah di kota kinabalu
Lobby & Reception Grandis Hotels & Resorts

Dari mas-mas di bagian penerima tamu, saya mendapatkan kunci kamar di lantai 10. Keluar dari lift, kamarnya tepat di sisi kanan mulut lorong sebelah kiri. Untuk mencapai pintu kamar, saya harus naik dua anak tangga yang bila mata tak awas, kaki bisa tersandung karena jarak daun pintu dengan anak tangga itu hanya selangkah. Mungkin saat menata lantai, tukang gambarnya sedang mengantuk seperti saya karena kamar di lorong sebelah kanan, lantainya sejajar dengan lantai lift.

Saya menempati kamar Superior Twin Bed – tipe kamar lainnya ada Deluxe City View, Deluxe Sea View, Deluxe Family, Deluxe Studio, Executive Suite, dan Premier Suite – berjendela kaca lebar-lebar yang menghadap Hyat Regency. Bila ingin melihat laut, naiklah ke bangku dan tempelkan muka ke kaca jendela. Jika ingin pandangan tak terhalang gedung, mintalah kamar yang ada di ujung lorong kiri agar setiap bangun tidur bisa menikmati pemandangan laut atau bila ingin menikmati kota, pilihlah kamar di ujung kanan dari lift. Sesuai rencana, begitu masuk kamar, saya menjatuhkan diri ke kasur yang empuk dan lelap hingga melewatkan jamuan minum teh di Piano Lounge yang diadakan sebelum briefing sore itu.

grandis hotel kota kinabalu, grandis hotel, hotel di pusat kota kinabalu, hotel nyaman di kota kinabalu, hotel bintang yang murah di kota kinabalu

grandis hotel kota kinabalu, grandis hotel, hotel di pusat kota kinabalu, hotel nyaman di kota kinabalu, hotel bintang yang murah di kota kinabalu

Saat bangun sore, saya baru ngeh dengan keberadaan dua tempat tidur yang berjarak di dalam kamar. Bukannya jatah kamarnya sendiri-sendiri, ya? Ketika turun briefing, saya merayu mendatangi mas-mas yang tadi memberikan kunci minta ganti kamar dengan ranjangnya raja eh .. dipan king size. Tapi kata mas-nya, kamar di Grandis penuh. Bisa dimaklumi, hotel-hotel di jantung Kota Kinabalu selama sepekan itu memang dipenuhi peserta konferensi. Dan Grandis sendiri jadi basecamp tim media horenya Tourism Malaysia. Untuk menyiasatinya, sekembali ke kamar, saya geser saja tempat tidurnya sehingga berdempetan. Aman! jika malam-malam terbangun tak kaget melihat bayangan bantal tergolek di sebelah! 🙂

Melihat itinerary lima hari cukup padat, waktu untuk menikmati kamar dengan leluasa hanya di hari kedatangan; saya pun betah berlama-lama di kamar hingga panggilan beranjak menikmati Sunset Dinner Cruise terdengar di grup WhatsApp.

grandis hotel kota kinabalu, grandis hotel, hotel di pusat kota kinabalu, hotel nyaman di kota kinabalu, hotel bintang yang murah di kota kinabalu

Selagi di kamar, terpikir jika kamar ini cukup lega untuk ditempati berlima. Tempat tidurnya muat untuk empat orang berbadan sedang. Seorang lagi bisa tidur di bangku panjang di pinggir jendela. Btw, posisi bangku ini sebenarnya tak sedap dipandang. Kenapa dia ada di situ? Penataan kamarnya akan lebih tampak klasik dan elegan bila yang ditempatkan di situ sofa kecil yang bisa dijadikan tempat selonjoran sembari membaca buku atau sekadar bermalas-malasan. Saya koq kepikiran, bangku serupa bangku tunggu di tempat praktek dokter itu; dipaksa telentang di bawah jendela untuk mengantisipasi (calon) penghuni kamar yang mungkin saja punya keisengan bermain lompat keluar jendela. Namun kehadirannya membuat ritual menarik-narik gorden dan menikmati pemandangan di luar, jadi tak leluasa.

Terlepas dari tangga di depan pintu dan bangku tak pada tempatnya itu, Grandis Hotel adalah hotel bintang empat yang nyaman untuk beristirahat di jantung Kota Kinabalu! Perkara namanya yang unik, Grandis diambil dari nama spesis anggrek yang hanya ditemukan di Gunung Kinabalu, gunung tertinggi di Kalimantan dan kelima tertinggi di Asia Tenggara; Ascidieria grandis.

grandis hotel kota kinabalu, grandis hotel, hotel di pusat kota kinabalu, hotel nyaman di kota kinabalu, hotel bintang yang murah di kota kinabalu
Bangku panjang yang merusak konsep klasik nan elegan

Saat mengecek fasilitas yang tersedia di kamar, saya girang sekali menemukan setrika tergantung di dinding lemari. Yeayyyy … bisa langsung setrika baju untuk kegiatan resmi sambil menyeduh Sabah Black Tea yang wangi dan rasanya sangat khas. Jaringan nirkabel di kamar pun larinya wuzz .. wuzz .., sangat mendukung menyelesaikan beberapa pekerjaan yang mesti dikerjakan di meja kerja yang ditempatkan di pojok kamar.

