Quantcast
Channel: Olive's Journey
Viewing all 398 articles
Browse latest View live

Achmad Mochtar [sepatutnya], Bapak Sains Indonesia

$
0
0

Penghargaan apa yang sepatutnya diberikan kepada seseorang yang merelakan nyawanya dicabut paksa demi membela bangsa, profesi dan rekan sejawat di tempatnya berkarya? Yang dengan segala konsekuensi mengambil keputusan berat mengaku bersalah atas kesalahan yang tak dilakukannya, dihilangkan tanpa jejak, meninggalkan kesedihan pada keluarga yang dikasihi.

ereveld ancol, lembaga eijkman

Selamat datang di Ereveld Ancol

Panggilan jiwa membawa langkah kembali ke Ereveld Ancol pertengahan Juni 2015. Ini adalah kunjungan ketiga setelah bertandang ke sini Juli 2006 dan Agustus 2013 lalu. Pada kunjungan terakhir, saya mendapatkan kisah menarik tentang “penemuan” jejak akhir Kepala Lembaga Penelitian Eijkman yang meninggal pada 1945, yang membuat tubuh merinding.

Tujuan saya ke sini bukan untuk mengunjungi peristirahatannya. Ada tugas lain yang sedang dikerjakan. Namun, saat mondar-mandir menyusuri setiap nisan mencari sebuah nama yang berada satu kavling dengannya; namanya mendadak muncul di kepala dan mengalihkan langkah mencari makam beliau.

Yang terekam dalam memori, tempatnya di sayap kanan taman, dan beliau tidak sendirian di dalam liang kubur. Ternyata, saya harus meminta bantuan pak Yanto untuk mengecek daftar penghuni taman kehormatan demi memastikan lokasinya karena namanya ketutupan vas bunga. Prof Dr A.MOCHTAR, nama itu pun tampak jelas setelah bunga kering yang menutupinya dipindahkan. Berada di urutan terakhir dari 9 (sembilan) nama lain yang berbagi liang dengannya.

Achmad Mochtar, nama yang mungkin sangat asing bagimu (dan masyarakat Indonesia). Kamu tak sendiri, saya pun baru mendengar namanya 2 (dua) tahun lalu. Thanks to mas Dicky yang berbagi kisahnya serta mengawani om BA dan saya seharian itu. Karenanya saya mencoba mengenali sosok yang difitnah dan terlupakan dari jejak perjalanan sejarah bangsa ini. Nama yang dituding sebagai yang bertanggung jawab atas nyawa ratusan manusia yang meninggal di kamp interniran Klender pertengahan 1944.

Djepang dateng ambil kita!

Gerakan ofensif angkatan perang Jepang menghancurkan Pearl Harbour pada 7 Desember 1941, menandai pecahnya Perang Pasifik. Sehari kemudian, Hindia Belanda menyatakan perang terhadap Jepang. Jepang terus bergerak menunjukkan taringnya, melancarkan serangan di sana sini, menunjukkan kekuatannya di kawasan Asia Tenggara. Gertakannya membuat Belanda merayu  Amerika, Australia dan Inggris bersekutu untuk melawan.

tukang kuburan, ereveld ancol, lembaga eijkman

Kegiatan #TukangKuburan di kuburan

Pada minggu terakhir bulan Februari, pesawat-pesawat Jepang menyerang lapangan-lapangan terbang penting di Jawa, antara lain Andir (sekarang Bandara Udara Internasional Husein Sastranegara), Kalijati (sekarang Landasan Udara Suryadarma) dan Cililitan (sekarang Bandara Udara Halim Perdana Kusuma). Pada 27 Februari 1942, angkatan laut sekutu dibawah pimpinan Laksamana Madya Karel Doorman digempur habis-habisan dalam pertempuran di Laut Jawa. Pagi-pagi tanggal 1 Maret 1942, pasukan Jepang mendarat di pulau Jawa.

Ketika Jepang mengambil alih kekuasaan di Indonesia, orang – orang Belanda serta keturunan Belanda dan orang-orang Tionghoa yang anti Jepang dijemput dan dibawa sebagai tawanan perang ke kamp-kamp konsentrasi. Mereka dipekerjakan sebagai tenaga kerja paksa (romusha). Minimnya sanitasi serta kondisi fisik yang menurun karena terus menerus digenjot tanpa didukung pangan yang layak menyebabkan wabah kolera, tipus dan disentri (TCD) merajalela di kamp. Mereka yang daya tahan tubuhnya tidak kuat, meninggal; sebagian lagi yang berhasil melewati masa kritis, bertahan hidup, lolos dari maut.

Antara Juni – Juli 1944, para tawanan di kamp Klender Jakarta tampak sakit. Dari gejala yang tampak, mereka diindikasi terserang kolera. Jepang pun memutuskan untuk memberikan vaksin TCD kepada para tawanan itu. Vaksin tersebut dibawa dari Lembaga Pasteur, Bandung yang kala itu sudah dikuasai dan dikelolah oleh militer Jepang. Bukannya berangsur pulih, beberapa hari setelah divaksin, ratusan tawanan di kamp Klender meninggal.

ereveld ancol, killing field indonesia, lembaga eijkman

Pohon ini saksi bisu pembantaian yang dilakukan Jepang terhadap para tawanan perang di Ancol

Melihat kejadian ini, Jepang meminta Lembaga Eijkman untuk melakukan penelitian terhadap jaringan tubuh korban. Hasilnya sungguh mengejutkan karena para peneliti menemukan bahwa vaksin TCD yang telah diberikan kepada para tawanan mengandung basil tetanus. Tidak menerima hasil penemuan tersebut, pada Oktober 1944, para peneliti di Lembaga Eijkman berikut tenaga medis yang melakukan vaksinasi ditangkap dengan tuduhan sabotase. Mereka disekap, dipukuli, dibakar, dan disiksa hingga beberapa di antaranya meninggal.

Demi menyelamatkan hidup para peneliti di lembaga yang dipimpinnya, Achmad Mochtar rela memberikan pernyataan sebagai yang bertanggung jawab atas tuduhan sabotase yang ditudingkan pada lembaganya. Januari 1945, para peneliti dan tenaga medis yang masih hidup, dibebaskan namun Achmad Mochtar tetap ditahan. Pada 3 Juli 1945, kepalanya dipancung, jasadnya digilas dengan tank, sisa-sisa tubuhnya dibuang ke dalam liang kuburan massal di Ancol.

Achmad Mochtar lahir di Sumatera Barat pada 1892 (pada nisannya tertulis 1890), menyelesaikan pendidikan kedokteran di STOVIA pada 1916 kemudian melanjutkan pendidikan doktor di Universitas Amsterdam. Pada 1937, sekembali ke Indonesia, dirinya bergabung dengan The Central Medical Laboratory (kemudian menjadi Lembaga Eijkman). Di masa pendudukan Jepang, dirinya diangkat sebagai kepala Lembaga Eijkman sekaligus menjadikannya orang Indonesia pertama yang memegang jabatan tersebut. Di Bukit Tinggi, namanya diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Umum Daerah Achmad Mochtar.

achmad mochtar, lembaga eijkman, direktur lembaga eijkman

Makam Prof Dr Achmad Mochtar di Ereveld Ancol

Pada 2010, 65 (enam puluh lima tahun) setelah kematiannya, berdasarkan data Dokumentasi Perang yang tersimpan di arsip Belanda; jejaknya baru ditemukan. Di taman kehormatan inilah jasadnya ditanamkan, bersama mereka yang namanya (mungkin) tak pernah disebut di dalam catatan sejarah perjalanan bangsa ini.

Hari ini, 70 (tujuh puluh) tahun setelah kepergiannya yang mengenaskan, dan dengan melihat segala yang telah dikerjakannya; sudah sepatutnya Prof Dr Achmad Mochtar mendapat tanda jasa sebagai Bapak Sains Indonesia. Saleum [oli3ve].

Bahan bacaan:



Gowes Heritage Soerabaia: Mencari Gerbong Maut

$
0
0

Sepedaaaaaa!!! Mata berbinar-binar melihat 2 (dua) unit sepeda berdiri manis di luar pintu kaca lobi saat kaki baru saja menjejak di depan Artotel Surabaya. Lambaiannya membuat otak sekejap bereaksi, mengobrak-abrik strategi penyusuran kota, menyusun itinerary dadakan. Tak ingin pengalaman di Artotel Thamrin terulang, sepeda yang sudah dipesan dari Sabtu malam ternyata esok paginya tidak bisa digunakan karena (kata bagian resepsionisnya) sudah dipesan tamu lain. Malam itu, usai ngobrol di RoCA, saya minta bantuan Angga untuk mengecek ketersediaan sepeda di Minggu pagi.

lambang surabaya, patung sura dan boyo, ikon surabaya

Suro dan Boyo

Tak lama, Angga berkabar sepeda sudah dipesankan untuk 4 (jam) pemakaian. Cihuuuuiiiy! Eh, tapi mau ngegowes kemana? Dulu semasa kuliah suka mengitari komplek AL acap kali berlibur ke rumah Nenek di Kenjeran. Kalau di tengah kota belum terpikir mau ke mana, jadi senangnya disimpan lagi sampai Minggu tiba.

Sepertinya tak ada tamu lain yang berminat mengayuh sepeda di Surabaya. Buktinya? Pertama, saat mengambil sepeda pagi itu, mbak di resepsionis senang banget melihat saya bersemangat. Kedua, saat memeriksa kelengkapan sepeda sebelum ditunggangi, eeeeh ternyata bannya kempes pertanda sudah lama tak dikayuh. Ketiga, pak satpamnya ikut bersemangat membantu mendorong sepeda ke bapak tua yang buka usaha pompa ban di samping hotel serta mengambilkan kunci buat gembok sepeda karena saya lupa memintanya.

patung suro dan boyo, kebun binatang surabaya, artotel surabaya

Yuhuuuu, aku ning Suroboyo lhoooo

Menurut ci Dewi sang Kuncen Candi, kegiatan bersepeda sedang marak (lagi) di Surabaya. Beberapa jalan di Minggu pagi ditutup untuk car free day (CFD). Setelah urun rembug, diputuskan untuk mengayuh ke Kebun Binatang Surabaya sembari numpang lewat ke Taman Bungkul. Rutenya gampang, keluar dari Soetomo tempat Artotel berada, ambil kiri ke Jl Diponegoro luruuuuuuuus hingga ketemu patung Suro dan Boyo yang sedang bertarung di kanan jalan. Pada kaki patung tersebut terdapat penanda dengan tulisan Taman Suro Ing Boyo diresmikan oleh Walikota Surabaya dr H. Poernomo Kasidi pada 3 Juni 1988. Suro (= ikan hiu) dan Boyo (= buaya) adalah lambang kota Surabaya.

Ada ragam kisah yang melatarbelakangi dipilihnya kedua binatang ini menjadi lambang kota Pahlawan. Salah satunya berkaitan dengan kemenangan Raden Wijaya mengusir pasukan Mongol yang dikirim Kubilai Khan. Karena menolak tunduk pada Kerajaan Mongol, Krtanegara memberikan cap di kening utusan Kerajaan Mongol yang datang ke Singhasari, layaknya pencuri dengan besi panas dan memotong kupingnya. Perlakuanyang membuat Kaisar Tiongkok tersinggung.

gowes surabaya, surabaya car free day, gedung juang surabaya

Sampai mana yaaaa? Di sini nggak ada CFD

Pada kedatangan kedua, pasukan Mongol bermaksud untuk balas dendam, namun Krtanegara telah wafat saat Kediri menyerang Singhasari pada 1292. Jadilah ketika mendarat di Jawa Dwipa pada Maret 1293, pasukan Mongol berhadapan dengan Raden Wijaya. Hari kemenangan Raden Wijaya atas pasukan Mongol inilah yang kemudian ditetapkan sebagai hari lahir Surabaya (sura artinya jaya dan baya artinya bahaya) Jadi dari kisah ini dapat disimpulkan Surabaya artinya berjaya dari bahaya.

Tak punya rencana lain selain gowes santai, tantangan selanjutnya diterima, mencari jejak lokomotif maut di Gedung Juang Surabaya. Ouuww, sepertinya ini lanjutan dari perjalanan 4 (empat) tahun yang lalu ke Museum Brawijaya, Malang.

gerbong maut surabaya, gedung juang surabaya, destinasi sejarah surabaya

Pak Haryono, mengajak main-main ke hutan mencari gerbong maut

Keberuntungan akan selalu berpihak pada niat baik. Lama tak menggowes, sampai di depan gerbang Gedung Juang napas mulai ngiiik-ngiiik ;) Karena pergi dengan Kuncen Candi, saya menunggu saja sambil berdoa dalam hati niat nekat kami diterima dengan baik oleh 2 (dua) orang penjaga yang ada di balik gerbang.

Dalam sekejap. Kreeeeeetttt. Gerbang didorong lebar-lebar oleh pak Slamet sembari mempersilakan kami masuk. Ketika saya bisik-bisik dengan sang kuncen, jurus apa yang digunakan untuk melunakkan hati penjaga gedung, dia cuma senyum-senyum penuh arti. Okeeeeh, ternyata jurus menerabas kuburan dan blusukan ke candi tak jauh berbeda, hanya tempat prakteknya aja yang membedakan :) Setelah menyimpan sepeda di depan pos jaga, mendongeng cerita sejarah senyangkutnya di kepala untuk meyakinkan tuan rumah; pak Haryono pun mengajak kami untuk masuk hutan.

gerbong maut surabaya, sejarah surabaya

Di sini nggak berhantu, hanya banyak nyamuk hutan :)

gerbong maut surabaya, peristiwa bondowoso, gedung juang surabaya

GR10152, 46 penumpangnya meninggal karena kehabisan oksigen

Pada 23 November 1947, 46 (empat puluh enam) orang tawanan Indonesia meninggal tercekik dalam gerbong kereta api yang tertutup dalam perjalanan dari Bondowoso, Jawa Timur. Para tawanan ini dipindahkan dari Bondowoso ke penjara Kalisosok bersama 54 (lima puluh empat) tawanan lainnya. Mereka dijejal ke dalam 3 (tiga) gerbong pengap tak berventilasi dengan urutan gerbong sebagai berikut: 32 orang di gerbong GR5769, 30 orang di gerbong GR4416, serta 38 orang di gerbong GR10152.

Bisa dibayangkan, 16 (enam belas) jam perjalanan panas, sesak, hampa udara, tak diberi minum dan makan, apa yang terjadi? Sepanjang perjalanan, mereka berteriak dan menggedor-gedor gerbong namun teriakan mereka berlalu seperti angin. Yang kelelahan terkapar di lantai, diinjak oleh teman satu gerbong. Yang dapat bertahan, terpaksa minum air seninya untuk menghalau dahaga.

gerbong maut surabaya, peristiwa bondowo, tawanan perang meninggal di gerbong kereta maut

SS 1920

gerbong maut surabaya

Menjajal kekuatan gerbong

Kereta tiba di Stasiun Wonokromo pada pk 20.00. Dan ketika gerbong dibuka, tampaklah pemandangan yang mengenaskan. Beberapa tawanan yang masih hidup, menggapai-gapai berusaha merangkak keluar mencari udara. Pendataan pun dilakukan dan didapatkan, 46 orang meninggal (38 diantaranya adalah penghuni gerbong GR10152), 11 sakit parah, 31 sakit dan 12 orang sehat.

gerbong maut surabaya, peristiwa bondowoso

Penampakan utuh GR10152

Tiga gerbong maut yang membawa tawanan dari Bondowoso pada 1947 itu, dapat dijumpai di Monumen Gerbong Maut Bondowoso, Museum Brawijaya Malang dan yang terbengkalai di pelataran belakang Gedung Juang 45 Surabaya.

Toloooooooong! Toloooooong!! Mendadak kepala saya pening, perut mual. Suara jeritan tak berdaya itu menalu-nalu kedua kuping. Berusaha bertahan agar tak oleng. Tak kuat, saya menyerah pada serangan nyamuk hutan yang tak gentar menghunuskan sungutnya ke permukaan kulit untuk menghisap darah segar.

Kembali ke halaman depan, investigasi lanjut ala Tukang Kuburan dimulai. Tanya-tanya penasaran perlahan mengalir demi mencari tahu apa sih yang tersimpan di dalam gedung bercat kuning oranye yang mulai lelah berdiri di Mayor Sungkono ini? Setelah berjanji hanya akan melihat-lihat koleksi foto yang ada, (hmm … ternyata untuk memasuki gedung ini perlu mengajukan ijin tertulis lho) kami pun melenggang ke dalam gedung.

simon spoor, panglima knil, pertempuran surabaya

Foto yang menampakkan Panglima KNIL, Jenderal Simon Spoor (bersalaman, kedua dari kanan)

Peristiwa gerbong maut, adalah salah satu kasus di militer Belanda yang membuat Simon Spoor, panglima KNIL jengkel dan marah. Terbiasa melihat muka Opa Spoor di berbagai laman media online serta membaca bukunya; begitu melihat sebuah foto di antara koleksi gambar kekuningan yang dipajang, tangan mulai gatal untuk mengabadikan gambar langka tersebut. Di bawah gambar itu tertulis keterangan dalam huruf kapital, PARA ANGGOTA KOMISI KONSULER DENGAN DIANTAR OLEH MAYJEN dr. MUSTOPO MENINJAU FRONT JAWA TIMUR (DESEMBER 1947).

Berpikir bagaimana caranya agar bisa mengabadikan satu gambar itu? Saya pun mendekati pak Haryono yang mulai bosan, duduk di meja mengawasi kelakuan kami yang tak juga beranjak dari dalam gedung. Kembali mendongeng sejarah seingatnya sembari menunjukkan beberapa foto kunjungan ke Ereveld Menteng Pulo seminggu sebelumnya serta foto buku Opa Spoor untuk meyakinkan si bapak.

jenderal besar sudirman, panglima sudirman

Barang-barang peninggalan Panglima Besar Sudirman yang dibiarkan berdebu karena tak dirawat sebagaimana mestinya

Yasudah, tapi fotonya satu saja ya.” “Ok pak, saya hanya pengen foto gambar di tengah itu koq.”