grandis hotel kota kinabalu, grandis hotel, hotel di pusat kota kinabalu, hotel nyaman di kota kinabalu, hotel bintang yang murah di kota kinabalu
Sabah Black Tea itu mantap banget!

grandis hotel kota kinabalu, grandis hotel, hotel di pusat kota kinabalu, hotel nyaman di kota kinabalu, hotel bintang yang murah di kota kinabalu

Di dalam lemari juga tersedia sarung yang corak dan warna birunya lucu untuk sholat. Ingin rasanya dikemas dan diselipkan ke kantung Koneng. Namun diingatkan hati, “tak boleh membawa pulang barang yang bukan milikmu, selain pensil hotel, Lip!” Lalu, di samping meja kerja ada TV yang tak pernah ditonton karena memang jarang berada di kamar, kecuali di pagi hari kadang disetel untuk melihat berita pagi. Selebihnya dia dibiarkan membisu. Di kamar mandi, ruang pancuran dibuat berjarak dengan kloset sehingga memiliki ruang gerak yang cukup lega. Perkakas dan perlengkapan mandi lengkap, tinggal digunakan saja.

grandis hotel kota kinabalu, grandis hotel, hotel di pusat kota kinabalu, hotel nyaman di kota kinabalu, hotel bintang yang murah di kota kinabalu

grandis hotel kota kinabalu, grandis hotel, hotel di pusat kota kinabalu, hotel nyaman di kota kinabalu, hotel bintang yang murah di kota kinabalu

Grandis Hotels and Resorts
Suria Sabah Shopping Mall
1A, Jalan Tun Fuad Stephen,
88000 Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia

Email: info@hotelgrandis.com
Telepon: +60 88-522-888

Karena letaknya yang strategis, menjadikan Grandis Hotel penginapan yang banyak direkomendasikan pejalan yang pernah bermain ke Kota Kinabalu. Bangunannya menempel dengan Suria Sabah Shopping Mall. Tamu hotel yang ingin ke mal, tak perlu berjalan keluar hotel. Dari lantai kamar, tinggal turun ke lantai satu lalu masuk mal lewat pintu kecil di samping kiri lift. Kalau lebih senang bermain ke pasar tradisional, berjalan kakilah ke Central Market dan Pasar Basah. Aktivitas di pasarnya dari pagi ke pagi, namun yang berdagang dibagi dua shift, pedagang Pasar Pagi dan Pasar Malam. Bertiga rekan media dari Indonesia, om Tito dan mas Bayu; kami malah sempat-sempatnya jalan kaki malam-malam ke Pasar Malam sepulang makan malam dari JW Marriott demi mencicipi durian Sabah yang terkenal endesss 🙂

grandis hotel kota kinabalu, grandis hotel, hotel di pusat kota kinabalu, hotel nyaman di kota kinabalu, hotel bintang yang murah di kota kinabalu

grandis hotel kota kinabalu, grandis hotel, hotel di pusat kota kinabalu, hotel nyaman di kota kinabalu, hotel bintang yang murah di kota kinabalu

Sajian seafood KK yang terkenal segar-segar dan nikmat dari kedai-kedai makan seafood, berderet di KK Waterfront. Dengan melewatinya dari pinggir jalan saja, isi perut dibuatnya melompat-lompat menghirup aroma bumbu yang beradu dengan sodet di kuali-kuali pemilik kedai makan. Ingin belanja oleh-oleh kerajinan khas Sabah? Mampirlah ke Pasar Kraftangan. Semua tempat-tempat ini berada di jalan yang sama dengan Grandis. Jadi sekali berjalan, dua tiga hingga lima tempat belanja disinggahi. Siapkan saja RM melayang satu-satu dari dompet.

grandis hotel kota kinabalu, grandis hotel, hotel di pusat kota kinabalu, hotel nyaman di kota kinabalu, hotel bintang yang murah di kota kinabalu

Setiap pagi, sarapan tersaji di Rosea Cafe dari pk 06.30. Namun karena selama di Grandis saya bangun sedikit terlambat, saya selalu turun sarapan menjelang waktunya beranjak ke bus. Walau ada beragam sajian lezat dan menarik untuk dinikmati, menu sarapan saya yang itu-itu saja. Dimulai dengan buah potong (biasanya pepaya, sesekali ditambah semangka dan melon), salad, bubur ayam, oatmeal – senang banget meilihat oatmeal tersaji untuk sarapan setelah ketemu di The Northam Penang dan Premiere Klang – satu dua gelas jus, dan segelas susu dari Cereal Corner hehe. Setelahnya, jika sedang ingin minum teh atau kopi, saya akan ke Bread & Pastry Corner mencomot roti manis, banana cake, dan anchor butter. Seorang pramusaji di sana sampai hapal kebiasaan itu sehingga tiap melihat saya muncul, langsung mendekat, “Kakak pagi ini mau teh atau kopi? telur rebus? telur setengah matang atau omelet?” Lumayan kan, tak perlu antri ke tempat telur. Sebelum bergegas turun ke lobi, saya akan meraup dua tiga roti dan dua buah pisang yang buru-buru diselipkan ke dalam perut Hejo. Psst .. biasanya telur rebusnya juga ikut sebagai bekal camilan di jalan hahaa.

grandis hotel kota kinabalu, grandis hotel, hotel di pusat kota kinabalu, hotel nyaman di kota kinabalu, hotel bintang yang murah di kota kinabalu

Sky Blu Bar adalah tempat yang direkomendasikan untuk menikmati datangnya senja dengan pemandangan lalu lalang perahu di laut jelang turunnya malam di Kota Kinabalu dari ketinggian tanpa perlu beranjak dari hotel. Letaknya di roof top Grandis Hotel, di samping kolam renang, tak jauh dari pusat kebugaran. Sayang waktu di sana tak sempat hang out di sini karena setiap pulang malam-malam ke hotel, saya dan Niken, rekan media dari Jakarta kadang lebih senang mampir ke McDonald’s beli burger dan kentang goreng untuk menyumbat perut yang masih saja memelas minta makan setelah sampai di kamar. Lebih sering lagi main ke City Grocer Supermarket yang ada di lantai tiga Suria Sabah Shopping Mall membeli Knorr Instant Cup Porridge untuk disiram saat begadang malam-malam. Ya, sekalian mencicil beli oleh-oleh – padahal belinya cuma beberapa box Sabah Black Tea dan Peppermint BOH Tea untuk stok sendiri juga coklat untuk keponakan. Terpujilah Tuhan, ada satu pagi yang saya sempatkan untuk naik ke tingkap paling atas Grandis demi memuaskan mata 🙂

grandis hotel kota kinabalu, grandis hotel, hotel di pusat kota kinabalu, hotel nyaman di kota kinabalu, hotel bintang yang murah di kota kinabalu
Tim media Tourism Malaysia kloter check out pagi: Indonesia, Korea Selatan, Kamboja, Laos, dan Singapura

Sebenarnya, tiap malam ketika beranjak tidur, saya menabung hasrat untuk bangun lebih pagi agar bisa jogging ke KK Boulevard atau Jesselton Point. Apa daya, selama tidur di Grandis Hotel, bangunnya kesiangan dan cukup puas menyusuri signal hill trail di siang bolong dari Signal Hill Observatory turun ke Atkinson Clock Tower di hari terakhir setelah memisahkan diri dari rombongan yang diberi waktu belanja oleh-oleh di Pasar Kraftangan. Bandel kan? Saleum [oli3ve].

3 Jajanan Legendaris Dekat Kos Pemuda Commensalent Huis

$
0
0

Sudah cukup lama saya tidak bermain ke Commensalent Huis, rumah kos mahasiswa di Jl. Kramat Raya No. 106. Tempo hari, saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) karena pagebluk Covid-19 sedikit melonggar pun kebetulan sekali bertepatan dengan jadwal donor darah di UTD PMI Kramat; saya menyempatkan mampir.

Dulu, rumah kos ini selalu ramai. Tak hanya oleh senda gurau penghuni kos tapi karena rumah ini pun oase bagi orang-orang muda yang ikut pergerakan kemerdekaan. Di sini mereka sering berkumpul membincangkan masa depan Indonesia. Karena lokasinya yang strategis dan dekat dengan sekolah tinggi kedokteran School tot Opleiding van Indische (STOVIA) dan sekolah tinggi hukum Recth Hooge School (RHS); mahasiswa dari kedua kampus itulah yang menjadi penghuni rumah kos milik Sie Kong Liang ini.

museum sumpah pemuda, jajanan legendaris dekat museum sumpah pemuda, Commensalent Huis, sejarah sumpah pemuda, kuliner legendaris kwitang

Saya datang beberapa hari jelang pertemuan besar yang akan dihadiri utusan-utusan  pemuda dari berbagai daerah seperti Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Java, Jong Sumatera. Namun, suasana pagi itu tak menunjukkan tanda-tanda akan adanya kegiatan yang kelak menjadi salah satu momen penting dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Di ruang tamu, saya hanya menjumpai tiga mahasiswa yang sedang berdiskusi. Bergitu tahu saya yang datang, mereka serempak menunjuk ke satu arah, ”Wage di tempat biasa, Lip.” Saya memang membuat janji temu dengan Wage di sini usai pertemuan awal tahun di rumah Roekinah, kakak perempuannya di Tambaksari, Surabaya. Dari Wage, saya tahu akan adanya pertemuan pemuda di akhir Oktober. Wage juga menceritakan rencananya memperdengarkan lagu yang dua tahun ini diutak-atiknya di pertemuan nanti.

Menyadari kemunculan saya, Wage yang sedang asyik menyetem biola mengembangkan senyum, ”Aha .. kamu datang di saat yang tepat, Lip. Bantu ‘mandu, ya.” Ia tak sendirian. Di ruang itu ada enam orang pemuda lain bersamanya.
Eh .. mandu apaan, mas? Orang baru juga datang, main todong aja.” Di Surabaya tempo hari, tak pernah tercetus dalam bincang-bincang perkara pandu-memandu walau di belakang rumah ada ruang khusus untuk mengasah ingatan akan perjalanan kepanduan (sekarang pramuka) di Indonesia.
Mandu lagu inilah. Gampang koq. Ayolaaah .. bantuin ya.”
Hmm … baiklah. Berapa ketuk, mas?
Asiiik .. Indonesia. 4/4 ya.”