Sepanjang mengayuh dari dari gedung yang diresmikan oleh Soeharto pada 17 April 1993 menuju Artotel, saya hanya bisa berhayal. Semoga pesan yang dititipkan oleh Pangad Letnan Jenderal A. Yani, Surabaya pada 17 Desember 1964 seperti yang pernah saya baca di Museum Brawijaya untuk in beeld brengen (melukiskan) moment-moment yang bersejarah itu bisa mewujud. Aaah Surabaya, semoga jejak sejarahmu tak hanya tinggal kenangan, saleum [oli3ve].

Yang dibolak-balik sesempatnya:

  • Jenderal Spoor, Kejayaan dan Tragedi Panglima Tentara Belanda Terakhir di Indonesia, J.A. de Moor
  • Gayatri Rajapatni, Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit, Earl Drake

PIKnik ke PIK

$
0
0

Suatu hari ketika perut mulai pening dan kepala sedikit melayang, mereka mencoba mengibas kerinduan pada sepinggan kwetiau goreng yang ditaburi daging merah; merencanakan pakansi bersama.

+ Destinasi wisata Jakarta mana yang ingin dikunjungi saat libur lebaran tanpa perlu berdesak-desakan dengan pengunjung lain?
– Ragunan, Dufan, Ancol, hmm … Kota Tua?
+ NO! Lupakan semua tempat itu, mari kita piknik ke PIK!
– PIK? Pantai Indah Kapuk, Pluit??
+ IYA
– Bukannya itu kawasan perumahan mewah?
+ IYA
– Mau lihat apa di sana ? Wisata rumah mewah?
+ IiiiYAaaaa, salah satunya ;)

Bagaimana kalau ke tempat ini?

hutan wisata mangrove, pantai indah kapuk, taman wisata alam angke

Sepotong Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk dari udara ;)

Tertarik dengan ajakan peduli persediaan air bersih Jakarta, Maret 2011 lalu saya mengunjungi Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA) untuk mengikuti kegiatan bersih mangrove dalam rangka Hari Air se-Dunia yang diselenggarakan oleh Transformasi Hijau (TRASHI), TRASH BUSTER. Hari itu, senang sekali dikirain anak kuliahan di antara siswa/i SMA yang berada dalam satu kelompok, berlomba mengumpulkan sampah sebanyak-banyaknya.

suaka marga satwa angke, wisata hutan mangrove, binatang langka

Mereka yang pernah ada di SMMA

Dilihat dari luasnya, SMMA adalah suaka margasatwa terkecil di Indonesia yang telah dipersiapkan menjadi cagar alam dengan luas 15,04 hektar oleh pemerintah Hindia Belanda semasa Tjarda van Starkenborgh Stachouwer menjadi Gubernur Jenderal berdasarkan Staadsblaad No 24 tanggal 18 Juni 1939. Jika mengacu pada Keputusan Menteri No. 097/Kpts-II/1998, cakupan kawasan konservasi yang berdasarkan SK tersebut statusnya dirubah dari cagar alam menjadi suaka margasatwa dengan luas 1.344 hektar. Namun hari ini, kawasan yang menjadi paru-paru Jakarta itu disunat menjadi 24 hektar saja.

taman wisata alam angke kapuk, twa angke kapuk, hutan mangrove jakarta

Tertarik untuk menikmati suara-suara alam di tempat ini?

Sisanya kemana? Pertambahan populasi penduduk Jakarta yang meningkat tajam, menjadikan lahan yang diperuntukkan untuk konservasi sedikit demi sedikit dirambah, ditimbun dan dijadikan kawasan pemukiman (mewah).

Untuk mengunjungi SMMA diperlukan Surat Ijin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI) dari Kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DKI Jakarta, sedangkan saya sedang malas mengurus surat ijin terlebih harus pergi beramai-ramai. Dan, karena hidup adalah pilihan, maka akhir Juni lalu, saya memilih berwisata ke Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk saja.

hutan wisata mangrove, taman wisata alam angke, pantai indah kapuk

Menara pandang, harap memperhatikan aturan naik; max 2 orang saja dan bergantian

wisata hutan mangrove, taman wisata alam angke, taman wisata mangrove

Seiris paru-paru Jakarta

Apa bedanya kedua kawasan tersebut? Sangat berbeda. Dari namanya sudah terlihat perbedaannya, meski sama-sama merupakan lahan konservasi, TWA Angke dapat dikunjungi sebagai tempat wisata umum. Sedang SMMA dikhususkan untuk penelitian, karenanya kita tak bisa berkunjung sesuka hati. Bersyukurlah saya pernah ikut kegiatan di SMMA meski pernah pula diusir-usir karena nggak mau dipalak 1 juta ;)

Agar puas berkeliling TWA dan terhindar dari sengatan matahari, datanglah pagi-pagi atau menjelang matahari undur diri dengan memperhatikan jam operasional TWA Angke Kapuk; pk 08.00 – 18.00. Serta mambayar HTM sesuai tarif yang berlaku. Ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan di dalam TWA diantaranya: jalan santai, bersepeda, kemping, mengamati flora & fauna, memandangi Jakarta yang masih hijau dari ketinggian serta berperahu/naik boat mengitari hutan mangrove sembari berfoto ria.

taman wisata mangrove, taman wisata alam angke, pantai indah kapuk

Berkeliling dengan perahu

taman wisata mangrove, hutan mangrove, taman wisata alam angke

Tiket wisata air

Sebelum berkunjung, kamu harus memperhatikan beberapa PANTANGAN berikut jika kamu ingin disebut sebagai pejalan yang bertanggung jawab:

  • TIDAK diperbolehkan membawa berbagai macam bentuk kamera ke dalam TWA selain kamera yang melekat pada smartphone. Kenapa begitu? Itulah peraturannya, kalau tetap mau bawa kamera silakan BAYAR Rp 1,000,000.
  • TIDAK diperbolehkan membawa makanan/minuman kemasan karena di dalam pengelola telah menyediakan restoran; tapi saat bulan puasa TUTUP. Terus gimana donk? Bawalah minuman dalam tumbler dan makanan dalam kotak makan serta tunjukkan kepada petugas di pos pemeriksaan. Kalau terlanjur membeli makanan/minuman kemasan? TERPAKSA dititipkan di pos atauuuuu “masukkan saja ke dalam tas”, begitu kata mas-masnya yang sangat kooperatif.
  • TIDAK membuang sampah sembarangan, kantongi sampahmu atau simpan di dalam tas dan buanglah di tempat sampah.
  • TIDAK lupa membawa topi untuk menutup kepala, handuk kecil untuk mengelap keringat, serta yang terpenting tongsis agar kamu bebas mengekspresikan keriaanmu tanpa mengganggu pengunjung yang lain.
  • TIDAK mengenakan high heels agar ujungnya tidak tersangkut di balok kayu dan kakimu tak keplitek di jalan.
taman wisata mangrove, taman wisata alam angke

Jangan lupa bawa tongsis agar tidak merepotkan orang lain ;)

taman wisata mangrove, taman wisata alam angke

Kenakan alas kaki yang nyaman untuk meniti balok-balok yang melintang di sini

TWA Angke Kapuk
Jl Kamal Muara, Pantai Indah Kapuk
Jakarta Utara, 14470
Telp: (021)290-33066

HTM:
Dewasa Rp 25,000
Anak-anak Rp 10,000
Wisatawan Asing Rp 125,000
Sepeda Motor Rp 5,000
Mobil Rp 10,000

Bagi pejalan yang mengandalkan kendaraan umum, cara gampang untuk menuju TWA Angke Kapuk adalah dengan menumpang Bus Kota Terintegrasi Busway (BKTB) dari halte Monas. Kamu hanya perlu menambah Rp 2,500 di dalam bus, dan bilang ke petugasnya untuk diturunkan di Saolin Temple eh .. Sekolah Tzu Chi. Selanjutnya?

taman wisata mangrove, taman wisata alam angke

Ikuti petunjuk arah ini

Angke mengingatkan pada peristiwa Batavia 1740. Angke juga mengingatkan pada nyanyian girang burung-burung, pada pekik suka cita dan senyum lebar kera-kera mungil di SMMA yang masih dijaga kelestarian habitatnya, juga pada desah patah-patah akar bakau yang saluran napasnya tercekik aroma limbah. Yang pasti, Angke tak akan pernah terlupa ketika lidah membayangkan cita rasa kuliner non halal dan aneka seafood bakar.

taman wisata mangrove, taman wisata angke kapuk, hutan mangrove

Sampai jumpa di PIKnik berikutnya

Karenanya, usai berkeliaran di TWA Angke Kapuk, jangan lupa mampir ke tempat makan yang bertebaran di Pluit atau ngadem di pusat perbelanjaan. Malas pulang? Nginap aja di TWA Angke atau kalau mau lebih nyaman ya masuk hotel. Ada beberapa pilihan tempat untuk menginap, salah satunya Holiday Inn Express PluitGate di Emporium Mall. Sesekali memanjakan diri kan nggak ada salahnya, saleum [oli3ve].


Meet Sir Joe French

$
0
0

Berdiri di depan gerbang Jakarta  War Cemetery (JWC) Menteng Pulo pagi ini, mengingatkan kala pertama kali bertandang 3 (tiga) tahun lalu demi mencari jejak Mallaby. Teringat betapa bersemangatnya ketika email dibalas oleh Karen Loizou, Support Services for Outer Area, United Kingdom dari CWGC Head Office, hingga print out emailnya pun masih disimpan rapi sampai sekarang. Setelahnya, setahun sekali disempatkan untuk berkunjung kemari. Bahkan dalam sebulan ini, ini kali ketiga berada di sini.

jakarta war cemetery, kuburan inggris menteng pulo

Gerbang Jakarta War Cemetery, Menteng Pulo, Jakarta

Koq rajin sekali main ke kuburan? Tak ada tempat piknik lain yang lebih menarik? Pastinya banyak. Tapi sejak bergabung sebagai volunteer The Grave War Photographic Project (TGWPP), JWC adalah salah satu tempat bermain untuk mengerjakan proyek dokumentasi makam perang commonwealth. Agar tak bosan, diselingi dengan bertandang ke Ereveld Menteng Pulo, Ereveld Ancol dan Ereveld Kembang Kuning, Surabaya.

Sesuai jadwal yang ditentukan, dengan memotong jalan dari Ereveld Menteng Pulo; pk 09.00 saya dan Lasma ngos-ngosan menggapai pintu ruang kerja pak Setiadi Aripin, Manager JWC. Melihat di dalam ruangan itu masih ada pertemuan internal, kami minta ijin menepi ke bibir kolam, bercanda dengan ikan-ikan koi yang girang sekali dikunjungi. Tak lama, 2 (dua) kloter tamu undangan melintasi tempat kami berdiri. Seorang lelaki muda dengan blazer coklat, dan kepala ditutup dengan topi bundar serta 3 (tiga) orang berseragam militer yang melangkah panjang-panjang. Bosan dengan ikan, kami berpindah duduk-duduk di gerbang ini dan mulai iseng menghitung jumlah tamu yang datang.

jakarta war cemetery, cross of sacrifice, makam perang inggris

Dua perwakilan atase militer Australia melintasi Cross of Sacrifice di tengah Jakarta War Cemetery

Menurut pak Setiadi, ada 7 (tujuh) orang yang memberikan konfirmasi akan hadir pada pertemuan. Setelah dihitung-hitung, yang berkumpul di ruangan itu sudah pas. Seorang atase Kanada, lelaki muda tadi dari Inggris, 3 (tiga) orang Australia serta 2 (dua) orang dari CWGC. Lha satu lagi siapa? Kita pun cekikikan di gerbang JWC, ya LOE mewakili Indonesia!

Commonwealth War Graves Commission (CWGC) memulai misinya pada 1915 atas inisiatif Sir Fabian Ware seorang senior di British Red Cross untuk mendata makam korban perang dunia pertama agar mereka yang telah berkorban nyawa, tidak terhilang dan dilupakan namun akan selalu dikenang. Pada Mei 1917, usaha Ware diapresiasi oleh Badan Perang sehingga Imperial War Graves Commission (IWGC) pun resmi berdiri berdasarkan surat keputusan yang menunjuk Sir Fabian Ware sebagai Vice Chairman dan Pangeran  Edward (Duke of Kent) sebagai Presiden IWGC.

sir joe french, vice chairman cwgc, jakara war cemetery

Ngobrol santai dengan Sir Joe French, Vice Chairman CWGC

Memasuki 100 tahun berdirinya, CWGC telah mendata 1,7 juta tempat peristirahatan terakhir para tentara persemakmuran yang makamnya tersebar di 154 negara dengan 6 (enam) negara yang tergabung sebagai negara komisaris CWGC: Australia, Inggris, Kanada, New Zealand, India dan Afrika Selatan. Dalam menjalankan visi dan misinya, CWGC mendapatkan dana dari keenam negara anggota tersebut secara proporsional berdasarkan jumlah makam perang mereka.

JWC menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi 1,181 orang tentara persemakmuran (Inggris, India, Australia, Kanada, Selandia Baru, Afrika Selatan) yang gugur semasa pertempuran 1942. Sebagian dari mereka sebelumnya dikuburkan di beberapa tempat di pulau Jawa dan Sumatera. Mereka yang gugur dan dikuburkan di Ambon, Sulawesi dan Timor; dipindahkan dan dimakamkan di Ambon. 72 orang yang gugur, serta dieksekusi di Subang dan namanya tak dikenal dimakamkan di Ancol.

Jantung berdebar sedikit lebih cepat ketika para tamu mulai meninggalkan JWC dan giliran saya dipanggil untuk masuk ke ruang pertemuan. Dari penelurusan singkat melalui dunia maya beberapa hari sebelum bertemu, saya mendapatkan informasi yang mengajak bertemu ini benar-benar orang penting. Jabatannya di CWGC sebagai Vice Chairman sejak Juli 2013, dilihat dari deretan kata di depan dan belakang namanya, menunjukkan jenjang kepangkatan dan penghargaan yang diterima selama bertugas di Royal Air Force (RAF), Chief Air Marshal Sir Joe French, KCB, CBE.

sir joe french, commonwealth, cwgc, makam perang inggris

KiKa: Setiadi Aripin – Manager JWC, Simon Hardman – CWGC Regional Manager Asia Pacific, Sir Joe French – Vice Chairman CWGC, si #TukangKuburan

Senyum ramah dan sambutan hangat dari dua lelaki yang menjulang di dalam ruang itu menenangkan. Buru-buru tangan disorongkan untuk menyambut uluran tangan mereka namun lengan baju mendadak tersangkut di gagang pintu, menahan tangan untuk bergerak. Siang itu, Sir Joe French ditemani Simon Hardman, CWGC Regional Manager Asia Pacific. Sir Joe French yang baru sekali ini bertandang ke Indonesia, berbagi pengalamannya menerbangkan helikopter semasa bertugas di RAF.

Menyenangkan sekali perbincangan di jelang siang itu. Bahagia bisa berbagi dan memberikan sumbang saran untuk pelayanan CWGC, khususnya untuk JWC sebagai destinasi wisata sejarah di Jakarta. Senyum tak lepas dari wajah Joe French dan Simon saat kami pamit. Senyum yang sama tak lepas pula menemani langkah kami menyusuri patok-patok sunyi Menteng Pulo.

Ingin liburan yang berbeda dari yang lain? Kuburan tak selamanya menakutkan, selama kita berkunjung ke tempat yang tepat dengan tujuan yang jelas.

Jakarta War Cemetery
Jl Menteng Pulo (di dalam komplek TPU Menteng Pulo)
Jakarta Selatan
Buka Senin – Jumat pk 08.00 – 17.00 (GRATIS)
*masuk dari jalan kecil di samping Wisma Staco

sir joe french, jakarta war cemetery

Jangan lupa mengisi buku tamu

Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia; semua disediakan ALLAH untuk mereka yang mengasihi DIA – [1 Kor 2:9]

Terpujilah nama Tuhan, dari ratusan volunteer yang bergabung di TGWPP, tak banyak yang mendapatkan kesempatan bertemu langsung dan berbincang dengan commissioners CWGC. Bersyukur menjadi yang tak banyak itu. Saleum [oli3ve].


Selamat Ulang Tahun Opa Schoemaker

$
0
0

hallelujah, hallelujah, hallelujah
keerden veilig Heer Jezus je zegenen, aaaamen

Amin adalah kata sakti yang dinantikan sebagian besar umat saat kantuk menyerang tiada ampun di tengah pergolakan batin memusatkan konsentrasi. Mengikuti jalannya ibadah, atau membiarkan pikiran liar berkelana tak terbendung. Amin, kata penanda usai jua segala tata ibadah yang terkadang bahkan lebih sering membuat mata  pasrah, menyerah pada kantuk mengikuti liturgi yang lamban dan membosankan.

kuburan pandu bandung, makam kristen pandu, makam schoemaker

I follow my direction

Begitu pendeta memutar badan turun dari mimbar, riuh pula derit sol sepatu bergesek dengan ubin menahan tubuh yang serentak berdiri dari bangku yang telah membuat duduk gelisah selama satu setengah jam. Berpasang langkah bergegas keluar dari deretan bangku-bangku panjang, berdesakan menanti giliran memberi salam kepada pendeta yang telah menanti di depan pintu keluar.

Melihat antrian umat mulai mengendur, aku pun turut berdiri, menggamit buku Injil yang terkulai di belakang sandaran bangku dan melangkah meninggalkan ruang ibadah yang kembali kosong.

+ Goedemorgen pastoor
– Goedemorgen, hoe gaat het met je?
+ Goode pastoor, saya suka cara Anda menjelaskan tentang perumpamaan anak yang hilang.
– Godzijdank, semoga diberkati. Apakah kamu jemaat baru di sini?
+ Jaaa, saya baru tiba kemarin sore di Bandoeng. Danke pastoor, excuseer me dat ik moet gaan

gpib bethel bandung, rancangan schoemaker, sejarah bandung

GPIB Bethel Wastukencana, Bandung

Kuayun langkah menuruni anak tangga, beranjak ke halaman gereja. Pada langkah ketiga,  suara berat pendeta yang masih berdiri di pintu kembali terdengar,”QVI HABET AVREM, AVDIAT QVID SPIRITVS DICAT ECCLESUS.”

Kuhentikan langkah, menoleh ke belakang dengan kening berkerut. Dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya; bapak tua itu mengangkat tangan, menunjuk ke atas ambang pintu.

Wahyu 3:22, Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat. Itu arti dari kalimat di atas.