museum sumpah pemuda, jajanan legendaris dekat museum sumpah pemuda, Commensalent Huis, sejarah sumpah pemuda, kuliner legendaris kwitang

Selagi bersemangat bernyanyi  .. Indones! Indones! Moelia, moelia .. seorang lelaki yang bersuara keras mendadak muncul di ruangan, “Jangan melewati batas, mbaaak!” Uppsss .. suara cemprengnya membuat gerak tangan saya berhenti di udara. Lewat batas? Dilarang nyanyi ya di sini? Tak pikir solois yang akan membantu bernyanyi. Rupanya penjaga keamanan yang sedang sidak ruang pamer Museum Sumpah Pemuda. Mungkin di CCTV depan, dia melihat ada gerak-gerik mencurigakan di ruang belakang sehingga dia tergesa-gesa menampakkan diri. Aaah, merusak mimpi aja nih pak satpam! Bikin perut pun mendadak lapar.

Saya bergeser ke ruang sebelah, menghindari benturan dengannya karena orang yang sedang lapar, biasanya lebih galak dari serigala he .. he.. Di sebelah, saya iseng ikut mengintip koran Benih Merdeka yang sedang dibuka dua orang pemuda dari Jong Java. Pas pula yang terbaca kolom iklan .. Kabar Beritaaaaa! kedai Nasi Kapau di Senen diijinkan menerima pelanggan makan di tempat setelah pemberlakukan PSBB berjilid; dilonggarkan. Infromasi menarik iniiiih! Tadi dari siaran radio juga terdengar berita kalau kedai roti Eropa di gang sebelah juga membolehkan pelanggannya duduk-duduk sebentar di kedai. Asal .. menaati protokol kesehatan!

museum sumpah pemuda, jajanan legendaris dekat museum sumpah pemuda, Commensalent Huis, sejarah sumpah pemuda, kuliner legendaris kwitang

museum sumpah pemuda, jajanan legendaris dekat museum sumpah pemuda, Commensalent Huis, sejarah sumpah pemuda, kuliner legendaris kwitang

Sepulang dari kos pemuda Commensalent Huis, saya pun mampir ke 3 (tiga) tempat jajan legendaris ini:

Maison Weiner Cake Shop
Bagi penikmat roti tradisional khas Eropa, Maison Weiner Cake Shop tempatnya! Di sini saya pertama kali berkenalan dengan sourdough. Saya menamainya roti konde karena serupa konde yang disemprot hair sray. Kaku di luar, lembut di dalam. Sourdough yang sudah dikenal orang sejak Mesir Kuno, adalah roti yang baik dan sehat dibanding roti kebanyakan. Setiap kali ke sini, saya tak pernah bosan meraih ontbijtkoek dan menikmatinya dengan secangkir teh panas serta membawa pulang Sourdough Muesli Bread untuk teman sarapan kopi/teh di rumah.

Jl. Kramat II No. 2
RT 6/RW 7, Kwitang, Jakarta Pusat 10420
Telepon: 021-3906719
Jam Buka: 07.00 – 17.00

museum sumpah pemuda, jajanan legendaris dekat museum sumpah pemuda, Commensalent Huis, sejarah sumpah pemuda, kuliner legendaris kwitang

museum sumpah pemuda, jajanan legendaris dekat museum sumpah pemuda, Commensalent Huis, sejarah sumpah pemuda, kuliner legendaris kwitang

Maison Weiner didirikan oleh Lee Liang Mey pada 1936. Kini usaha keluarga ini dikelola oleh cucunya. Selain sourdough dan ontbijtkoek, ada banyak macam pilihan roti yang diproduksi dari dapur Maison Weiner setiap harinya. Datanglah ke sini ketika perut masih sedikit penuh tapi mulut ingin mengunyah sesuatu yang asyik untuk menghalau lapar, menanti waktu akan siang.

Perlu diingat pula, walau harga rotinya tak membuat dompet menjerit; tiap Sabtu, Maison Weiner memberikan harga khusus untuk pelanggannya dengan korting sebesar 30% untuk semua produknya.

Es Krim Baltic
Gerai es krim rumahan yang melayani pelanggannya sejak 1939 ini, menempati ruko yang berdiri di kiri jalan sebelum lampu merah Senen. Tempatnya tidak terlalu besar. Ada meja+bangku yang disediakan di dalam ruang berpendingin untuk pelanggan yang ingin menikmati es krim di tempat. Namun karena masih pandemi, untuk sementara Baltic Ice Cream TIDAK melayani makan di tempat.

Es Krim Baltic, salah satu kedai es krim jadul di Jakarta. Es krimnya tersedia dalam bentuk cup (reguler dan spesial), stick (chocco stick, tutti frutti, loly frutt), juga es krim tart dengan pilihan rasa yang beragam dengan harga yang sangat bersahabat. Sebagai penikmat rasa yang setia, saya selalu menikmati yang itu lagi, itu lagi … kalau tidak Rum Raisin, Alpukat, Kopyor, atau Chocochip dalam cup hehe.

museum sumpah pemuda, jajanan legendaris dekat museum sumpah pemuda, Commensalent Huis, sejarah sumpah pemuda, kuliner legendaris kwitang
Lupa motret es krimnya 😉 (sumber gambar qraved.com)

Jl. Kramat Raya No.10 – 12, RT 2/RW 7
Kwitang, Senen, Jakarta Pusat 10450
Telepon 021-3906409
Jam Buka pk 09.00 – 17.00

Jika membeli dalam jumlah yang agak banyak, es krimnya akan di-packing dalam kardus yang diberi dry ice agar tak cepat lumer.

Nasi Kapau Senen
Nyamil sudah. Ingin lanjut makan berat dengan harga yang murah, perut kenyang dengan senang dan puas? Di seberang Es Krim Baltic, di samping fly over – tepatnya di pedestrian Jl. Kramat Raya arah Kampung Melayu – berjejer kedai-kedai Nasi Kapau yang menyediakan ragam masakan khas Minangkabau. Jika melihat menunya, serupa dengan Nasi Padang namun ramuan bumbunya berbeda.

Ada tiga kedai yang pengunjungnya selalu berjubel. Nasi Kapau Bareh Solok, Nasi Kapau Hj Zaidar, dan Nasi Kapau Sabana Asli. Datanglah ke tempat ini di waktu orang lain belum lapar agar dapat duduk menikmati Bebek Cabai Hijau, Dendeng Batokok, Gulai Usus dan kawan-kawannya dengan tenang hingga ritual menjilat jari-jari yang berlumuran kuah gulai tanpa perlu terburu-buru beranjak karena harus memberi ruang pada pengunjung lain untuk duduk.

museum sumpah pemuda, jajanan legendaris dekat museum sumpah pemuda, Commensalent Huis, sejarah sumpah pemuda, kuliner legendaris kwitang

Sentra Kuliner Nasi Kapau Senen
Jl. Kramat Raya, Senen
Jakarta Pusat
Jam Buka 24 jam (selama pandemi mengikuti aturan pemerintah)

Saya kurang tahu sejak kapan para perantau dari Nagari Kapau berjualan di tempat ini. Seingat saya, sejak pertama kali diajak makan ke sini belasan tahun lalu; mereka sudah eksis. Pun harga makanan di sini lebih murah dibanding makan di Rumah Makan Padang langganan saya. Kemarin itu, kami asal masuk saja ke kedai yang mejanya tampak masih kosong. Usai makan, puas banget. Apalagi saat bayar hanya Rp 25.000 padahal makan dengan dua lauk Gulai Kikil dan Paru Goreng ditambah Jangek lho! Murah banget kaaan? Saat antre bayar itu baru melihat tulisan tempat makannya salah satu kedai favorit di sana, Sabana Asli.

museum sumpah pemuda, jajanan legendaris dekat museum sumpah pemuda, Commensalent Huis, sejarah sumpah pemuda, kuliner legendaris kwitang

Jadii, kalau kamu sedang mencari tempat kos, carilah yang dekat kampus/kantor – kalau bisa, ke kampus/kantor cukup dengan berjalan kaki – biar irit ongkos transportasi. Tak jauh dari jalan besar, kalau pulang malam masih terang. Jangan yang masuk-masuk gang sempit! Dekat dengan tempat jajan, kalau lapar gampang cari makan. Cari yang sewanya murah, pemiliknya baik hati dan tidak sombong, serta teman-teman kosnya anak baik-baik. Oh ya .. kabar terbaru, di peringatan Hari Sumpah Pemuda tahun ini, cucu Sie Kong Liang telah bersepakat dan menyerahkan pengelolaan Commensalent Huis yang sejak 1977 diperuntukkan sebagai Museum Sumpah Pemuda; dipegang pemerintah di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Selamat makan siang, saleum [oli3ve].

Lelaki yang Pamit Lewat Secangkir Kopi

$
0
0

Aku mengenal baik lelaki yang senang membakar berbatang-batang rokok sembari menyesap secangkir kopi item. Lelaki yang dengannya, kami – aku dan dia, kadang dengan dua tiga kawan – biasanya duduk di teras rumah kawan atau di warung-warung kopi sembari bercerita ke sana ke mari.

Satu malam, ketika sedang berada di kota Anging Mammiri, satu dari lelaki itu mengajakku mencari warung kopi yang masih buka hingga pagi. Sebenarnya, malam itu, kami baru beberapa langkah keluar dari Kampoeng Popsa yang sudah sepi. Perutku masih penuh setelah menyesap segelas jus pepaya dan dirinya menghabiskan dua botol bintang sembari menikmati lampu-lampu dari kapal-kapal yang bersandar di pelabuhan Makassar. Tapi, dia ngotot ingin ‘ngopi.

Kami lalu menyusuri jalan Ujung Pandang demi secangkir kopi item. Warung pertama yang kami datangi sebentar lagi tutup. Pelayannya berbaik hati ingin membuatkan kopi tapi untuk dibawa pulang saja. “Mana enak?” Serempak kami protes. Kalau sekadar menyeduh kopi, di kamar hotel pun bisa! Dua orang kawan berjalan yang tadinya ingin pula ‘ngopi, memutuskan kembali ke hotel untuk tidur. Mereka tak yakin masih ada warung kopi yang buka hingga pagi di sepanjang jalan yang sudah lengang itu.