Kenapa jiwamu gelisah anak muda? Gelisah yang menghantarkan langkahmu datang ke tempat ini, bukan? Bersyukurlah karena DIA yang menuntunmu ke Rumah Tuhan. Ada berapa banyak jiwa di luar sana yang resah memikirkan gelisahnya, namun tak tahu hendak kemana mencari jawaban atas semua itu.

Aku masih tertegun di depannya, saat kudengar suara parau berkumandang dari gerbang.

– Kuuuuullll! Kom, cepat-cepat, we hebben om melk te kopen
+ Jaaa, tunggu sebentar

Kutoleh wajah teduh di depanku, yang kembali menjelaskan arti rangkaian kata dalam bahasa Latin yang sangat asing di mataku.

CHRISTE TIBI SIT VOTA DOMVS QVI FINE CARENTIS VITAE VERBA FERENS APERIS MORTALIBVS AEGRIS; KRISTUS datang untuk orang yang merindukan datangnya Juruselamat yang akan menyelamatkan umat manusia dari kematian yang abadi.

– Tuhan memberkatimu anak muda. Pulanglah. Ingat dan jadikanlah firmanNYA penerang di setiap langkahmu
+ Amen, danke pastoor

konferensi asia afrika 2015, gedung merdeka bandung, karya schoemaker

Gedung Merdeka Bandung, usai peringatan 60th KAA

Pagi ini sepertinya semua rumah kehabisan susu sehingga usai ibadah, mereka berduyun-duyun ke koperasi. Atau, mungkin Minggu pagi adalah saat yang tepat untuk membeli susu. Kutinggalkan gereja, setengah berlari, menyusul langkah pendek-pendek Emma yang cepat berlalu dari depan gerbang. Dari St. Franciscus Regis, terlihat umat yang juga usai beribadah, berjalan dalam kelompok-kelompok kecil sembari bersenda gurau. Tampaknya tujuan mereka sama dengan arah langkah kami, Bandoengsche Melk Centrale.

Susu bagiku adalah minuman yang menyegarkan dan mengenyangkan. Namun pagi ini, dia bukanlah topik utama yang menggugah rasa. Ketika Emma dan semua orang sibuk membincangkan susu, rasaku memilih pengembaraannya sendiri. Menyusuri lekuk-lekuk rancangan Wolff Scoemaker pada bangunan bergaya klasik modern yang berdiri gagah di seberang Pieterspark yang baru saja kami tinggalkan. De Nieuwe Kerk dibangun pada 1924, lebih muda 3 (tiga) tahun dari St. Franciscus Regis yang juga hasil karya Schoemaker.

makam schoemaker, makam pandu bandung, karya schoemaker

tadaaaa … i found him

Masih banyak karya lainnya yang tegak berdiri. Satu yang tak jauh dari sini adalah Societeit Condordia yang berdiri sejajar dengan De Nieuwe Kerk, di bawah, di ujung jalan Braga. Tempat yang sedang menjadi idola, sehingga ia wajib disambangi oleh setiap kaki yang bertandang ke Bandung. Semua lelah perjalanan seperti terbayar ketika antrian pengunjung terlewati dan tiba giliran berdiri berdiri di depan gerbangnya. Lalu saat lampu kamera memantulkan cahayanya, sah pulalah kehadiran itu di tatar Priangan.

dan Bandung bagiku bukan cuma masalah geografis, lebih jauh dari itu melibatkan perasaan, yang bersamaku ketika sunyi – [Pidi Baiq].

Akhirnya, kutemukan jawab atas gelisah yang membayangi langkah ke dalam rumah ibadah pagi itu. Adakah tanya yang sama dalam benak mereka ketika melihat bangunan-bangunan megah itu? Ataukah sang tanya hanya berkelebat di dalam kepala yang tak ingin berhenti menceracau ini?

Sadarku kembali dari pengembaraannya, ketika mentari menyengat ubun-ubun tiada ampun di depan seonggok nisan yang terjepit di antara jejak sunyi lainnya di Pandu. Pada nisan itu tertera tanggal lahir sang empunya nisan, 25 Juli 1882. Waitttt, bukankah hari ini 25 Juli? 133 tahun dari hari kelahirannya?

wolff schoemaker, schoemaker

tak ada yang terjadi secara kebetulan, berdiri di sini di hari lahirnya, Charles Prosper Wolff Schoemaker

Meski tak pernah berencana untuk menyambanginya pada hari istimewanya, padaNYA aku bersyukur berdiri di sini. Pada dia yang sepi, kuucapkan …

Selamat ulang tahun Opa Schoemaker. Terima kasih untuk karya – karya terindah yang masih kami nikmati hingga hari ini, yang telah membuktikan kemegahannya meski melewati pergolakan masa. Jejakmu abadi, meski dirimu hanya dikenal dan dikenang oleh segelintir dari mereka yang mengagumi karyamu.

  • De Nieuwe Kerk kini dikenal sebagai GPIB Bethel, Bandung
  • St. Franciscus Regis kini dikenal sebagai Katedral St Petrus, Bandung
  • Societeit Condordia, dirombak total oleh Schoemaker pada 1922. Namanya berganti-ganti mengikuti pergolakan masa, sekarang dikenal sebagai Gedung Merdeka, Bandung.

Dan ketika rindu telah tersampaikan, pada sepimu kuurai gelisahku. Jangan bilang kamu cinta Bandung jika tak mengenal siapa Schoemaker, saleum [oli3ve].


Ivory, Harmonisasi Perjalanan Rasa

$
0
0

Ketika lelah merajalela dan badan lekat oleh keringat yang mengering dan menempel di permukaan kulit; yang terbayang-bayang di depan mata hanyalah siraman air pancuran untuk menyegarkannya kembali. Beruntunglah perjalanan dari Leuwigajah ke Bandung sedikit lengang di jelang senja itu. Angkot jurusan Cimahi – Stasiun Hall yang saya tumpangi dari bawah kolong jembatan layang Cimindi pun sama lengangnya. Hanya saya seorang yang menumpang di setengah perjalanan dari Jl Pajajaran hingga minta diturunkan sebelum angkot berputar ke stasiun Bandung.

hotel ivory bandung, ivory bandung, hotel murah bandung

Selamat datang di Hotel Ivory

Untuk mengenang masa-masa paceklik ketika masih menjadi mahasiswa yang lebih sering memilih menghitung langkah ketika ongkos menipis, dari depan Gedung Pakuan, saya berjalan kaki hingga ke Jl Aceh. Dari perempatan Aceh Wastukencana, karena badan semakin lekat; saya memutuskan memesan GoJek untuk mengantarkan ke Bahureksa yang jaraknya hanya sepelemparan batu; tak sampai 1,5 km lho!

Meski sudah lama tak tinggal di Bandung, ternyata saya lebih hapal jalan dari si tukang GoJek yang masih meraba-raba posisi Bahureksa di sebelah mananya Bandung Indah Plaza (BIP). Jadilah saya berlaku sebagai pemakai jasa sekaligus pemandu arah yang mengarahkan si Aa’ untuk belok kanan, kiri, lurus.

Saat diminta berhenti di Ivory, Aa’ GoJeknya terus saja melaju hingga ke depan Oxtale dan masih diliputi bingung,”Ooh, sudah sampai ya mbak? Saya putar balik saja kalau kelewat mah“. Percayalah, tak semua warga lokal mengenal kotanya dengan baik, karenanya diperlukan interaksi bersahaja serta kerja sama yang baik agar tak bersitegang di jalan.

hotel ivory, ivory bandung, hotel murah bandung

Jatuh hati di lobi yang dipenuhi bacaan

hotel ivory, hotel murah di bandung

Baca buku sembari bersantai di sini pasti betah deh

Hotel Ivory membuat saya jatuh hati sejak jejak pertama menyentuh pekarangannya. Setiap karyawan yang saya jumpai tak lelah tersenyum dan melayani dengan ramah. Tak membedakan yang datang berkendaraan apa, menenteng apa, berdandan ala siapa, wanginya seperti apa; semua disambut dengan senyum. Senyum yang benar-benar senyum, bukan sekadar membentuk lengkungan di bibir yang ditarik dengan paksa. Senyum yang membuat langkah ke lobi diiringi senandung riang;

we all know that people are the same where ever we go
there is good and bad in everyone
we learn to live, we learn to give
each other what we need to survive together alive

ebony and ivory live together in perfect harmony
side by side on my piano keyboard
oh Lord, why don’t we?

hotel ivory, hotel di bandung

Resepsionisnya ramah banget

Melihat lokasinya yang berada di pusat gaul anak muda, sempat ragu ketika membuka Agoda untuk memesan satu kamar di akhir pekan sebelum bertandang ke Bandung. Namun ternyata, keberuntungan selalu berpihak pada niat baik. Saya mendapatkan kamar Deluxe City View di lantai 2 yang cukup lega dan nyaman. Kamar mandi bersih, perlengkapan toiletries komplit, air pancuran panas dingin membuat betah berlama-lama bersih diri dan yang terpenting, ada hair dryer! ;)

hotel ivory bandung, hotel di bandung

Habis panas-panasan mendapati potongan buah segar dan selembar surat selamat datang itu menyegarkan

hotel ivory bandung, hotel di kota bandung

Deluxe City View, eh jendelanya lebar di depan dipan ;)

Setelah seharian berpanas ria, saya hanya memenuhi ajakan makan malam dari seorang kawan di daerah Dago. Pulangnya, tak berniat untuk menjelajah tempat lain selain kembali ke hotel. Everjoy Coffee & Cafe telah menggoda sejak mengintip tempatnya sore tadi. Mural-mural yang menghiasi dindingnya melambai tiada henti, mengajak untuk membenamkan diri menikmati malam ditemani Kembang Desa serta Ivory French Fries.

morning glory cafe, cafe ivory, hotel ivory, cafe di bandung

Everjoy Coffee & Cafe

morning glory cafe, hotel ivory, cafe di bandung

Harmonisasi Kembang Desa dan French Fries

Hotel Ivory
Jl Bahureksa No 3
Bandung 40115
Telp (022) 4203999

Ivory adalah tempat untuk memadukan harmonisasi perjalanan rasa. Bagi pejalan yang senang menyusuri jejak sejarah kota Priangan, ada banyak tempat-tempat menarik yang bisa dinikmati. Pieterspark, Molukkenpark maupun gedung-gedung tua yang bertebaran, masih tegak berdiri dengan sejuta keindahan dan kisah yang memikat rasa keingintahuan.

GKI Maulana Yusuf, Katedral St Petrus, GPIB Bethel, Masjid Istiqomah atau Masjid Agung Al Ukhuwwah; tempat ibadah yang menjadi ikon perjalanan sejarah kota Bandung pun dapat dijangkau dengan berjalan kaki sembari menikmati pagi atau menanti senja.

morning glory cafe, hotel ivory, cafe di bandung

Salah satu sudut Everjoy Coffee & Cafe

Ingin berolah raga? Tinggal jalan sedikit ke GOR Saparua atau Lapangan Gasibu. Saat energi mulai terkikis dan lidah tak tahan untuk menikmati kuliner Bandung, ada banyak tempat makan yang tersebar di sekitar Ivory yang bisa didatangi. Setelahnya ingin cuci mata atau belanja barang-barang branded? Distro mau pun factory outlet dengan ragam promosi yang menggoda membuka pintu lebar-lebar untuk dikunjungi.

Lebih seru lagi, karena tempat-tempat tersebut bisa dijangkau dengan berjalan kaki, ongkos bisa ditekan dengan menggalakkan program hemat energi serta cinta lingkungan. Ingat Bandung, ingat Ivory. Tong hilap, keep Bandung clean & beautiful nyak! saleum [oli3ve].


Agoda.com: Pejalan Indonesia Pengulas Hotel yang Kritis

$
0
0

Ada beberapa poin penting yang mesti diperhatikan dan dipersiapkan oleh seorang pejalan ketika merencanakan perjalanan. Menentukan destinasi, waktu bepergian, lama bepergian, teman berjalan, transportasi yang akan digunakan, dan lain sebagainya. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada pertimbangan – pertimbangan yang perlu dipikirkan agar perjalanan yang sudah direncanakan itu tidak berujung pada kekecewaan. Hal ini berlaku bukan saja untuk perjalanan yang dilakukan sendiri namun terlebih untuk perjalanan berkelompok dalam menyesuaikan minat dan selera.

anantara sathorn, hotel di bangkok

Sky Bar Roof Top Anantara Sathorn Bangkok (dok. Anantara)

Jika perjalanan lebih dari sehari, pemilihan sarana akomodasi akan berpengaruh pada kenyamanan saat beristirahat. Penentuan akomodasi tak lepas dari gaya pejalan yang bersangkutan. Bagi seorang backpacker, berbagi ruang tidur dengan pejalan lain bisa jadi pengalaman yang menyenangkan. Namun bagi mereka yang tak terbiasa berkumpul dengan orang asing di dalam satu ruangan, pilihan tersebut akan merangsang munculnya benturan karena ketidaknyamanan.

Sebelum memilih dan menentukan akomodasi, seorang pejalan akan mencari rekomendasi dari berbagai sumber terutama melalui ulasan pejalan lainnya. Kepuasan seorang pejalan terhadap fasilitas yang disediakan serta pelayanan yang diberikan oleh pengelola akomodasilah yang akan menjadi tolak ukur dalam membuat ulasan. Contoh, saya merencanakan perjalanan ke Bangkok dan ingin menginap di Anantara Sathorn, maka sebelum melakukan reservasi; saya akan mencari tahu informasi seputar hotel ini.

Untuk mengetahui tingkat kepuasan serta tipe pengulas akomodasi (hotel reviewer), Juli 2015 lalu, Agoda.com, salah satu situs pemesanan hotel terdepan dunia, menganalisa lebih dari 7 (tujuh) juta ulasan hotel yang mereka terima. Setiap tamu yang melakukan pemesanan hotel melalui Agoda.com, dapat memberikan ulasan pengalaman menginap di hotel tersebut dengan menggunakan skala poin 1 hingga 10 di 6 (enam) kategori yang ditanyakan: harga berbanding mutu, lokasi, tingkat pelayanan, kondisi/kebersihan hotel, standar/kenyamanan kamar dan makanan. Berdasarkan nilai rata – rata dari keseluruhan skor tersebut, ditarik hasil skor ulasan tertinggi dan terendah serta diidentifikasikan berdasarkan kategori kebangsaan para tamu yang memberikan ulasan. Hasil perhitungan tersebut, tercatat dengan nilai sebesar 8.52.

anantara sathorn, hotel di bangkok, cari hotel di agoda

6 (enam) kategori penilaian (dok. Agoda.com)

anantara sathorn, booking hotel agoda, hotel di bangkok

Beberapa ulasan pejalan mengenai Anantara Sathorn (sumber Agoda.com)

Dari hasil survey tersebut, pejalan dari Rusia menempati peringkat pertama dalam memberikan ulasan yang positif pada hotel-hotel tempat mereka menginap. Bahkan, para pejalan Rusia yang melakukan pemesanan kamar lewat Agoda.com memberikan nilai ulasan lebih tinggi 0.56 poin dari nilai rata-rata keseluruhan. Posisi tersebut diikuti oleh Mesir, Irlandia dan Polandia.

Dalam press release yang dikeluarkan oleh Agoda.com di Singapura (01/08/2015); John Brown, Chief Operating Officer Agoda.com mengatakan,”Setiap pejalan tentunya memiliki standar yang berbeda dalam memberikan ulasan terhadap hotel-hotel yang mereka gunakan. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola perjalanan (urusan bisnis/wisata), kemampuan ekonomi, dan hal-hal generik lainnya yang menyangkut selera pribadi serta ragam latar belakang para pengguna aplikasi Agoda.com yang berasal dari berbagai negara.”

Untuk kawasan Asia, ternyata pejalan berkebangsaan Cina terdata sebagai pengulas yang murah hati dan berada pada peringkat ke-8. Kebalikannya, pejalan dari Uni Emirat Arab menduduki peringkat terendah dari survey yang menunjukkan sebagai pengulas paling kritis, diikuti oleh Jepang, Oman dan India sebagai pengulas yang “pelit” dalam menilai pada hotel.

smart survey agoda, review hotel agoda

Agoda Hotel Review Score (dok. Agoda.com)

Sayang dari hasil survey tersebut tidak dijelaskan secara rinci, apakah analisa ini dilakukan dengan membandingkan ulasan antara hotel yang sekelas ataukah hanya berdasarkan baik buruknya ulasan saja. Pun tidak dipaparkan mengenai data dari tipe pejalan yang disurvey apakah business traveler, pejalan berkelompok, keluarga atau tanpa melihat kriteria tersebut.

Bagaimana dengan pejalan Indonesia? Ternyata, orang Indonesia termasuk tipe pejalan yang selektif dalam memilih tempat. Setipe dengan pejalan Malaysia, Perancis dan Arab Sauda yang cukup irit dalam memberikan pujian. Saleum [oli3ve].


Hitler’s Grave

$
0
0

Judulnya kayak judul film ya, keinggris-inggrisan. Maaf, tulisan ini tidak akan mengulas tentang Hitler’s Grave karena saya hanya tahu judul film tersebut tapi belum pernah melihat kepingan DVD apalagi menonton film buatan 2010 itu. Yang pasti tak akan jauh – jauh dari kedua kata pada judul di atas. Karena ini adalah sepotong kisah perjalanan menyusuri #JejakSunyi di Surabaya akhir Juni lalu.

hitler's dead, kuburan hitler, hitler's grave

Headline News (dok Cartridgesave)

Awal Mei 1945, dunia dikejutkan dengan serangkaian berita yang menjadi bahasan utama di media-media ternama dengan judul mencolok yang mengandung kata Hitler’s Dead. Di berita itu dituliskan Adolf Hitler dan kekasihnya Eva Braun, meninggal karena bunuh diri sehari usai pernikahan mereka di Berlin, Jerman.

Konspirasi memang selalu menarik, hanya sejauh mana rasa penasaran mengantarkan seseorang menguliknya, tergantung kepada seberapa kuat persaingan daya imajinasi dan logika di dalam alam pikirmu. Kalau mau ditelusuri, ada beberapa ulasan yang menyanggah berita kematian Hitler tersebut. Ada yang menyebutkan melihat Hitler di Argentina, bahwa tengkorak yang dinyatakan miliknya dan disimpan di Rusia ternyata adalah tengkorak perempuan, dan beberapa teori kematiannya di Brazil, Argentina serta penemuan kuburannya di Bukares, Rumania.

dr poch, misteri kematian hitler, kuburan hitler, hitler

Permisi … permisi … diantar mas-mas mencari makam DR Poch

Nah, dua bulan lalu, di hari terakhir kunjungan singkat ke Surabaya; saya nggak punya rencana dan tujuan yang jelas selain menghabiskan waktu sebelum beranjak ke Juanda untuk kembali ke Jakarta. Pertemuan dengan Ci Dewi, Kuncen Candi penguasa Surabaya yang diisi dengan obrolan sana sini, malah membuahkan bonus perjalanan yang lucu-lucu sedap.

Sekitar 3 – 4 tahun yang lalu, sebuah buku yang bikin heboh beredar di gerai-gerai buku di Jakarta mengulas tentang kematian Hitler di INDONESIA! Untuk mendukung kebenaran isi buku tersebut, disebutkan pula bahwa kuburan diktator Jerman, orang paling dicari pada masa Perang Dunia II di Eropa ini ada di SURABAYA dilengkapi dengan beberapa gambar. Sebagai pembanding untuk menyanggah isi buku tersebut, beredar pula sebuah buku yang ditulis oleh dokter pribadi Hitler.

Yang namanya berita kalau sedang heboh, maka media mainstream pastinya akan berbondong-bondong untuk meliput dan menjadikannya sajian utama untuk disantap pemirsa yang kebanyakan main: haaaap, lalu ditelan tanpa sempat dikunyah.

Dan namanya iseng, usai mencari gerbong maut, mampirlah kami ke kantor TPU Ngagel menemui seorang petugas untuk menanyakan kebenaran sebuah kuburan asing di komplek pemakaman muslim itu. Ternyata kuburan itu ada, satu-satunya kuburan yang nisannya menggunakan nama asing dan kata si masnya kemarin habis diliput oleh Trans.

kuburan hitler, misteri kematian hitler, hitler, hitler's grave

Kuburan yang konon adalah kuburnya Hitler

Dari sekadar iseng, kami malah menemukan tempat peristirahatan Bung Tomo di sisi kanan jalan utama pemakaman saat melangkah ke tempat si orang asing. Ini yang disebut bonus perjalanan. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui.

Ternyata, komplek TPU Ngagel lumayan rindang dan asik untuk berjalan-jalan siang. Terasa lebih adem dibanding dengan Kembang Kuning yang dikerubungi muka-muka tak ramah. Sayang, tak banyak informasi yang bisa didapatkan di lokasi karena tak ada dokumen yang bisa diintip tentang siapa yang ada di balik cungkup yang meringkel dipagari besi hitam itu. Meski menurut mas-mas petugas di TPU, beberapa waktu yang lalu ada sekelompok orang Jerman yang datang mengorek-orek isi kuburan, mendata dan menambahkan tahun kematian pada nisan DR G.A. Poch (lengkapnya Georg Anton Poch), nama yang tertera di sana; tetap informasi itu tak bisa dijadikan patokan.

kuburan hitler, hitler's dead, hitler's grave, dr poch

Bukti kunjungan lho ya, bukan sekadar comot sana sini ;)

Menurut catatan di buku Hitler Mati di Indonesia yang pernah dibolak-balik di Gramedia, Hitler menjejak di Indonesia pada 1954 bersama istrinya. Ia menjadi kepala rumah sakit di Bima, Sumbawa Besar dan dikenal sebagai dokter Poch atau sering dipanggil dokter Jerman. Pada 1965, Poch yang ditinggal pulang oleh istrinya ke Jerman, menikah dengan gadis Ciamis bernama Sulaesih kemudian pindah ke Surabaya. Dr Poch meninggal pada 15 Januari 1970 karena serangan jantung di Rumah Sakit Karang Menjangan (sekarang Rumah Sakit Dr Soetomo), Surabaya dan dimakamkan di Ngagel.

Benarkah itu kuburan Hitler? Saya tak tahu karena saat menemuinya di Soldatenkaffee, beliau tak menyebutkan bagaimana dan dimana mengakhiri hidup serta tersimpan di mana jejak terakhirnya. Kalau penasaran, silakan ditelusuri  sendiri jejaknya 😄, saleum [oi3ve].

Bacaan Iseng:



Berkenalan dengan Tan Sin Hok, Sang Ahli Mikropaleontologi

$
0
0

Aku tak kuasa meredam amarah surya siang itu di Pandu. Sengatnya memaksa langkah beranjak kembali ke pendopo, mengusapkan sun protection lotion ke permukan kulit yang perih. Telat? Tak usah kau pikirkan. Yang jadi tanyaku, kemana sejuknya Bandung, yang dulu kau banggakan? Jika air mineral yang tersaji di atas meja bisa tandas dalam sekejap?

tan sin hok, ahli mikropalaeontologi, ereveld pandu

Tan Sin Hok di Delft, ehhmm ganteng ya ;) (dok. brieven Tan Schepers)

Bukan karena merindu perihnya sengatan matahari aku kembali bergegas ke pelataran yang dipenuhi patok-patok berbentuk salib berwarna putih itu. Bukan pula karena siulan angin yang tak pernah takut tersengat matahari. Tapi, karena nama asing yang menggelitik gendang telinga, yang terpatri di salah satu patok putih entah di sebelah mana?

Tan Sin Hok. Aku mencarinya dengan mengingat-ingat petunjuk dari Pak Purwadi, kepala pengawas di tempat peristirahatan ini, “dia tak jauh dari Faber, berjalanlah dua tiga langkah dari sana dan tengoklah ke sebelah kanan. Tempatnya di pinggir kavling tengah itu.

Aku berdiri di depan Faber, berjalan tiga langkah ke belakangnya, lalu diam dan mengedarkan pandangan ke setiap patok yang berjejer di sana. Tapi nama itu tak ada. Mungkin langkahku kebanyakan, aku mundur tiga langkah lalu sekelebat teori yang berbeda mulai menggoda daya imaji.

Di tempat ini, patok-patok putih dengan 4 (empat) hiasan kepala yang berbeda, tegak di atas petak-petak yang disebut kavling yang ditumbuhi rumput hijau yang memudar menahan panas. Setiap kavling diberi nomor yang ditulis dalam huruf Romawi, antara kavling yang satu dengan yang lain dibatasi oleh jalan setapak dari paving block. Jika Tan Sin Hok berada di pinggir, artinya namanya akan terbaca saat aku berdiri di paving block. Maka, aku pun keluar dari kavling, mengambil posisi sejajar dengan Faber lalu berjalan perlahan sembari menoleh ke kiri dan membaca satu per satu nama yang terpatri di patok membisu yang melirik pun mereka enggan.

tan sin hok, ahli mikropalaeontologi, ereveld pandu

Tan Sin Hok dan Eida Schepers (dok brieven Tan Schepers)

Matahari semakin garang, namun Tan Sin Hok tak jua kutemukan. Lalu kenapa harus memaksa diri untuk mencarinya? Kenapa kemauan untuk menemukan jejaknya begitu kuat menyeret langkahku?

Pada 8 Juni 1929, seorang pemuda keturunan Tionghoa yang baru menyelesaikan pendidikannya di Teknik Pertambangan, Delft pulang ke Bandung. Tan Sin Hok namanya, anak pengusaha penggilingan padi di Cianjur. Ia pulang bersama istrinya, Eida Schepers. Mereka tinggal di Van Hoytemaweg No 4 (sekarang Jl Sumur Bandung).

Tan Sin Hok, bekerja di de Gouvernements Bedrijven, Jawatan Pertambangan milik pemerintah kolonial Belanda (sekarang Badan Geologi) sebagai tenaga ahli geologi. Namanya dikenal dunia karena disertasinya tentang, mikropaleontologi radiolaria (zooplankton yang pertama muncul di bumi). Ia memberikan nama kepada 143 species fosil renik radiolaria yang ditemukan di pulau Rote, Nusa Tenggara Timur.

Mikropaleontologi adalah bagian dari paleontologi yang khusus mempelajari sermua sisa-sisa makhluk hidup purba yang berukuran kecil. Paleontologi sendiri adalah ilmu yang mempelajari sisa-sisa makhluk hidup purba melalui fosil-fosilnya maupun jejak-jejak kehidupan yang sudah membatu.

Pada 30 November 1945, ketika revolusi pecah, rumah Tan Sik Hok tak luput dari sasaran serangan laskar rakyat yang mengamuk. Tan Sik Hok terluka parah, ia dilarikan ke Rumah Sakit Boromeus. Namun, perjalanannya harus berakhir, ia meninggal 1 Desember 1945.

Aku nyaris meloncat kegirangan ketika ahirnya menemukan patok itu. Sebuah patok putih berbentuk salib yang berdiri di sisi kiri jalan setapak kavling V. Di sana jelas tertulis, DR. Ir. Tan Sin Hok. Sosoknya mungkin terlalu asing buat sebagian kita, tapi karyanya telah diakui dunia. Dia sepantasnya dihargai sebagai Bapak Mikropaleontologi.

tan sin hok, ahli mikropalaeontologi, ereveld pandu

Tempat peristirahatan DR Ir Tan Sin Hok

Di sebuah kedai Mie Yamin tak jauh dari gerbang TPU Pandu aku memilih melepas penat setelah lelah berjalan. Terngiang obrolan riang pagi tadi dengan kang Asep, mitra #GoJek yang mengantarkan ke depan Ereveld Pandu ..

+ Punten Teh, Teteh sudah sarapan?
Sudah kang, kunaon atuh?
+ Ehmm … eng … enggak, kalo pagi mah orang sarapan di rumah, Teteh mah aneh ke kuburan

Susah payah si akang mengulum senyum yang membuat mukanya bersemu merah. Takut dan curiga, tergambar jelas pada lipatan-lipatan kecil yang terlihat menghiasi keningnya. Mungkin di dalam benaknya terlintas, perempuan yang di depannya benarkah adanya atau hanya halusinasi?

Mau ikut masuk? Biar akang lihat di dalam seperti apa?
+ Terima kasih Teh, saya pamit dulu. Hati-hati ya
Sami – sami Kang, hati-hati bawa motornya.

Buru – buru ditutupinya semua kepalanya dengan helm hijau, lalu melesat pergi. Hidup adalah pilihan, dan perjalanan adalah bagian dari pilihan itu.

Setiap perjalanan memiliki warnanya sendiri, kamu tak kan bisa memaksa orang lain untuk mengikuti keinginan dan asamu. Yang bisa kamu lalukan adalah, ikuti panggilan jiwamu dan hargai pilihan mereka. Engkau tak pernah tahu rencana Tuhan dalam kehidupannya, percaya saja bahwa, hidup ini terasa indah, ketika kita bisa saling menghargai serta meilihat keragaman corak dan warna yang menghiasinya, saleum [oli3ve].

Referensi:


Gemu Fa Mi Re untuk Negeriku

$
0
0

Kamu kurang gaul, Lip!”

Skakmat yang aku terima di tengah perbincangan seru kami semalam. Kalimat yang terlontar tanpa gejolak rasa dari bibirnya yang tak henti bergerak, menampar ulu hati saat kutanyakan Gemu Fa Mi Re padanya.

Lihat dan dengarkanlah sendiri, nanti kamu akan tahu,” katanya sembari berlalu, menyisakan kunang-kunang yang beterbangan di atas kepalaku.

Kurang gaul? huhhh … berani sekali dia menuding dan mengaduk-aduk emosi saat baru bersua! Belum cukupkah langkah menjauh sesaat dari negeri untuk membuktikan seberapa luas pergaulan itu? Kuredam riak yang mulai menjalari nadiku, mencoba memaknai kata demi kata yang dilontarkannya.

soekarno di pengasingan, penjara banceuy, sel no 5, soekarno

Di belakang Sel No 5 penjara Banceuy, Bandung

Musik dengan nada riangnya memenuhi tenda tempat kami menikmati santap malam. Generasi Sumiran tampil ke depan. Tua muda meliukkan badan mengikuti irama yang mengalun dari pengeras suara. Mereka bergerak tak lelah, raut wajah mereka memancarkan senyum tiada henti. Di tengah hentakan musik dan gelak tawa, anganku mengembara mencari jawaban atas tanya yang tak dijawabnya.

Ada sebentuk rasa asing yang mengetuk-ngetuk dasar hati
yang membuat asaku melayang dan enggan kutepis, rinduku bergelora

Aku rindu merangkai perjalanan bersamamu,
merindu pada langkah yang pernah diayun bersama
akan cita dan cinta untuk berbagi pada tanah negeri
pada setiap senyum yang merekah di wajah anak negeri yang kita jumpai
yang tiada henti berharap untuk negeri yang damainya bisa kita rasakan hingga ke relung jiwa

Aku rindu melihat jiwa-jiwa muda bangkit dan bergandengan tangan
menepis ego berbagi rasa
memupuk kecintaan pada negeri
menjaga warisan tak ternilai yang dititipkan IBU pada generasinya
adakah engkau mau kembali melangkah bersama?

Perjalanan tak sekadar melangkah lurus ke depan,
Perjalanan adalah untuk berbagi
Meski jalannya tak melulu rata karena …
terkadang ada riak-riak yang menghadang,
terkadang ada kerikil yang menusuk tapak kaki
terkadang harus merangkak untuk menggapai
terkadang harus merunduk sebelum mendongak
terkadang harus sakit untuk mensyukuri karunia

Perjalanan menghantarkanku meraih asa yang cahayanya menuntun untuk terus melangkah
Perjalanan untuk dinikmati bersama
bukankah lebih indah berjalan bersama daripada menyepi sendiri?

INDONESIA sangat indah,
TUHAN tak salah menempatkanmu di sana
namun sesekali berjalanlah keluar dari pekaranganmu, pandanglah dia dari jauh
dan nikmati gejolak rasamu

lily riani, travel beruang, wisata serawak

Bersama #TravelBeruang @Kampung Tebekang, Serawak (dok. @lilyriani)

Malam mulai berkelakar, dinginnya menusuk-nusuk kulit; keluarga Sumiran masih terus saja menari dan tertawa menebarkan energi yang membuat mataku basah hingga langkah sampai di depan pintu bus yang siap mengantarkanku kembali ke Kuching.

Maumere da gale kota Ende
Pepin gisong gasong
Le’le luk ele rebin ha …

Setelah menghilang dan meninggalkanku dalam tanya, dirinya kembali muncul sesaat sebelum sebelum kaki kuayun ke dalam bus. Dia menyorongkan tangan dengan senyum penuh kemenangan menghiasi wajahnya yang diterpa sisa cahaya bintang.

“Kamu hebat, Lip! teruslah berjalan.
Terima kasih bung, belum banyak yang aku lakukan. Janganlah mengangkatku terlalu tinggi, jatuhnya akan menyakitkan.
“Dream imposible, make it possible!”

Kulambaikan tangan pada mereka yang terus saja bergerak dan bernyanyi, seperti tak habis tenaga untuk berbagi …

Putar ke kiri eee,
Nona Manis putarlah ke kiri, ke kiri, ke kiri dan ke kiri, ke kiri, ke kiri Manis eee ..
Sekarang kanan eee,
Nona Manis putarlah ke kanan, ke kanan, ke kanan dan ke kanan, ke kanan Manis eee ..

Gemu Fa Mi Re …
menyambut langkahku saat menjejak di Rantau Panjang siang tadi, pula mengantarkanku kembali pada rindu yang teramat dalam padamu, IBU Pertiwi

rindu tuk menapak di setiap jengkal tanah negeri
rindu tuk memeluk dan tak ingin melepasmu
rindu tuk selalu bagikan semangatmu, INDONESIA SATU

Gemu Fa Mi Re untuk negeriku

Kuching, 13 Agustus 2015
pk 00.30 @Room 1607, Merdeka Palace

travel beruang, lily riani, kampung mongkos, dayak bidayu serawak, wisata serawak

Aku pasti pulang, Kampung Mongkos, Serawak (dok. @lilyriani)

Kalau aku memarahimu, itu berarti aku mencintaimu. Aku melampiaskan marahku kepada orang-orang terdekat dan paling kusayangi. Ibaratnya merekalah papan peredam suaraku – [Soekarno, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia]

Terinspirasi dari obrolan dengan Sudaryo Osman, Camp Chief Sumiran Eco Camp, Kuching, Serawak, Malaysia. Keluarga Sumiran adalah salah satu contoh pejalan dari Indonesia yang sukses melewati perjalanan masa di Malaysia. Sumiran (ayah Sudaryo) berasal dari Purworejo, berangkat ke Malaysia untuk mencari penghidupan yang lebih baik semasa pendudukan Jepang. Dirinya terombang-ambing di laut lepas saat kapal yang ditumpanginya dihempas gelombang. Dia diselamatkan oleh seorang warga lokal yang berasal dari Jawa dan mengangkatnya sebagai anak. Kini, sembilan anak beserta keluarga mereka dari tiga generasi, bahu membahu mengelola Sumiran Eco Camp di Rantau Panjang, Kuching.

Gemu Fa Mi Re adalah gerak tari dan lagu pergaulan dari Ende yang diaransemen ulang oleh Nong Franko dan dinyanyikan oleh Alfred Gare. Kini menjadi tari pergaulan yang mewarnai setiap kegiatan outdoor/pertemuan hingga ke Malaysia.

Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur adalah tempat pembuangan Soekarno setelah ditangkap di Yogyakarta, dijebloskan ke dalam tahanan di Penjara Banceuy dan Penjara Sukamiskin, Bandung. Soekarno berada di Ende selama 4 tahun (1934 – 1938) ditemani Inggit Garnasih. Di Ende pulalah Soekarno memikirkan dan merumuskan Pancasila.

tukang kuburan, ereveld menteng pulo, olive bendon

Aku kan terus berjalan

Ditulis sebagai ungkapan rindu tanah air tercinta lewat #PosbarTBI dalam rangka Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-70 pada hari ini, Senin (17 Agustus 2015) tepat pk 10.00 wib bersama #TravelBloggersIndonesia; teman berjalan dan berbagi mimpi dengan tema #DreamINDONESIA, saleum [oli3ve].