Tinggallah kami berdua. Aku belum pernah berjalan berdua saja apalagi selarut ini dengannya. Entah kenapa malam itu kuturuti inginnya, menemaninya mencari warung kopi di jelang pagi. “Kita coba lihat dua tempat lagi ya, Mas. Seingatku di dekat hotelku ada kafe. Kalau semuanya tutup, aku pulang tidur.” Dia manggut-manggut walau mulutnya ikut menggerutu,”Mana asyik ngopi gak bakar rokok, Lip? Cari warung biasa ajalah.”

Kami menemukan sebuah kafe yang menempel di sebelah kelab malam yang buka 24 jam setelah pemilik warung kopi yang kami sasar di seberangnya; menggembok pintunya. Yakin kafenya menyediakan kopi tubruk – dan boleh merokok – kami pun masuk dan sengaja memilih duduk di meja di dekat dinding kaca agar tak langsung terkena angin dari jendela kafe yang dibuka lebar-lebar. Dinding kaca itu membatasi ruang kafe dengan ruang di sebelahnya yang selintas tadi aku baca tulisan berkelip-kelip di atas pintunya; karaoke.

refleksi 2021, tempat ngopi favorit, jam kehidupan, bila sampai waktumu

Lip, loe perhatiin deh .. kenapa orang-orang dari tadi ngeliatin meja kita melulu, ya? Ada yang salahkah dengan penampilan gue?” Kuturunkan cangkir kopi yang sedikit lagi menyentuh mulut dan mengangkat muka sejenak, memperhatikan meja-meja lain lewat kaca hitam yang tembus pandang di belakangnya. Alamak jaaang! Di ruang sebelah, tampak lima orang perempuan muda dengan pakaian kekurangan bahan sedang berdiri di depan seorang satpam yang sepertinya sedang memeriksa bawaan mereka sebelum naik tangga. Ada yang berbaju bulu-bulu tebal berwarna putih – sejak datang kemarin, cuaca di kota ini sedang panas-panasnya – di tempat yang tak pantas, ada yang mengenakan sackdress hitam yang dadanya sangat rendah dan panjangnya lebih mirip kemeja sepaha, yang seorang berbaju merah ketat yang bagian bawahnya terbelah memanjang hingga ke ujung pantat sehingga renda-renda di celana dalamnya tersenyum setiap kali kakinya yang mengenakan sepatu berhak lancip, bergerak-gerak. Dua orang lagi mengenakan pakaian yang tak jauh berbeda dengan tiga kawannya dengan warna yang mencolok. Beberapa perempuan muda lainnya, tampak duduk di sofa panjang. Entah menunggu apa.

Koq senyum-senyum?” dia makin penasaran karena aku dari tadi tidak menjawab pertanyaannya.
“Jangan Ge-eR, Om! Mereka itu liatin orang-orang yang ada di ruang sebelah. Bukan ke meja sini!
Emang di sebelah ada apaan?Kuminta dia memutar badannya pelan-pelan jika ingin tahu apa yang tampak di ruang kaca di belakangnya yang menarik perhatian orang-orang.
Astagfirullaaaaah .. kita salah masuk warung kopi, ya?

Kami menyudahi duduk di kafe kamuflase – untuk menyamarkan aktivitas tempat hiburan malam yang serupa akuarium di sebelahnya – tepat saat ayam berkokok. Di waktu lain, seorang kawan yang lama tinggal di Makassar mengisahkan, di kota ini, tempat semacam itu dikenal sebagai tempat mencari ayam (=perempuan malam). Istilah itu disematkan karena mereka – perempuan yang malam-malam suka duduk di tempat hiburan malam dengan pakaian kekurangan bahan – serupa ayam kebelet yang ingin buru-buru bertelur. Sebagai sesama perempuan, hatiku terganggu mendengarnya. Tak adakah julukan yang lebih wajar untuk mereka?

Seingatku, secangkir kopi item yang dipesannya pada malam atau dini hari itu adalah kopi terakhir yang dinikmatinya di sela-sela embusan asap rokok yang dibakar seijinku – aku hanya membolehkan dirinya membakar sebatang rokok malam itu – saat kami membincangkan banyak hal, ke sana ke mari. Sepulang ke Jakarta, kami lama tak berjumpa. Beberapa kali dia mengajak ngopi tapi jarak dan waktu membuat pertemuan tak pernah mewujud. Hingga satu malam, kutemui dia terbaring tinggal kulit membungkus tulang di ruang ICU sebuah rumah sakit. Melihatku melangkah mendekati ranjangnya, senyumnya melebar. Matanya berbinar-binar serupa anak kecil yang baru saja mendapatkan kado ulang tahun yang diimpikannya,”Akhirnya kamu datang juga, Lip. Ke mana aja?

Dia ingin sekali bercerita banyak hal tentang hari-hari yang dilaluinya kemarin hingga jatuh sakit dan tubuhnya hanya bisa diam di ranjang itu dengan berbagai alat yang terpasang di badannya. Namun suara yang keluar dari mulutnya, tersendat oleh sesak dan batuk. “Gimana kalo aku aja yang cerita, Mas?” Sebenarnya aku tak tahu harus bercerita apa, tapi kucoba menggali ingatan dengan cerita-cerita menyenangkan yang pernah kudengar tentangnya. Ketika hari semakin larut, sebelum pamit dari ruangan itu, kuajak dia berdoa,”Kita doa yuk, Mas. Tapi pakai caraku ya, aku kan gak paham caramu.” Dia mengangguk dan menarik napas pelan-pelan, parasnya riang. Kurapatkan tubuhku ke sisi ranjangnya, sembari kugenggam erat tangannya yang sudah lebih kurus dari tanganku yang kecil. Ketika semua yang ada di ruangan itu tertunduk menutup mata, kuminta kawan lain yang berdoa. Aku tak kuat. Pun kalau aku yang berdoa, kan kupandu masuk doa penyerahan. Bisa panjang urusannya dengan orang-orang dekatnya.