Selamat pagi negeriku,
Selamat merayakan hari kemerdekaanmu

Sudahkah setiap anak negerimu menikmati kemerdekaan itu?
Sudahkah Indonesia ada di hatimu? Ini mimpi mereka:

Note: mohon maaf, tautan lain akan segera dilengkapi ;)


Kucing-kucingan di Kuching

$
0
0

Apa yang akan kamu lakukan bila ketahuan menerabas pekarangan rumah seseorang? Pura-pura tidak tahu lalu putar badan dan menjauh ataukah menghampiri penjaga rumahnya?

dum spiro spero, lambang serawak, motto brooke

dum spiro spero

Semalam tidurku tak lelap. Pikiranku masih diliputi tanya pada penjelasan yang mengambang dari penjaga taman kota di samping hotel yang kudatangi kemarin pagi. Bagaimana mungkin mereka mengatakan tak ada jejak di pekarangan itu sementara sudah jelas terlihat beberapa patoknya menyembul di atas permukaan tanah? Dua kali sehari kupandangi patok-patok itu dari kejauhan, pagi saat bangun tidur dan malam kala kami kembali ke kamar untuk beristirahat setelah seharian bermain di luar. Mereka seakan melambai setiap kali kupandangi dari jendela kamar 1607 Merdeka Palace yang berhadapan langsung dengan taman kota.

Putar kiri, putar kanan, mau online wifi tak bisa karena akses dibatasi sedang kartu yang kudapatkan di Plaza Merdeka sangat lamban, bahkan nyaris tak berfungsi. Maka, Sarawak Long Ago yang kutemukan di kedai cinderamata di Kampung Budaya Serawak pun jadi korban. Dibolak-balik tak tentu hingga beberapa lembar di belakang terlepas karena usia meski tak dikoyak dengan kasar.

fort margherita, benteng di kuching, james brooke

Fort Margherita, Kuching

fort margherita

Sisi lain Fort Margherita

Aku terjaga hingga suntuk yang membuatku lelap. Hanya 3 (tiga) jam, karena alarm dari handphone menjerit-jerit memekakkan telinga sehingga harus didiamkan agar tak merisaukan tetangga di kamar sebelah. Hari ketiga di kota ini, sebelum yang lain terjaga dari mimpinya, aku mengendap-endap membasuh badan dan kembali mengayun langkah ke taman kota. Tak perlu mengulang menyusuri seisi taman itu, karena di depan pelatarannya kutemukan jawaban atas tanya yang membuat tidurku gelisah. Sebuah penanda taman dengan tulisan yang sudah kusam hingga nyaris tak terbaca, Museum Garden. Di sana samar terbaca bahwa taman seluas 5,91 hektar itu sebelum beralih fungsi menjadi taman kota adalah taman pemakaman Cina tertua di Kuching. Bingo!

Puas? Belum, karena yang kucari bukan itu.
Lalu, apa lagi sih yang kamu cari?

brooke memorial kuching, heritage kuching, charles brooke serawak

Charles Brooke Memorial dibangun pada 1924 di depan Old Courthouse, Kuching

Di malam saat memasuki kota ini menumpang taksi dari bandara, mataku sudah curiga dengan petunjuk jalan yang berbau Inggris. Jl McDougall, jalan yang ditutup malam itu karena ada petingi yang hadir di keriaan yang berlangsung di Lapangan Merdeka. Karenanya, aku mencoba memindai masa sesaat setelah mendapatkan kunci apartement suite yang kutempati bertiga dengan teman dari Kuala Lumpur senyap.

Menurut potongan sejarah yang aku baca, ada keluarga kulit putih yang turun temurun pernah memerintah di sini. Keluarga Brooke. Logikanya, jika mereka pernah beraktifitas di sini, dan kota ini masih memelihara jejak peninggalan mereka, maka paling tidak ada sesuatu yang bisa kutemukan untuk menepis rasa penasaran itu. Tapi ternyata tak mudah, karena tak semua yang kujumpai memberikan jawab atas tanya yang kusodorkan. Tak mengapa, mungkin memang lebih bergairah bermain kucing-kucingan di Kuching.

brooke dockyard, peninggalan brooke, kuching heritage

Brooke Dockyard dilihat dari sungai Serawak

James Brooke berlabuh di Serawak dan membuang sauh dari The Royalist pada 15 Agustus 1839. Padanya Pangeran Muda Hasyim, orang kepercayaan Sultan Brunei meminta bantuan untuk meredam pemberontakan suku Dayak Iban terhadap kesultanan Brunei. Atas jasanya, Brooke diangkat menjadi gubernur di wilayah Serawak. Tiga tahun kemudian, pada 18 Agustus 1842, Brooke melepaskan diri dari Brunei dan mendirikan Kerajaan Serawak yang baru serta mengumumkan dirinya sebagai Raja. Oleh masyarakat setempat, Brooke lebih dikenal sebagai Rajah Putih Serawak. Untuk pemerintahan baru yang dibentuknya, Brooke melakukan penataan administrasi, penetapan aturan undang-undang dan hukum serta menerapkan kebijakan penghapusan perbudakan dan menghentikan ritual potong kepala yang dilakukan oleh beberapa suku di Serawak.

astana kuching, brooke resdent, sejarah astana serawak

Astana, yang dibangun oleh Brooke; sekarang menjadi kediaman Guberur Serawak

Satu malam di bulan Februari 1857, kediaman Brooke didatangi para perompak, menyulutnya dengan api yang melahap habis seluruh isinya. Brooke berhasil meloloskan diri dari incaran perompak, dia melarikan diri dengan menceburkan diri ke dalam sungai. Pada malam itu, seorang pemuda menjadi korban kegilaan mereka. Henry Nicholetts yang mereka pikir Brooke, dipenggal kepalanya lalu mereka tenteng berkeliling kota. Setelah kematiannya, Brooke yang tidak mempunyai keturunan, menunjuk kemenakannya, Charles Anthony Johnson Brooke sebagai penggantinya.

Pada masa pemerintahan Charles, kediaman Rajah mengalami dua kali kebakaran yang membuat Charles memutuskan untuk membangun istana baru dari bata sebagai pengganti kayu. Alasan lain yang menguatkan pilihan tersebut adalah, dalam masa 3,5 tahun dirinya kehilangan Anne dan anak mereka Francis serta Julia istri keduanya di rumah tersebut sehingga Charles ingin membangun satu harapan baru, sebuah Astana.

makam keluarga brooke, fort margherita

Tempat mereka dikenang, The Brooke Memorial di samping Fort Margherita

Sepeninggal Julia, Charles kembali ke Inggris dan menikah dengan Margaret yang kemudian dikenal sebagai Ranee of Sarawak. Astana menjadi tempat baru untuk mereka tinggali pada 1870. Di sebelahnya Charles membangun sebuah benteng yang diberi nama Fort Margherita. Di antara Astana dan Fort Margherita, sebuah lahan kecil tempat mengenang mereka yang pernah ada, di sana bersemayam orang-orang terkasih yang pernah mengisi hari-hari Charles: Anne dan anaknya Francis, Julia serta 3 (tiga) orang anak Charles dan Ranee yang meninggal semasa balita Ghita, serta si kembar James dan Charles.

Mentari menebar senyum indahnya sebelum menutup hari di sepanjang sungai Serawak. Aku menikmatinya dengan hati riang dari dalam perahu yang mengantarkanku menyisir Kuching, memandang Astana dan Fort Margherita dari jauh. Betapa romantisnya tuan Charles ini, selain Fort Margherita, dirinya juga membangun 2 (dua) benteng yang dipersembahkan untuk istrinya Fort Alice di Simanggang dan Fort Lili di Betong. Nama tersebut diambil dari nama lengkap sang istri, Margaret Alice Lili de Windt.

brooke dockyard, heritage kuching

Karena digembok ngambil gambar Brooke Dockyard yang masih beroperasi sampai hari ini dari luar aja yaa

brooke dockyard, heritage kuching

Tampak dari waterfront seperti ini

Senja semakin merekah. Kuputar pandangan 180 derajat ketika mataku terantuk pada sebentuk jejak yang terpatri di sebuah bangunan di bibir sungai, Brooke Dockyard. Pada penanda yang menempel di pagar bangunan, dijelaskan bahwa drydock ini dibangun pada 1909 semasa pemerintahan Charles Vyner Brooke dan diresmikan oleh Ranee Sylvia pada 1 Juni 1912.

Hari ini Sabtu, 15 Agustus 2015, hari terakhir sebelum bertolak ke Kuala Lumpur, aku kembali berjalan menyusuri waterfront Kuching. Niat hati hendak berkunjung ke Museum Peranakan di ujung jalan Main Bazaar tapi museumnya tutup. Alih-alih kecewa, mataku berbinar mendapati kafe tuan James Brooke tak jauh dari museum. Kupesan semangkok Laksa Serawak dan segelas Lime Juice pada pelayan yang datang berlambat-lambat sehingga membuat perutku mulai menyenandungkan nada-nada tak beraturan.

james brooke, laksa serawak, kuliner kuching

Laksa Serawak, Lime Juice dan Opa James Brooke di James Brooke Cafe

Mencoba bersabar menanti pesanan, aku tersenyum sendiri, teringat pertanyaan yang dilontarkan oleh Shams sesaat setelah kami mendarat dan melangkah keluar ke bandara Kuching malam itu,”Ada kuburan siapa yang mau dicari di sini?” Tanya yang dijawab dengan menggeleng dan senyum tak jelas karena niat ke Serawak hanya untuk plesiran sehingga tak sempat mencari tahu keberadaan kota ini.

Dum Spiro Spero, selama aku masih bernapas, aku berharap!

Lega, saat seteguk Lime Juice mengalir dengan riang menyusuri perjalanannya menghalau dahaga ke dalam saluran cerna sebelum gemulai Laksa Serawak memeriahkan binar rasa yang bergejolak dari ujung-ujung lidah. Di luar sana ada kemeriahan, tapi bukan pesta untuk memperingati 176 tahun kedatanganmu di kota ini. Terima kasih telah mengajakku bermain kucing-kucingan, dan menghembuskan energi yang telah membawaku menyusuri kota masa mudamu. Di usiaku engkau telah memimpin sebuah kerajaan, sedang aku hanya duduk-duduk di sini memandangi lalu lalang mereka yang berkeliaran di sepanjang bibir sungai Serawak. Tak ada yang terjadi secara kebetulan, meski kadang terjadi seperti kebetulan. Satu hari nanti aku kan kembali menyusuri jejakmu di kota ini, saleum [oli3ve].

Referensi: Sarawak Long Ago, W.J. Chater – Second Impression, 1994


Memberdayakan Koperasi, Gairahkan Wisata Budaya Serawak

$
0
0

Merdu suara tetabuhan menyambut langkah menjejak di Kampung Tebekang, Serian, Serawak. Pagi itu kami hendak berkunjung ke Kampung Melayu Tebekang, sedang bus yang kami tumpangi berhenti di sisi jalan raya Kampung Bidayuh Tebekang. Jalan tercepat untuk menggapai kampung Melayu Tebekang adalah meniti jembatan gantung yang terentang di atas Sungai Sadong, penanda batas kedua kampung.

kampung melayu tebekang, sungai batang kayan, river cruise malaysia

River Cruise menyusuri Sungai Batang Kayan di Kampung Melayu Tebekang, Serawak

Setelah hampir 2 (dua) jam dihibur lambaian hijau pepohonan dan bebukitan di sepanjang perjalanan dari ibukota Serawak, Kuching; sambutan warga setempat membangkitkan semangat untuk bergegas mengenal lebih dekat kampung ini. Keceriaan yang terpancar dari wajah remaja Melayu Tebekang yang memainkan tetabuhan menyertai kaki meniti jembatan yang turut menari mengikuti irama langkah kami. Keriaan belumlah berakhir, di ujung jembatan sebelum kaki benar-benar menapak di Kampung Melayu Tebekang; dua remaja menyambut kami dengan atraksi Pencak Silat.

sungai batang kayan, kampung melayu tebekang, kuliner serawak

Memasak Ayam Pansuh di bibir sungai Batang Kayan

Berperahu menyusuri Sungai Batang Kayan, pilihan menarik untuk dinikmati saat berkunjung ke sini. Tak sekadar berperahu, di salah satu bibir sungai yang airnya sedang surut; perahu ditambatkan. Perbekalan dikeluarkan, sungai yang tadinya sepi, mendadak riuh. Dua bilah bambu berisi potongan ayam dan daun ubi diberi sedikit rempah disiapkan. Kayu bakar yang diambil dari tepian sungai pun ditumpuk, siap untuk dinyalakan. Ayam dimasak sekitar 30 menit dengan api yang sedang hingga siap disajikan. Agar tak bosan menanti makanan matang, untuk menyelami kehidupan dan keseharian warga setempat, cobalah memancing dan menjala ikan secara tradisional.

ayam pansuh, makanan serawak, kuliner serawak

Ayam Pansuh

Sayang, karena air sedang surut, hari itu tak ada ikan yang tersangkut di jala. Maka sebagai pengganjal perut jelang makan siang cukup dengan Ayam Pansuh (ayam yang dimasak dalam bambu). Karena berada di hutan, alas makannya pun menggunakan daun yang dipetik di sekitar tempat beristirahat. Ayam Pansuh, menu sehari-hari yang dinikmati oleh leluhur Melayu Tebekang ketika mereka menerabas hutan, saat ini dapat dijumpai di meja perhelatan di kampung hingga hotel berbintang. Sebagai camilan, ada Kek Jantung Pisang yang pembuatannya bisa memakan waktu 2 (dua) jam karena dibuat lapis demi lapis. Konon, Kek Jantung Pisang adalah cikal bakal Kek Lapis Serawak, kue lapis terkenal yang wajib dicoba bila berkunjung ke Serawak.

suku bidayuh mongkos, perbatasan indonesia malaysia. dayak bidayuh, upacara tolak bala

Disambut tetua adat dengan ritual Mipis di rumah panjang Bidayuh, Mongkos

Dari kampung Melayu Tebekang, kami kembali berkendara selama 30 menit menuju perkampungan suku Dayak Bidayuh; Kampung Mongkos. Dayak Bidayuh atau dikenal sebagai Dayak daratan adalah suku asli ketiga terbesar yang mendiami Serawak setelah Iban dan Melayu. Di depan rumah panjang, rumah tradisional suku Bidayuh, kami disambut oleh tetua adat yang mengayun-ayunkan seekor ayam jago di tangannya. Inilah ritual Mipis yang harus dijalani oleh setiap tamu yang berkunjung ke Kampung Bidayuh untuk menghalau roh-roh jahat (ritual tolak bala) agar tak mengganggu sang tamu. Sebelum melangkah ke dalam rumah panjang, sang tamu harus menginjak sebutir telur yang ditempatkan di dalam wadah yang disebut bandai sebagai lambang penghancuran roh jahat.

upacara tolak bala, suku dayak bidayuh

Ritual memecahkan telur di dalam bandai (dok. Projek Travel)

one malaysia, budaya bidayuh, tarian dayak bidayuh

Menari bersama anak-anak Mongkos di rumah panjang Bidayuh (dok. Projek Travel)

Usai ritual Mipis, semua penghuni rumah panjang, tua muda, akan menyambut setiap tamu yang berkunjung ke rumah mereka dengan berdiri berjajar dari depan tangga hingga ke ujung rumah. Para tamu dipersilakan untuk masuk dengan tetap diiringi tarian selamat datang sembari bersalaman dengan mereka yang ada di rumah pada saat itu. Di atas rumah panjang inilah semua aktifitas digelar sebagai ungkapan sukacita tuan rumah menyambut tamu yang datang ke kampung mereka. Ragam tarian dibawakan oleh anak-anak Mongkos hingga sajian penganan khas daerah yang menggoda tersaji di depan mata menjelang petang.

pinang peranakan mansion, bidayuh mongkos

Lilian Tong, Museum Director Pinang Peranakan Mansion bersama anak-anak Bidayuh, Mongkos

Kunjungan ke kedua kampung tersebut dilakukan dalam rangka Hari Koperasi Nasional Malaysia 2015 lewat program Jom Jelajah Koperasi Serawak 2015 (JJKSerawak2015) yang digelar bersama Suruhanjaya Koperasi Malaysia (SKM) sebuah badan di bawah Kementerian Perdagangan Dalam Negeri, Koperasi dan Kepenggunaan dan Gaya Travel Magazine diresmikan oleh Puan Hjh Sharifah Hasidah Sayeed Aman Ghazali, Ahli Dewan Undangan Negeri 7 Samariang pada Selasa, 11 Agustus 2015 di Riversid Majestic Hotel, Kuching. JJKSerawak 2015 bertujuan untuk mengajak perwakilan media melihat lebih dekat usaha yang digalakkan oleh koperasi. Selain JJKSerawak2015, pada 14 – 16 Agustus 2015 digelar pula Pameran Koperasi dan Industri Kecil di sepanjang waterfront Kuching.

jjk2015serawak, riversidemajestic, hotel di kuching

Acara peresmian JJKSerawak 2015 di Riverside Majestic, Kuching

Kampung Melayu Tebekang dan Kampung Mongkos menjadi destinasi wisata menarik di Serawak, khususnya bagi pelancong yang ingin mengenal lebih dekat budaya serta keseharian masyarakat Melayu dan suku Bidayuh di perbatasan Malaysia dan Indonesia ini. Kampung Mongkos hanya berjarak 2,5 km dari Entikong, Kalimantan Barat, Indonesia dapat dicapai dengan berkendara dari Pontianak atau dari Kuching. Untuk mendukung program wisatanya, koperasi diberdayakan sebagai lembaga pemberi bantuan bagi warga setempat untuk membuka dan mengelola homestay; sarana akomodasi bagi para pelancong, saleum [oli3ve].

sebelumnya dipublikasikan dan menjadi headline di Kompasiana, Sabtu (22/08/2015)


Sweet Twenty Eight Hundred Shangri-La KL

$
0
0

Welcome to Kuala Lumpur. Suara merdu memenuhi ruang kabin yang senyap menyadarkan dari tidur sepanjang setengah penerbangan Kuching ke Kuala Lumpur (KL). Senang kembali ke kota ini meski hanya untuk mengistirahatkan badan. Karena mengambil penerbangan sore dan masih mampir pula ke Terminal Bersepadu Selatan menghadiri undangan halal bihalal; saya baru berdiri tegak di depan Dian, resepsionis Shangri-la KL, hotel bintang 5 nomor satu di KL, jelang pagi. Bersyukur, pemesanan kamar telah dilakukan seminggu sebelumnya sehingga saat check in petugas tinggal mencocokkan data.

shangrila kuala lumpur, staycation di KL

Selamat datang di Shangri-La KL

Sebelum beranjak ke kamar, saya meminta untuk dibangunkan pk 06 meski Dian bertanya sampai dua kali untuk meyakinkan dirinya tak salah mencatat pesan tersebut. Saya menempati Executive Room di lantai 20, dengan jendela yang menghadap ke tengah kota. Sebuah pinggan berisi aneka buah segar tersaji di atas meja kecil di hadapannya dengan sepucuk kartu selamat datang berdiri di sisinya. Kamar yang super lega untuk bersantai, dan menikmati kemewahan yang tersedia di dalamnya. Tak berlebihan bila diri hanya ingin menyelami sisa malam dengan secangkir teh panas sembari berendam di dalam bathtub setelah seharian beraktifitas di luar ruang.

executive room shangrila kl, hotel di kuala lumpur

Executive Room (dok. Shangri-La KL)

shangrila KL, hotel bintang lima KL, hotel kuala lumpur

Pilihan teh dan kawan-kawan yang tersedia di dalam kamar

Kilau kota KL dari cahaya gedung pencakar langitnya yang masih terjaga dan lampu kendaraan yang berlalu lalang malam itu saya nikmati sejenak sebelum membersihkan diri dan mengucapkan selamat malam pada twin towers yang malu-malu memunggungi kamar.

Usai mandi, badan yang segar kembali bersemangat untuk mengecek dan membalas beberapa email yang berlomba memenuhi kotak surat setelah seminggu kepayahan menjangkau jaringan nirkabel. Fasilitas WiFi super kencang yang disediakan Shangri-La tak disia-siakan. Dan ketika mata mulai lelah, malam pun ditutup Amazing Grace yang mengalun dari saluran tv kabel yang dipilih acak.

execuive room shangrila KL, shangrila, staycation kuala lumpur

Meja kerja saya di Executive Room

Tak ada larangan untuk memanjakan diri ketika lelah memberi sinyal pada tubuh. Ternyata, hasrat untuk jalan pagi dikalahkan oleh betah yang bertamu pagi itu agar berlama-lama menikmati hangat dan empuknya pembaringan. Meski sudah dibangunkan lewat morning call pada pk 06, kaki baru beranjak dari lantai 20 pk 09.30 untuk mencari sarapan di Lemon Garden Cafe.

Masih ada 30 menit untuk mengganjal perut sebelum waktu pertemuan. Saya mencomot beberapa potong buah segar, yogurt, salad, memesan omelet kesukaan serta mengudap makanan lain yang menggoda di depan mata hingga ramah tamah pagi dengan potongan dimsum diinterupsi kerlingan genit dari gawai yang terlentang di atas meja. Belum semua yang tersaji di ruangan ini dicicipi tapi perut yang penuh mengingatkan untuk bergegas menemui Diana Lee Wright, Director of Digital Marketing Shangri-La Hotel Malaysia yang telah menanti di Lobby Lounge.

lemon garden cafe, shangrila kuala lumpur, staycation di kuala lumpur

Menikmati sarapan di teras Lemon Garden Cafe itu seru lho (dok. Shangri-La KL)

kolam renang shangrila, shangrila kuala lumpur, hotel kuala lumpur

Lelah? bersantai di tempat ini akan menyejukkan hati yang lelah dan menyegarkan pikiran (dok. Shangri-La KL)

Mengetahui saya akan menikmati weekend staycation di KL dan bermalam di Shangri-La Hotel, Diana mengajak untuk bertemu di Minggu pagi. Usai memesan secangkir teh panas untuk menemani bincang pagi, keriuhan pun dimulai. Bukan karena pagi itu ada serombongan orang Hindustan lalu lalang menarik koper di depan lobi tapi Cheah Keat Fui, Director of Sales and Marketing Shangri-La KL bergabung di meja kami. Keat Fui pagi itu sangat sibuk mengurus tamu-tamunya yang baru datang dari India. Ada sekitar 400 orang yang menginap di Shangri-La, menghadiri satu pertemuan di Kuala Lumpur. Karena jumlah mereka cukup besar, maka lobi khusus untuk grup tak menampung sehingga sebagian beralih ke depan Lobby Lounge hotel nomor satu di Kuala Lumpur menurut survey Tripadvisor ini.

royal suite shangri-la kuala lumpur, kamar jokowi, jokowi

The Royal Suite

royal room shangrila kuala lumpur, hotel di kuala lumpur, ruang kerja jokowi

Ruang tamu di The Royal Suite (dok. Diana Lee Wright)

Dengan 101 kamar suite, Shangri-La terhitung sebagai hotel yang memiliki kamar suite terbanyak dibanding hotel lain di KL. Dari segi lokasi, letaknya pun sangat strategis. Untuk menggapai titik-titik landmark KL, tersedia layanan shuttle dari hotel ke Petronas Twin Tower, KL Tower serta pusat perbelanjaan yang ada di seputar Bukit Bintang seperti Suria KLCC dan Pavilion. Sebagai pejalan yang lebih senang melatih otot-otot kaki, berjalan 5 – 10 menit melalui pedestrian ke tempat-tempat menarik tersebut sembari cuci mata adalah pilihan yang menyenangkan.

royal suite shangrila, shanrila kl

Ruang tidur Royal Suite 2800 (dok. Shangri-La KL)

Lebih menyenangkan lagi, bagi pasangan atau keluarga yang ingin staycation di KL; ada paket week end menarik dengan harga RM 448/malam atau sekitar Rp 1,5 juta/malam termasuk sarapan di Lemon Garden Café. Khusus untuk 2 (dua) orang anak yang makan bersama orang tuanya, tidak dikenai biaya lagi. Mau menambah kamar untuk keluarga? Untuk kamar kedua, kamu akan mendapatkan harga cantik RM 288 (sekitar Rp 971,000)/malam saja. Seru kan liburan akhir pekan dan menikmati KL bersama keluarga? Mau paket menarik lainnya? cek di SINI dulu sebelum memilih kamar yang sesuai keinginan hatimu.

royal room shangrila kuala lumpur, hotel di kuala lumpur, royal suite

Pemandangan dari meja di ruang kerja di kamar tidur The Royal Suite

Di tengah obrolan yang seru, Ms Keat Fui pamit untuk menyambut rombongan yang semakin  ramai saja memenuhi lobi, meninggalkan Diana dan saya yang kemudian beranjak pula dari Lobby Lounge. Kami melanjutkan bincang di The Royal Suite, ruang yang dikenal juga sebagai Sweet Twenty Eight Hundred di lantai 28. Saya menyebutnya, “Rumah Mungil”, ruang pilihan pejabat dan orang – orang penting dari berbagai negara sebagai rumah sementara kala mereka bertugas di KL, termasuk presiden Indonesia, Jokowi yang menempati kamar ini pada Juni 2015 lalu.

Percaya nggak, meski dalam 2 (dua) tahun perjalanan waktu sering bepergian ke Malaysia; kaki ini belum pernah sekali pun menginjak KLCC. Yang namanya twin tower hanya beberapa kali dilihat dari jauh, tak ada hasrat untuk mendekat apalagi bergambar di bawah kakinya seperti impian sebagian orang yang bertandang ke KL. Lalu, terjadilah keajaiban.

alkitab di hotel, hotel di kuala lumpur, shangrila kuala lumpur

Terakhir menemukan Bible di kamar hotel di Pattaya setahun lalu. Menemukan ini di jelang pagi di Shangri-La membuat hati bernyanyi .. my God is awesome He can move mountains …

Terkadang TUHAN ijinkan ada riak-riak kecil bahkan gelombang dahsyat menghantam bidukmu agar KasihNYA kau rasa dan kesetiaanNYA tak kau tampik dalam setiap langkah hidupmu. Jangan marah kalau TUHAN tak mengabulkan setiap pintamu meski untuk itu kau telah berusaha dengan segenap daya hingga air mata terkuras habis. Percayalah, DIA tahu yang terbaik untukmu.

Shangri-La Hotel Kuala Lumpur
11 Jalan Sultan Ismail, Kuala Lumpur, 50250, Malaysia
Telp. (60 3) 2032 2388
Fax. (60 3) 2070 1514
Email: Reservations

Dan … di Minggu siang itu, mata diajak menikmati menara kembar dari meja kerja di ruang tidur The Royal Suite yang dihiasi lampu kristal Swarovski, membuat rasa penasaran untuk mampir sebentar sebelum beranjak kembali ke Jakarta. O,ya, kalau kamu bawa anak-anak berjalan ke KLCC sempatkanlah untuk menengok Petrosains dan Aquaria, mereka pasti suka.

shangrila kuala lumpur

Kamar mandinya ada bathtub dan shower cubicle

Waktu yang terbatas, membuat saya hanya sempat memindai kilat koleksi buku di Kinokuniya sebelum turun ke stasiun LRT dan menumpang kereta ke Central Station lalu menyambung dengan KLIA Express. Ingin perjalanan yang berbeda dari yang lain, ciptakanlah perjalananmu sendiri! saleum [oli3ve].


Sindrom Daring, Kala Rasa Tersaingi Eksistensi

$
0
0

Bulan lalu ketika melakukan perjalan ke satu kota, saya mendapat akomodasi di sebuah hotel yang besar dan mewah. Meski hotelnya sudah tua namun jejak kejayaannya masih terlihat dengan jelas, terlebih hotel tersebut menjulang di pusat kota. Bersama dua orang teman jalan, kami berbagi sebuah kamar apartment suites yang dilengkapi 3 (tiga) ruang tidur. Satu kamar utama dengan kamar mandi sendiri serta dua kamar yang dihubungkan dengan kamar mandi untuk berbagi. Ruangan lain yang ada di dalam kamar besar itu adalah ruang pantry lengkap dengan perkakas dan perlengkapan dapur, ruang tamu, ruang makan dan toilet khusus tamu.

Dengan segala fasilitas mewah tersebut, malam harinya, bergantian kami sibuk mengangkat telpon dan menghujani petugas front desk kenapa tak ada akses bebas ke jaringan nirkabel? Jawaban yang kami terima sungguh mengejutkan karena untuk mendapatkan fasilitas tersebut, penghuni kamar dikenakan biaya tambahan sebesar Rp 60,000 per hari/pengakses.

Yang kemudian muncul di kepala adalah, ingatan pada fasilitas FREE WiFi yang ditawarkan oleh sebuah kedai makan di Surabaya seperti berikut ini.

restoran free wifi, fasilitas wifi gratis

Warung aja ada FREE WiFi

Woww!! untuk ukuran hotel berkelas penambahan biaya tersebut menjadi pertanyaan. Tapi itu sudah menjadi ketentuan manajemen hotel. Meski akhirnya sedikit melunak setelah dikomplen beramai-ramai, akhirnya kami mendapatkan akses nirkabel gratis walau hanya untuk satu orang pengguna dan larinya sekencang siput.

Agoda.com, situs pemesanan hotel terdepan dunia yang terdaftar di bursa saham NASDAQ (Nasdaq:PCLN) dan merupakan bagian dari grup Priceline; mengumumkan hasil studi Travel Smarts Survey terbarunya yang dilakukan pada Juli 2015 lalu.

Survey yang melibatkan 5000 responden, perwakilan pelanggan Agoda.com dari seluruh dunia ini sampai pada sebuah kesimpulan bahwa para pejalan yang merupakan pelaku wisata, lebih memilih fasilitas nirkabel dibandingkan sarapan gratis sewaktu perjalanan. Hal ini berdasarkan persentase jawaban atas pertanyaan utama yang diajukan: fasilitas gratis apa yang paling diinginkan sewaktu menginap di hotel? Meski jawaban ini hanya menang tipis dari pilihan sarapan pagi gratis dengan rasio 55% : 45%, hal ini menunjukkan para pejalan lebih memilih fasilitas internet daripada sarapan.

Adalah lumrah bagi para pengakses daring mencari tempat yang nyaman bagi mereka untuk tetap berinteraksi dengan dunia maya di mana pun mereka berada. Terlebih bagi pejalan yang sehari-harinya terbiasa memberi sapa di jejaring sosial bahkan punya ketergantungan daring,. Sehari tak online rasanya seperti makan sayur tanpa garam. Bagaimana jika berhari-hari?

travel smart survey, agoda, survey agoda

Hasil Travel Smart Survey Agoda (dok. Agoda.com)

Berkenan dengan hasil survey tersebut, John Brown, Kepala Pelaksana Operasional Agoda.com mengatakan,”Kedua fasilitas yang ditawarkan memang penting bagi para pelanggan kami. Rekanan hotel kami pun menyadari hal ini, maka dari itu, mayoritas hotel-hotel yang ditawarkan lewat Agoda.com memberikan harga terbaik termasuk di dalamnya fasilitas WiFi dan sarapan pagi.”

Fasilitas lain yang tak kalah penting bagi para pejalan adalah ukuran tempat tidur. 75% responden memilih mendapatkan ukuran tempat tidur lebih besar dibandingkan ukuran luas ruang kamar mandi di dalam kamar hotel mereka.

Kami masih dalam perjalanan menuju tempat pertemuan ketika gawai di tangan berdendang riang. Sebuah pesan muncul di grup WA yang dihuni oleh beberapa kawan pejalan,”yang duluan sampai di tkp, cari tempat yang WiFi-nya gratis dan kencang ya.”

Terbukti, ketersediaan jaringan nirkabel yang GRATIS dan CEPAT menjadi salah satu daya pikat bagi para pengakses daring menentukan dan memilih tempat untuk bercengkerama dibandingkan rasa yang ditawarkan. Saleum [oli3ve]

Tulisan terkait lainnya:

Sebelumnya dipublikasikan dan headline di Kompasiana (Jumat, 4 Sept 2015)


Terkenang Pixy dan Max

$
0
0

+ Bapak ingin ditemani keliling pulau besok pagi, Nduk
Lhaaa ‘nggak bisa mbak, kami mau main sendiri saja.
+ Tapi ini permintaan khusus dari Bapak, Nduk. Kalian harus ikut
Ya embaaaaak, itu bukan permintaan tapi titah. Lagi pula, kami sudah tak ada baju ganti buat besok
+ Yo wis, besok dicarikan baju ganti tapi temani Bapak ya, Nduk
– Uwaaaat?

Bapak lagi, bapak lagi … kenapa selalu bawa-bawa nama bapak sih? Memangnya bapak nggak bisa pergi sendiri dengan teman-temannya?

tanjung berakit, bintan resort, wisata bintan

Numpang pipis di Tanjung Berakit ;)

Aku jadi ingat almarhum kakek. Kakek dan nenek tinggal di lain kota, 3 jam perjalanan dengan kendaraan umum jika tak ada jalan yang longsor. Kalau musim penghujan dan bukit-bukit yang akar pohonnya dibabat ngambek, tanah bercampur lumpur akan tumpah di jalan poros yang menghubungkan kota tempat tinggal kami ke kota kakek. Aku pernah merasakan duduk berjam-jam hingga pantatku pegal untuk sampai ke rumah kakek. Meski capek, hatiku senang dan menikmati ketika kami berhenti beristirahat di tengah jalan yang sepi, membuka bekal air panas dan menyeduh teh ditemani rembulan dan bintang-bintang.

Setiap bulan, di jelang tanggal penerimaan uang pensiun, kakek pasti muncul di rumah. Aku senang sekali menguntitnya kemana pun dia pergi. Tak dipaksa. Tak pula harus ikut bila ajakan bermain kawan-kawan sepermainanku lebih menggiurkan.

Kenapa harus menyudahi malam dengan perbincangan seperti ini? Pejalan macam manalah aku ini, diajak jalan-jalan malah mencari-cari alasan yang tak masuk akal agar tak usah ikut. Sejak kapan baju dijadikan alasan agar terbebas dari pengawasan?

kuburan anjing, kuburan di bintan resort

Doa untuk dia yang setia menemani berjalan

Tak ingin berbantah lebih panjang, kami harus luluh meski ada sisa mangkel yang diam-diam merayap di sudut hati. Mungkin bapak memang ingin ditemani berjalan, meski keinginan itu tak kudengar terucap dari bibirnya. Namun sorak kegirangan memancar di sudut matanya melihat kami muncul dengan langkah gontai di depannya pagi ini.

Kendaraan kami beriringan meninggalkan pusat kota Batam menuju Telaga Punggur. Dari sana, kami akan menumpang Bintan Resort Ferries untuk menyeberang ke Bandar Bentar Telani (BBT), Bintan. Enak toh, tinggal duduk manis koq manyun, Nduk?

Semua orang tampak terburu-buru. Saat feri bersandar di BBT, aku pun buru-buru mengganti baju dengan kaos dari si mbak lalu tergesa mengejar mereka yang sudah duduk manis di dalam bus jemputan. Cepat sekali mereka berjalan. Tak ada waktu untuk menikmati BBT, bahkan niat mampir sekejap ke toilet pun terpaksa kuurungkan. Keputusan yang kusesalkan, karena setelahnya aku tak menemukan toilet yang memadai untuk menuntaskan hasrat ke belakang. Tak pula leluasa menikmati sajian buah segar dan minuman yang disediakan di dalam bus karena harus mengatur ketahanan tanki penampungan agar tak bocor halus di tengah perjalanan.

kuburan anjing, mummi anjing

Pixi atau Max?

Kami hanya bisa menikmati godaan pasir putih yang melambai-lambai dari bibir pantai, melirik kerlingan manja dedaunan yang menari di kiri kanan jalan mulus yang kami lalui. Desiran bayu pun hanya sayup terdengar. Ingin bercengkerama dengan mereka, menikmati alam tanpa diburu-buru seperti orang kebelet, yang tak sabar menunggu antrian panjang di depan toilet darurat di Tanjung Berakit.

Bapak tak banyak bicara. Dia lebih asik dengan teman-temannya. Hanya sesekali melemparkan senyum, ketika melihat kami sepertinya menikmati perjalanan. Baru saja hendak berjalan ke pantai setelah mengantri di toilet, kami sudah diajak pulang. Ah, mungkin bapak lelah, sehingga  tak mau piknik di pantai. Atau … terlalu banyak yang dipikirkannya.

Ayo cepat, kita mau ke spa. Teriak abang-abang yang menjadi kepala regu di dalam bus kami. Semoga pilihan kali ini lebih menyenangkan, bukankah treatment spa dapat menenangkan pikiran? Kami sampai di pelataran sebuah resort yang dikelilingi pepohonan. Back to nature, pemandangan sehari-hari di kota yang dipagari beton terkadang memuakkan sehingga perlu juga relaksasi di balik rimbun pepohonan.