Kabar tentangnya aku terima sepuluh hari setelah pertemuan malam itu lewat pesan singkat dari kawan dekatnya,”Dia sudah pergi, Liv. Baru saja, lima belas menit yang lalu.” Dari kawan lain, kudengar proses dirinya beranjak malam itu. Perginya sedikit susah. Mungkin dirinya masih ingin lekat dengan riuhnya dunia, lebih lagi malam itu beberapa kawan dekatnya berkumpul di ruang tempatnya dirawat. Semua yang hadir berusaha membujuknya untuk pasrah, berserah pada Pemilik Kehidupan. Tapi .. dirinya terus saja gelisah. Tak ada yang bisa menolak ketika Dia, Sang Waktu, mengulurkan tangan dan memanggilmu pulang. Dia tak bisa dirayu apalagi disogok! Siap, tidak siap; waktuNya tak pernah salah.

Esoknya, di siang yang muram, kusempatkan hadir ke tempat peristirahatan terakhirnya di taman pemakaman yang sudah sesak di selatan Jakarta. Banyak kawannya yang datang. Sebagian besar tak kukenal. Hanya saja tatapan yang terpancar dari setiap mata yang hadir, sama. Kehilangan. Aku memilih berdiri di sisi kanan liang lahat, di dekat kepalanya. Tepat saat tubuhnya dibaringkan di tanah, hujan menderas.

refleksi 2021, tempat ngopi favorit, jam kehidupan, bila sampai waktumu

Setahun berlalu. Ketika sedang duduk-duduk saja di kedai makan langganan, dirimu berkabar ingin berjumpa. Kamu datang dengan bersemangat saat matahari di luar jendela mulai meninggi. “Liiip, loe ke mana aja? Kangen dicerewetin sama loe.” Hmm .. baru kali ini kudengar rindu semacam itu. Kurentangkan tangan menyambut tubuhmu yang basah, kupeluk erat-erat. “Gue juga kangen ‘ngomelin loe!” Kita duduk berhadap-hadapan, mulutmu seperti biasa lebih bawel. Tak kau beri aku kesempatan untuk bercerita, hingga kamu minta dipeluk dan pamit, “Aku mesti pergi, ditungguin di kantor. Ntar kita janjian ngopi ya .. ada tempat baru, kamu pasti suka deh.”

Kupandangi punggungmu yang menjauh hingga menghilang dari pandanganku. Di dalam hati aku berdoa kuat-kuat agar kamu bukan lelaki berikutnya, yang pamit lewat secangkir kopi. Bukan karena takut kehilangan. Kamu lelaki yang berbeda. Lelaki yang tak suka dengan asap rokok. Darimu aku selalu mendapat wejangan tentang hidup sehat juga bagaimana hidup lebih berarti dan berkenan padaNya. Namun Tuhan punya skenario yang berbeda. Kamu mendadak pulang, tugasmu sudah selesai walau cerita kita baru saja dimulai. Kamu seperti berangkat tergesa-gesa tanpa sempat pamit demi memenuhi panggilanNya saat kita belum lagi mengatur janji temu dan duduk semeja di kedai kopi kesukaanmu.

Jam kehidupan kita,
hanya sekali diputar.
Dan tak seorang pun sanggup mengatakan:
kapankah jarum ini berhenti?

Cepat ataupun lambat,
akan tiba waktuNYA.
Tak ada kuasa dapat mencegahnya
hanyalah TUHAN Sang Waktu

Jakarta, 10 Desember 2021 pk 12.00

Sebuah refleksi yang ditulis sembari mendengar dan merenungkan lirik tembang Jam Kehidupan-nya Pdt. Chris Manusama. Untuk lelaki-lelaki kesayangan yang acap menemani ‘ngopi dan memberi makna perjalanan hidup ini, yang telah menyelesaikan tugasnya dan tenang di sana. Juga untukmu .. yang sedang berjuang di rumah sakit. Tuhan beri yang terbaik, saleum [oli3ve].

Natal adalah Pengorbanan dan Pembaharuan Diri

$
0
0

Hujan yang baru saja datang, memaksaku kembali duduk lesehan di teras gereja. Desember, bulan di penghujung tahun yang sering basah. Bulan sibuk bagi umat Kristiani menyambut Natal dengan beragam kegiatan yang sering jadi boomerang bagiku, kamu, dan dia yang kebersamaannya dengan orang–orang dekat tersita karena kegiatan bertumpuk–tumpuk yang mungkin (sengaja) diborong. Serupa malam itu, ketika keriuhan di gereja sendiri usai, kuikuti langkah kawan untuk melihat persiapan Natal di gerejanya. Tawaran secangkir teh panas dari ibu pengurus gereja untuk menghangatkan badan tentu saja tak kutampik.