Ketika semua orang bergegas melongok tempat spa, aku berlambat-lambat turun dari bus. Mengambil jalan pintas menerabas tanaman perdu memasuki taman kecil yang tampak seperti hutan mini, di balik jalan setapak yang seharusnya dilalui. Di sana aku menemui mereka, ‘nyaris kuinjak tempat bermainnya. Ouuccch, maaf.

kuburan anjing, kuburan di bintan, wisata bintan

Max atau Pixy?

Dua buah gundukan disemen, dengan hiasan kerang sebagai penanda. Tak ada nama yang terpatri di sana. Hanya gambar si empunya tempat peristirahatan dalam pigura bening dan sisa hio yang ditancapkan di depannya. Aku masih asik menikmati sepi di sana, ketika langkah bergegas kembali terdengar dari balik hutan mini.

Go ask Marc, he may know who are they. Seru kakek bule yang mengintip keriuhan di luar, dari celah-celah daun. Ia diam-diam berdiri di belakangku.
Who is Marc?
The owner, the man on the yellow tshirt.

Setelah mengucapkan terima kasih, aku berlari menghampiri lelaki yang menjulang di samping mobil bapak. Cepet toh mbak, mobil bapak mau jalan. Abang-abang itu koq maunya buru-buru aja? Dia memelototiku dari pintu bus yang terbuka. Aku tak peduli, aku malah sengaja berdiri di depan Marc, menghalangi agar mobil bapak tak bisa keluar hehehe. Terkadang kamu harus sedikit bandel agar mereka tahu kamu punya kemauan.

Pixy and Max. Mereka menemani selama bertahun di sini, mereka layak diberi tempat beristirahat yang nyaman, di bawah pohon tempat mereka biasa bermain. Penjelasan singkat dari Marc Thalmann, pemilik resort, membuatku terus melebarkan senyum menyambut tatapan sinis abang-abang saat melangkah ke dalam bus.

Aku teringat pada Boomer yang selalu girang bermain denganku. Berulang kali kuingatkan hanya boleh galak pada maling, tak boleh usil sama tetangga. Namun terus saja isengnya muncul setiap kali ada yang melintas di depan rumah. Dia akan berlari mengendus bokong siapa pun yang lewat. Daya endusnya sangat tajam, dirinya tahu saat aku baru turun dari angkutan umum di ujung blok A, komplek tempat kami tinggal.

Kata Andi tetangga sebelah tembok, dia tak akan sabar menanti aku muncul di perempatan jalan. Ekornya terus dikibas-kibaskan dan berdendang dengan berisik. Saat dilihatnya bayangan langkahku muncul, dia berlari dan melompat menyambutku sembari melaporkan semua yang telah dilakukannya selama ditinggal pergi. Boomer tak memiliki tempat beristirahat, tak ada upacara sederhana untuk melepas kepergiannya. Dia mati ditoki tetangga, yang iri melihat senyum riangnya, saleum [oli3ve].



56 Cara untuk Diakui Dunia

$
0
0

Sekarang jamannya berinteraksi dengan teknologi aplikasi. Mau berkegiatan, dimudahkan dengan adanya aplikasi yang mendukung. Kepikiran ingin makanan kesukaan di rumah makan tertentu tanpa meninggalkan rumah, tinggal pesan lewat aplikasi melalui telepon pintar. Hendak bepergian; cari tiket pesan hotel buka aplikasi. Berencana menghadiri pertemuan di satu tempat namun enggan membawa kendaraan karena macet, pesan kendaraan jemputan pakai aplikasi.

Kebiasaan – kebiasaan yang tadinya dilakukan secara manual, beralih kekinian mengikuti perkembangan teknologi. Permasalahannya, banyak orang yang sudah kadung nyaman di lingkungannya, tak serta merta bisa menerima perubahan yang terjadi. Meski pun perubahan itu adalah untuk kebaikan diri, jika dirasa tak mendesak maka yang bersangkutan akan berusaha untuk bertahan dalam hangatnya tempurung peraduannya.

Dua minggu lalu, saya menerima kiriman draft buku dari Eileen Rachman, psikolog dan motivator yang tulisan-tulisannya sudah bertebaran dalam bentuk buku mau pun jurnal di berbagai media. Satu kehormatan diberi kesempatan menyelami karya dari seorang yang tulisannya banyak memotivasi dan menginspirasi, sebelum buku tersebut diluncurkan untuk publik.

jadilah warga dunia, eileen rachman

Jadilah Warga Dunia (dok. @eileenrachman)

Penasaran dengan isinya sejak melihat sampul hitam dengan judul berwarna merah yang diperkenalkan melalui media sosial. Begitu terima softcopy draft lewat email, jatuh hati dengan tata letak kreasi Reda Gaudiamo yang menyenangkan … Berubah itu sulit apabila kita belum merasakan urgensinya … pengembangan diri itu bermuara pada diri sendiri. Karenanya mari berbenah diri! sebuah pengantar yang mengajak untuk semakin tenggelam dalam bukunya.

Minggu siang (04/09/2015) di Kedai Kopi 89, Kemang, kami duduk di meja kayu yang dibuat memanjang, berbincang ke sana ke mari tentang apa saja yang mendadak muncul di kepala. Selain Ibu Eileen dan tim Experd, siang itu ada Hanna Latuputty, pustakawan dan pakar literasi informasi; serta teman-teman blogger kk Indri, mak Aulia dan tante Tity. Datang dari berbagai latar belakang dan minat, melahirkan obrolan gado-gado yang menarik.

Mbak Hanna berkisah tentang perpustakaan yang didirikan bersama kawan-kawannya, tentang membangun minat baca dari usia dini dan bagaimana dirinya menikmati 20 tahun sebagai pustakawan sekolah di The British International School (BIS) hingga sampai pada keputusan untuk bekerja sendiri.

Saya bekerja di sebuah industri yang sedang galau. Goyang karena situasi ekonomi yang tak menentu dan permintaan pasar yang lesu. Goyah karena penentu kebijakan harus berhati-hati dalam mengambil keputusan agar tak sekadar bereksperimen yang malah meresahkan lapisan di bawahnya. Rombak sana rombak sini, berdampak pada pengeluaran berlebih yang tak perlu disaat kita mesti mengetatkan ikan pinggang.

Perubahan yang terjadi dalam masyarakat dari yang kecil hingga yang besar, berpengaruh pada pola pikir pengambilan keputusan setiap pribadi. Bagaimana menyikapi setiap perubahan agar tetap bisa bertahan mengikuti perubahan arus dan perkembangan di sekeliling kita?

Ada 56 langkah yang dapat menjadi acuan untuk menjadi bagian yang diperhitungkan dunia, yang dibeberkan oleh Ibu Eileen dalam bukunya.

  • Bersiap Menjadi Warga Masa Depan

Untuk bisa menjadi bagian dari warga masa depan, tentu kita harus menyiapkan diri. Masa yang akan datang pastinya berbeda dengan masa yang kita jalani sekarang. Contoh sederhana, apa yang kita jalani hari ini, tak sama dengan yang terjadi pada masa sepuluh tahun yang lalu.

Karenanya, setiap orang mesti jeli meraba seperti apa masa depan yang tak jelas dalam pandangan itu. Cara berpikir, berkomunikasi, menanggapi sesuatu serta pandangan para pakar dan siapa pun yang berpengaruh akan membentuk mentalitas dan daya tahan generasi mendatang. Bersiaplah!

  • Be Present. Live Your Life

Hadir, realistis dan sadar apa yang ada di depan kita serta menghargai dan memanfaatkan sumber daya yang kita miliki. Latih diri dan nikmati kepiawaian dalam bidang yang kita tekuni, sehingga menjadi orang yang paling terlatih di bidang itu.

  • Masa Depan itu: Kita

Camkan pada diri bahwa masa depan itu tergantung pada dirimu. Miliki inisiatif perbaikan, tahu menghitung efisiensi dan efektivitas kerja, tahu apakah upaya kita memberi kontribusi signifikan pada pertambahan nilai organisasi di kemudian hari serta waspada terhadap keadaan-keadaan yang sudah mulai “basi” di sekitar kita.

  • Profesi Masa Depan tidak Sama dengan Sekarang

Pernah kepikiran tidak kalau pekerjaan seperti computer programmer, network engineer, wedding organizer atau financial consultant tak pernah mampir di daftar cita-cita pada masa 20 tahun yang lalu?

Hal yang sama akan terjadi di masa depan. Karenanya, miliki sikap kreatif, belajar melampaui apa diajarkan di sekolah dan membuat ancang-ancang yang kuat untuk belajar, bersiaga dan berubah.

  • Move On, Move Up

Jangan jalan di tempat! Jangan melenakan diri pada pencapaian hari ini. Kegagalan tidak untuk diratapi sepanjang masa. Bangkit, bergerak dan melangkah. Jadikan kegagalan sebagai pelajaran untuk menghadapi tantangan yang baru.

  • Stay Hungry, Stay Foolish

Your time is limited, don’t waste it living someone else’s life … stay hungry, stay foolish. Bagaimana tetap mempertahankan rasa lapar ketika perut sudah kenyang? Bertingkahlah seperti orang bodoh yang memiliki kemauan untuk belajar menjadi pandai. Tak ada orang yang dilahirkan serta merta menjadi pintar, semua melalui proses belajar.

Jadi, ingat-ingatlah selalu pesan Steve Job di atas, selalu berlatih untuk haus pada kesempatan dan peluang.

  • Kembangkan “Start Up” Mentality

Untuk menjadi warga masa depan, kamu harus siap menghadapi situasi tanpa zona nyaman dan memiliki mental wirausahawan muda yang selalu siap memulai (start up). Mengenai hal ini Phil Libin, CEO Evernote, berpendapat bahwa sebuah perusahaan baru bisa semakin maju dan berinovasi terus bila karyawannya memiliki sifat militan dan melihat pekerjaan sebagai tanjakan menuju puncak.

  • Cermat Bermedia Sosial

Pemimpin masa depan perlu memiliki new media literacy untuk mendorong organisasinya dapat berkomunikasi lebih efektif dengan para pelanggannya. Kita perlu mennunggangi dan memperhitungkan teknologi, mengoptimalisasi kekuatan manusiawi untuk berinteraksi, memasarkan produk, memperkenalkan diri dan brand melalui sosial media yang tersedia dan hampir tidak berbayar itu.

  • Harus Melek Komputer

Melek komputer bukan berarti dituntut menjadi pakar IT tapi paham akan perkembangan teknologi. Sehingga dapat mengoptimalkan kemajuan teknologi untuk menunjang perkembangan organisasi tanpa diperbudak oleh teknologi. Manfaatkan aplikasi online dengan baik.

  • Punya Wawasan Bisnis

Semua orang yang menjadi bagian dari satu organisasi harus mempunyai pandangan yang sama akan logika jalan bisnis, bahkan perlu menghayati logika perusahaan tentang the money making.

Kreativitas dan pengetahuan pasar, tak hanya dikuasai bagian penjualan, tapi juga perlu dipahami oleh bagian produksi, pelayanan pelanggan, dan bagian keuangan.

  • Tetap Optimis

Tak ada kesuksesan yang didapat dengan cuma-cuma. Setiap orang sukses pasti pernah mengalami kegagalan. Orang sukses tak sekadar berani gagal, ia memiliki kekuatan sendiri untuk tetap bangun dari kegagalan. Memahami banyak hal yang harus dilalui untuk menggapai keberhasilan, karenanya ia tak akan membiarkan satu pun kegagalan mematahkan semangatnya.

  • Bisa Berpikir Strategis

Berpikir strategis adalah menciptakan kaitan antara ide, rencana, dan individu-individu seperti jaring, yang mungkin tidak tampak sama sekali di mata orang banyak. Siapa yang tak mengenal Go-Jek saat ini? Setiap hari di setiap tempat, hampir semua orang membincangkan si Go-Jek.

Siapa di balik sukses Go-Jek? Orang yang dapat melihat dan memanfaatkan peluang serta berpikir strategis untuk mengembangkan ide dan membuat koneksi di antara jaringan yang ada, Nadiem Makarim.

  • Siap dengan Cara Apa Pun

Teknologi memungkinkan kita berkomunikasi dan berkolaborasi dengan siapa pun di belahan dunia mana pun. Otomatis jam kerja pun bergeser tak lagi “9 to 5” tapi menjadi 24 jam. Pertanyaannya, siapkah kita menghadapi perbedaan kultur, waktu, kebiasaan berkomunikasi dan berkolaborasi?

  • Think: Journey

Seorang bermental pemimpin, tahu cara mendampingi anak buah ketika bertransisi dari situasi lama ke situasi yang baru, ketika akan “oper gigi” dalam berkinerja. Mengajari kesadaran akan waktu, serta memiliki kemampuan mengajari anak buah dalam menerima kesuksesan atau pun kegagalan.

Hidup adalah melakukan perjalanan, jalan yang dilalui tak lurus-lurus saja. Terkadang harus mendaki, kadang menurun. Kemas perjalananmu dengan baik.

  • Inspirator itu: Kita

Inspirator tak selalu orang hebat. Dia bisa ada di sekitar hidup kita, dan dia sering tanpa sadar merubah hidup orang lain. Untuk bisa menginspirasi, hal pertama yang perlu ditanyakan pada diri sendiri adalah apakah kita terinspirasi oleh pemikiran sendiri? Jangan hanya menyibukkan diri melihat keluar, pikirkan juga dirimu.

If you really want to inspire others to do something, then this ‘something’ should be a big part of your life – [Marc Chernoff]

jadilah warga dunia, kedai kopi 89, eileen rachman

Usai berbincang men-Jadilah Warga Dunia (dok. @experd)

Itulah 15 cara untuk dijalani agar diakui dunia. Sayangnya kita sering salah kaprah dalam mengambil langkah karena terbawa arus. Siapa pun yang ingin terus maju mengikuti perkembangan jaman, HARUS menguasai teknologi. Kalau kata Ibu Eileen, pembelajaran apa yang kamu dapatkan harus dimplementasikan di tempat dimana pun kamu berkerja. Harus dipraktekkan, jangan dibiarkan mengendap sebatas ide yang tak berguna.

Mau tahu 41 cara lain lengkap dengan contoh tokoh suksesnya? usaha donk! Miliki dan baca Jadilah Warga Dunia karya Eileen Rachman yang akan diluncurkan pada Selasa, 29 September 2015 mendatang. Buku ini hanyalah sebuah penyampai pesan sarat dorongan yang menyemangati pembaca untuk berpikir dan bertindak cepat. Seperti apa masa depanmu? semua tergantung pada bagaimana tanggapanmu terhadap isi buku ini, bagaimana engkau mengambil langkah dan mempersiapkannya di masa kini. Pilihan ada di tanganmu, saleum [oli3ve].


Festival German Cinema kembali ke Layar Bioskop Indonesia

$
0
0

Jelang 1960, adalah masa-masa rekonstruksi pasca perang bagi Jerman. Masa dimana pertumbuhan ekonomi sedang digalakkan, masa dimana sebagian orang memainkan peran berpura-pura dan tak mau tahu menahu tentang peristiwa kamp Auschwitz.

Di saat semua orang ingin melupakan masa lalu yang kelam, Johann Radman muncul bagai bayi tak berdosa untuk mengorek-ngorek borok yang ditutupi. Radmann, jaksa muda, idealis dan ambisius, tertarik untuk melakukan investigasi terhadap Charles Schulz, mantan komandan di kamp Auschwitz yang sekarang menjadi pengajar di salah satu sekolah di Berlin.

Dari satu kasus sederhana, Radmann tenggelam di balik tumpukan dokumen, ditarik ke dalam labirin waktu untuk mengungkap satu rahasia besar yang tersimpan di US Army Dokumen Center. Radmann mendapati bahwa, para mantan Nazi itu, adalah tokoh masyarakat yang disegani, yang bertebaran di panggung politik, untuk menghindari tuntutan negara karena perbuatan mereka di masa lalu.

Labyrinth of Lies (Im Labyrinth des Schweigens, film yang disutradarai Giulio Ricciarelli, akan menjadi film pembuka German Festival 2015 hari ini, Jumat (11 September 2015) di Epicentrum XXI Jakarta. Film drama dengan latar belakang Jerman pada 1950an, mengisahkan seorang jaksa muda yang mulai membuka dan menyelidiki pembunuhan massal yang terjadi pada masa Nazi. Ia mengangkat kasus-kasus yang sebelumnya tidak disadari atau diakui oleh publik yang ternyata melibatkan banyak tokoh masyarakat di Jerman. Labyrinth of Lies ditayangkan perdana ada Toronto International Film Festival 2014 lalu, dibintangi oleh Alexander Fehling.

german cinema, festival film jerman, Labyrinth of Lies

Labyrinth of Lies (dok. latinpost.com)

Tahun ini menjadi tahun keempat penyelenggaraan festival film German Cinema di layar bioskop Indonesia yang akan berlangsung 11–20 September 2015. Film-film yang dipilih tahun ini adalah produksi Jerman terbaru yang telah mendapatkan pengakuan dan memenangi berbagai penghargaan internasional.

German Cinema adalah bagian dari Jerman Fest, sebuah festival yang berlangsung selama tiga bulan dalam rangka merayakan persahabatan antara Indonesia dan Jerman. Jerman Fest adalah sebuah inisiatif dari Kementerian Luar Negeri Jerman dan diselenggarakan oleh Goethe-Institut di Indonesia, Kedutaan Besar Jerman di Jakarta dan EKONID.

Film lain yang tak boleh dilewatkan di festival ini adalah film dokumenter Das Salz der Erde (The Salt of the Earth) yang disutradarai oleh Wim Wenders dan Juliano Ribeiro Salgado, film yang memecahkan rekor penjualan tiket bioskop di Jerman Fack Ju Göhte (Suck me Shakespeer), sebuah komedi tentang seorang pelaku kriminal yang dipaksa menjadi seorang guru, Als wir träumten (As We Were Dreaming), film terbaru karya Andreas Dresen, sutradara film Jerman yang terkenal dengan karakter realistisnya.