Kami—aku dan Titi, serta beberapa pemuda di gereja tersebut—ngariung menghadap pohon pinus di samping gerbang gereja yang disulap menjadi pohon terang, dihiasi lampu berwarna–warni. Keberadaannya mengingatkanku pada satu hari menjelang Natal 13 tahun lalu, ketika ayah meminta kami, anak–anaknya untuk pulang dan merayakan Natal di rumah. Dua minggu sebelum Natal, ayah kena serangan jantung, dan harus “pulang” sebelum anak–anaknya pulang ke rumah. Saat berkumpul di hari Natal itu tak pernah mewujud, karena tenyata Tuhan telah menyiapkan hari berkumpul lebih awal dalam suasana yang berbeda. Keadaan yang dulu membuatku kesal kenapa Tuhan menjadikan hari berkabung di saat kami merencanakan hari sukacita?

Lip, pernah nggak kepikiran, kenapa kalau jelang Natal orang sibuk mendandani pohon natal? Tanya Titi memecah senyap.

apa makna natal bagimu?, stone church sapa, heritage building ini sapa, old church in sapa vietnam
Stone Church, Sa Pa dibangun Prancis pada 1934 di SaPa, Vietnam Utara

Pertanyaan sederhana yang memotong ingatanku pada hari yang telah mengubah pemahamanku akan arti kehadiran Tuhan di dalam kehidupan ini. Pertanyaan yang mengingatkanku pada benturan di grup WhatsApp paduan suara gereja beberapa hari lalu karena perkara foto diri seorang kawan untuk ID Card kegiatan Natal tak sesuai dengan keinginannya. Dia minta gambar dirinya diganti. Sayang, dirinya lupa, dia hanya fokus memandangi gambar dirinya sendiri. Sedangkan yang mengerjakan pemotretan, pengumpulan hingga editing gambar dirinya dan 50 orang lainnya; satu orang saja.

Meski menyebut diri pelayanan tapi kita sering lupa, sebenarnya pelayanan kita hanya sebatas sebagai aktifis BUKAN melayani. Pelayan itu berarti berada di posisi terendah, bahkan diinjak–injak! Namun, ego sering membuat kita lebih fokus mendandani diri kita sendiri secara fisik. Senangnya komplain dengan mengedepankan keinginan diri. Tidak mau berkorban dan mengambil tanggung jawab. Padahal, jika kita mau membaca dan memahami lebih dalam makna dari kelahiran Kristus, sejatinya Natal adalah pengorbanan!

landmark in Hanoi, old building in Vietnam, gereja tertua di Hanoi, apa makna natal bagimu?
St. Joseph’s Cathedral, Ha Noi, dibangun Prancis pada 1886 di Ha Noi, Vietnam

Kok bisa? Pertanyaan yang sama terlintas di pikiranku ketika mendengar khotbah di satu ibadah sore menjelang Natal beberapa waktu lalu. Setidaknya 4 (empat) pribadi berikutlah yang berkorban untuk natal:

  1. Maria: ia rela dan siap untuk difitnah karena hamil di luar nikah, namun Tuhan menetapkannya menjadi perempuan terpilih untuk melahirkan Putra Tunggal-Nya [Lukas 1:38]
  2. Yusuf: ia mau bertanggung jawab meski anak yang dikandung Maria tunangannya, bukan dari benihnya [Matius 1:24-25]
  3. Tuhan: karena begitu besar kasih-Nya akan dunia yang penuh dosa DIA rela memberikan Putra Tunggal-Nya turun takhta, berdiam di antara manusia bahkan rela disiksa memberikan nyawa-Nya agar manusia yang berdosa diselamatkan [Yohanes 3:16-17]
  4. Kita: siap atau tidak menerima segala konsekuensi menjadi anak Tuhan? [Efesus 5:1-2,8]

Selain pengorbanan, bagiku, Natal adalah pembaharuan! Saat komitmen kembali dieratkan, saat langkah tetap konsisten meski jalan yang dilalui tak selalu rata. Natal adalah saat pundak disorongkan menjadi sandaran bagi yang membutuhkan penyemangat, Natal adalah Kasih.

landmark in Saigon, old building in Vietnam, gereja tertua di Saigon, apa makna natal bagimu?
Notre Dame Cahedral, Sai Gon, dibangun Prancis pada 1880 di Sai Gon, Vietnam

Sayangnya, sering kita terlalu sibuk dengan ini itu demi mempersiapkan hari untuk merayakan kelahiran-Nya lalu lupa menata hati juga melupakan yang utama, DIA yang lahir untuk kita. Kita terlalu sibuk mendekorasi pohon Natal, menghiasinya dengan lampu kelap–kelip. Lupa, lampu yang berkelap–kelip itu pun berkorban untuk menerangi kegelapan, bukan menerangi dirinya sendiri.

Sudahkah kita melakukan hal–hal baik yang Tuhan inginkan dalam hidup kita dan menjadi terang bagi sekeliling kita? Selamat Natal dan semangat menyongsong Tahun Baru. [oli3ve].

Refleksi Natal 2019 yang ditulis di WarungSateKamu, dibagikan di sini sebagai pengingat dan untuk dokumentasi.

Viewing all 398 articles
Browse latest View live