Dengan pilihan yang beragam dari lanskap perfilman Jerman, festival yang pada 2014 menarik lebih dari 12.000 pengunjung ini, berusaha untuk terus menginspirasi penonton film Indonesia dan meningkatkan ketertarikan pada film-film Jerman. Film-film Jerman kontemporer terus berubah dan menawarkan pandangan baru, mulai dari isu keluarga dan cinta hingga pemahaman mengenai agama dan sejarah.

Pemutaran akan diadakan di tujuh kota di Indonesia, yaitu Jakarta , Bandung , Yogyakarta, Makassar, Surabaya, Denpasar dan Medan. Penyelenggara yakin, semua penonton dapat menikmati seluruh film yang karena dilengkapi dengan teks berbahasa Inggris. Jadwal dan sinopsis film dapat dilihat di SINI, saleum [oli3ve].

sebelumnya dipublikasian dan headline di Kompasiana, Jumat (11/09/2015).


Ngopi Pagi dengan Opa Francis di Pinaon Time Tunnel

$
0
0

Aku mengawali hari kala mentari masih senang meringkuk di peraduannya. Mengayun langkah bersama sepi yang menyelimuti taman kota yang lama tak disapa warga kotanya. Dalam setiap langkah, kukenang ketergesaan ketika mentari yang sama perlahan beranjak ke barat setahun yang lalu. Hari itu, dua hari menjelang pergantian tahun. Kuredam rindu yang sedang membara pada pulau Mutiara, di gerbang Cornwallis pulau Penang. Tak dapat kuulur waktu selain bergegas dari hadapanmu dengan sejumput janji tuk merangkai asa kan waktu yang lebih bersahabat bagi kita untuk berbincang.

George Wilhelm Friedrich Hegel, learn from history

Belajarlah dari sejarah

Commitment is what transforms a promise into reality – [Abraham Lincoln]

Hari ini, setahun berlalu. Aku kembali untuk mewujudkan janji yang pernah terucap. Bukan ke Benteng Cornwallis, tapi di sini, di taman kota Georgetown, tempatmu melepas segala lelah.

Dari kejauhan kulihat dirimu sedang bercengkerama dengan beberapa kawan. Kulambatkan langkah enggan mendekat, namun lambaianmu meyakinkan diri untuk menghampiri kelompok kecilmu. Senyum lebarmu menghapus segala keraguan yang membayangi diri.

Kemarilah anak muda, kamu pasti senang berkenalan dengan mereka.
Apa kabar Opa Francis? Maafkan terlalu lama menunggu.

francis light, sejarah penang

Sejarah Penang tak lepas dari Francis Light

Kau memperkenalkan Opa Logan bersaudara (James dan Bram Logan) yang sebelumnya sudah kusapa serta para misionaris yang kemudian kuketahui sebagai pendeta Hutchings, pendeta John Ince, dan pendeta Bausum yang bersamamu pagi itu.

John Ince, misionaris pertama yang menjejak di Penang. Bersama istrinya Joanna, mereka memenuhi panggilan pelayanan semasa masih menjadi pengantin baru, dikirim oleh British Protestant Christian Missionary untuk melayani orang-orang Cina di Penang dan Malaka.

Tentang Opa Hutchings yang lebih senang dipanggil Opa Robert; kau mengenalkannya sebagai pendiri Penang Free School, sekolah menengah pertama yang berbahasa Inggris di kawasan Asia Tenggara; orang di balik berdirinya St George Church.

pinaon time tunnel, sejarah penang, museum penang

Pengunjung menikmati perjalanan masa di Pinaon Time Tunnel

Kamu sudah ke St George kan?
Aku menggeleng, semoga ada kesempatan untuk melihat lebih dekat tempat itu.
Kamu harus ke sana. Dan aku hanya tersenyum, mengingat padatnya jadwal selama di Penang.

Lelaki di sebelah Opa Ince, sepertinya tak asing. Belum sempat diperkenalkan ketika seorang perempuan bergabung dan memperkenalkan diri, Maria Dyer. Aku senang menikmati senyum ramah pendiri St Margaret’s Primary School Singapura itu. Wajah teduh yang penuh karisma, sorot mata penuh kasih seorang ibu yang memancarkan energi yang sangat kuat. Oma Maria adalah misionaris perempuan pertama di Penang, istri dari lelaki yang sedari tadi hanya menikmati perbincangan pagi ini, Opa Johann Bausum.

Japan's surrender, Zipper Operation

Pengunjung menikmati tautan sejarah di belakang HT Walker yang menandatangani penyerahan diri Jepang kepada Inggris di atas HMS Nelson

Waktu jualah yang kembali melerai reuni kecil yang mulai hangat dengan perbincangan menyenangkan. Tentang pelayanan yang membawa para misionaris muda itu menempuh perjalanan jauh meninggalkan negerinya demi memenuhi panggilan jiwa. Kehidupan baru di negeri beriklim tropis yang sangat berbeda dengan kehidupan di tempat asal. Serta semangat yang tak pupus, mengemban misi meski harus berpisah dengan orang-orang terkasih karena wabah malaria,  tipus dan kolera yang merajelela dan menelan banyak korban jiwa.

Semangat! Jika yang satu itu bisa kau pelihara dan tetap jaga di dalam hatimu, percayalah engkau tak akan goyah menghadapi tantangan hidup. Meski tak kau tahu apa yang akan terjadi di depan mata, semangat itu yang akan membuat dirimu tetap kuat merangkai masa depan. Jangan terlena dengan masa mudamu anak muda, beri kesempatan dirimu untuk menikmati kesenangannya yang dapat kau pertanggungjawabkan untuk masa depanmu.

3d time tunnel penang, museum penang

Menanti Opa Francis di kedai kopi Pinaon Time Tunnel

Kutinggalkan taman kota, meninggalkan mereka yang tenggelam dalam keseruannya bernostalgia dengan perjalanan hari kemarin yang telah dilalui. Dengan Opa Francis kembali kami mengatur janji pertemuan di kedai kopi di tengah kota sebelum beranjak dari kotanya.

Penasaran akan kisah perjalanan sejarah negeri ini, membawa langkah mengunjungi Pinaon Time Tunnel. Pinaon, nama yang diberikan oleh James Lancaster ketika mampir di Pulau Jerejak pada awal abad 15. Aku memilih duduk di salah satu sudut kedai kopinya, menanti Opa Francis. Aku ingin berbagi kisah pertemuan dengan Lancaster di kebun rempah yang membuatku tergesa meninggalkan taman kota pagi itu. Aaah, terlalu banyak rasa yang berkecamuk, teramat banyak hal mengejutkan dan menyenangkan yang kutemui dalam dua hari terakhir di sini. Aku bingung harus  dari mana memulai penuturan masanya? Untuk meluruhkan campuran rasa yang belumlah rela beranjak, kupesan secangkir kopi hitam sembari menikmati lalu lalang mereka yang berkeliaran di depan kedai.

pinaon time tunnel, sejarah penang, museum di penang, history of penang

Dua orang bhiku yang menyusuri jejak di Time Tunnel

Malaysia pada masa perang dunia kedua, dirancang sebagai basis pertahanan Inggris untuk merebut kembali Singapura dari Jepang. Port Dickson dan Port Swettenham (sekarang Pelabuhan Klang, Selangor) pun dipilih sebagai kota pelabuhan Inggris untuk mengatur strategi penyerangan lewat Operasi Zipper. Pecahnya perang Pasifik, jadikan operasi tersebut tak berjalan sesuai dengan rencana. Hingga pada 2 September 1945, Jepang yang diwakili Laksamana Uzumi akhirnya menyatakan tunduk dan menyerahkan Penang kepada HTC Walker di atas kapal HMS Nelson, setelah disentak dengan serangan bom pada 11 Desember 1941.

Kulihat tiga bhiku sibuk mondar-mandir di lorong waktu. Di salah satu sudutnya mereka berhenti, memandangi gambar Sun Yat Sen yang menggantung di sana. Pada 1910, Sun Yat Sen dan keluarganya tinggal di Penang. Di tahun itu juga, pada 13 November di rumah yang sekaligus dijadikan sebagai kantor, sejarah mencatat sebuah pertemuan diadakan untuk menyusun rencana dan strategi kebangkitan Guangzhou yang dikenal sebagai Konferensi Penang. Pertemuan yang memiliki pengaruh besar terhadap perjalanan sosial politik Cina.

Francis Light, francis light's grave

Tempat peristirahatan Francis Light

Lima puluh tahun setelah berdirinya Penang, Om William Light, putera tertua Opa Francis; dipercaya membangun tata kota Adelaide di pesisir Selatan Australia pada 1836. Opa Francis mengakhiri perjalanannya pada 21 Oktober 1794, karena malaria yang menghajar pertahanan tubuhnya delapan tahun setelah berdirinya Penang. Janji adalah hutang, karenanya harus ditepati. Saleum [oli3ve].


Menggonggong hingga Berlendir di Batam

$
0
0

Psssttt … makannya jangan terlalu kenyang, masih ada babak selanjutnya yang lebih seru.” Towel lelaki ganteng yang duduk di samping saya pada sebuah jamuan makan malam. Hmmm … menurutmu ada babak yang lebih seru selain merebahkan diri di atas pembaringan usai santap malam karena kekenyangan? Bukannya berhenti memamah biak, lelaki di sebelah ini malah kembali menghampiri meja panjang tempat aneka hidangan penggugah selera disajikan.

Melihatnya mondar-mandir mengambil penganan, membuat tangan kembali memegang sendok dan garpu mengembangkan seni bersantap memenuhi rongga perut dan menyisakan sedikit ruang yang renggang untuk hidangan penutup. Selang 10 menit, setelah memberi kesempatan kepada saluran cerna untuk beristirahat sejenak, kami pun beranjak dari meja makan mencari keseruan menyenangkan hati.

kuliner batam, gonggong

Gonggong, kuliner Batam

Pk 22.30 di malam minggu ketika perut masih penuh, kami kembali duduk di sebuah meja makan menanti pesanan untuk bersantap (lagi). Kata seorang kawan yang mendengar rencana kami untuk bertandang ke kotanya, belum sah menginjak kotanya bila belum menyantap hidangan yang satu ini. Karenanya, kami bersabar menanti hidangan penutup malam itu di Green Land Seafood, Batam.

Saya tak sempat mencari tahu seperti apa wujud dari hidangan spesial ini hingga dia terhidang di depan mata. Tak menunggu lama hingga cangkang-cangkang berwarna kekuningan yang saling berhimpitan di atas piring dihantarkan bersama sepiring kecil sambal kacang. Canarium stroumbus adalah biota laut yang banyak dijumpai di peraian Kepulauan Riau. Oleh warga setempat, lebih dikenal dengan sebutan Gonggong dan dengan gampang bisa didapatkan di kedai-kedai seafood di Batam dan sekitarnya. Gonggong yang tersaji di meja makan biasanya diolah dengan cara direbus dan dinikmati dengan dicocolkan ke dalam sambal.

gonggong, kuliner batam

Gini lhoo cara mengeluarkan gonggong dari cangkangnya

gonggong, kuliner batam

Ini bentuk si gonggong

Meski siap santap, diperlukan sedikit kesabaran dan teknik mencucuk untuk mengeluarkan gonggong dari cangkangnya. Pegang cangkangnya, ambil sebatang tusuk gigi dan cucukkan ke daging gonggong lalu tarik pelan-pelan. Jangan terburu nafsu untuk mengeluarkan isinya, gunakan segenap rasa dan keluarkan dia dengan perlahan, cocolkan ke dalam sambal lalu haaaap … masukkan ke dalam rongga mulut dan nikmati kekenyalan dagingnya bersentuhan dengan geligi dan ujung lidah.

Menurut lelaki yang menemani santap malam itu, gonggong mengandung kandungan protein tinggi sehingga banyak dilirik oleh kaum adam untuk meningkatkan vitalitas. Oh yes oh yaaa … perlu hati-hati jangan karena ingin menggenjot energi makannya berlebihan karena kandungan kolesterol gonggong juga cukup tinggi. Kolesterol naik bisa diredam dengan penangkal petir eh diet, tapi kalo tegangan memuncak dan tak ada salurannya bisa bocor halus ;)

gonggong, kuliner batam

Cocol ke sambal sebelum disantap

Eh tapi ada bocor halus bisa disumbat dengan yang berlendir untuk menggapai kepuasan rasa. Jika gonggong disantap di malam hari, pemuasnya dinikmati di pagi hari. Kami mendapatkannya di sebuah kedai di pujasera sebuah ruko di kawasan pecinan, Nagoya.

Mie Lendir, nama yang terasa janggal di kuping untuk hidangan yang tersaji hangat di atas meja bulat yang bisa diputar ke kanan dan ke kiri. Ia sejenis mie tumis yang terdiri atas paduan rebusan mie kuning dan taoge disiram dengan bumbu kacang yang kental, ditaburi irisan cabe rawit, daun bawang, bawang goreng dan sebutir telur rebus. Kuah kacangnya terasa manis, sehingga bagi lidah yang terbiasa dengan mie asin akan menolak rasa kuah kacang yang bentuknya seperti lendir ini.

kuliner batam, mie lendir

Mie Lendir

Untuk menghasilkan rasa yang jreeeng dan menggigit, sebelum disantap gerus irisan cabe rawit dan aduk hingga mie dan kuah lendir yang manis itu memadu rasa. Setelah campurannya cukup rata, gulung mienya dengan garpu, dan nikmati sensasi rasanya saat suapan pertama menyentuh ujung lidah, memenuhi ronga mulut dan merambat hingga ke ubun-ubun. Agar sensasinya lebih mantap, jangan lupa mengalirkan teh tarik panas sebagai penghantar lelehan Mie Lendir menggapai rongga perut untuk menyempurnakan pagi sebelum berkegiatan. Saleum [oli3ve].


#TBIGath1: Bertemu, Tertawa lalu Curhat

$
0
0

Pernahkah terbayang cangkang telur yang biasanya dibuang setelah isinya dikeluarkan untuk dibuat telur dadar, campuran kue dan sebagainya dapat disulap menjadi pernak-pernik yang cantik bahkan menjadi wadah untuk cincin berlian? Bagaimana mengosongkan telur agar cangkangnya tak rusak? Sepertinya pikiran itulah yang berkeliaran di kepala Adlienz siang itu. Ia terpaku di ujung meja. Badannya sebentar dilipat sebentar tegak. Daun matanya selang-seling membelalak lalu memicing, sesekali dikucek dari balik kaca mata yang kadang melorot.

atrasina adlina, travel bloggers indonesia

Adlienz yang katanya kalem (dok. Taufan Gio)

Berada di ruang semi terbuka dengan perut penuh selepas diisi makan siang, dibuai semilir angin membuat mata sedikit susah untuk diajak berkonsentrasi. Adlienz tak sendiri, beberapa pasang mata yang duduk bersama di ruang itu mulai menunjukkan gejala yang sama hingga keajaiban terjadi. Sebutir telur ayam yang bergerak-gerak di depan matanya, dikeluarkan isinya; membuat dirinya terjaga. Telur yang sama yang menyegarkan dan menarik perhatian mata-mata yang terkantuk untuk mendekat dan mengerubungi meja tempat Adlienz menemukan pemandangan yang menyenangkan.

travel bloggers indonesia, tbi gathering

Belajar bersama Lita Jonathans di kelas telur

Kulit telur mungkin tidak ada artinya buat sebagian besar orang. Namun di tangan Lita Jonathans, kulit telur bisa disulap menjadi barang bernilai tinggi yang dilirik oleh pasar luar negeri. Siang itu, di tengah ruang yang dijaga oleh Gatot Kaca, yang lantainya dimeriahkan kupu-kupu dari F. Widyanto; sekumpulan pejalan berkumpul untuk belajar Teknik Dasar Menghias Kulit Telur. Kegiatan siang yang dibawakan oleh Lita Jonathans mendadak riuh dengan candaan seputar telur. Dari kisah mbah dukun sakti yang banyak dicari orang ke pasar kembang hingga cerita pencarian telur busuk mewarnai kegiatan gathering Travel Bloggers Indonesia (TBI) yang digelar di Vila La Lita, Gunung Bunder, Bogor pada 29 – 30 Agustus lalu.

travel bloggers indonesia, tbi gathering

Lita Jonathans menunjukkan cara melubangi telur dengan paku kepada Nugie dan Kk Sinyo

Komunitas adalah sekumpulan orang dengan passion yang seiring dan visi yang sejalan, saling mendukung, saling melengkapi, dan bergandengan tangan untuk melakukan suatu kegiatan demi menggapai tujuan yang diimpikan. Keluarga adalah komunitas terkecil dalam masyarakat. Berangkat dari pengertian ini, #TBIGath1 menjadi ajang kumpul-kumpul resmi pertama yang diadakan oleh komunitas TBI yang anggotanya senang sekali berbagi di grup WhatsApp (WA) dan sesekali berbalas komentar di blog serta media sosial lainnya lalu janjian menumpang kopi darat saat diundang ke kegiatan orang lain.

Tak mudah untuk mengumpulkan pejalan yang tersebar di beberapa kota dan memiliki jadwal jalan yang padat di satu tempat dalam satu kesempatan. Bersyukur 1/3 anggota komunitas TBI yang sengaja datang dari Singapura, Semarang, Yogyakarta, Bandung, Bekasi, Depok, Jakarta, Tangerang dan Bogor dapat berkumpul di Stasiun Bogor pada Sabtu pagi (29/08/2015) lalu.

travel bloggers indonesia, tbi gathering, vila la lita

Bermain tebak-tebakan

Setiap keluarga memiliki kisah dramanya sendiri karena rentetan drama adalah bagian dari proses dalam membangun keluarga yang harmonis. Ada keluarga harmonis luar dalam, ada yang di depan publik pura-pura harmonis tapi di belakang gontok-gontokan, ada keluarga yang sukanya mengiri pada keluarga tetangga, ada keluarga yang senangnya saingan sama tetangga dan sebagainya. Sebagai satu keluarga, komunitas TBI pun tak lepas dari drama yang hanya dimengerti oleh pejalan dalam keluarga ini yang lebih sering berinteraksi di dunia maya sehingga diragukan kekaribannya di dunia nyata. Benarkah demikian?

travel bloggers indonesia, tbi gathering, vila la lita

Kk Bobby berbagi ilmu mengukur koteka yang benar ;)

Karena perjalanan adalah sebuah episode drama, #TBIGath1 pun tak lepas dari drama. Danan Wahyu yang suka jalan-jalan cuap-cuap dan sudah siap berjalan-jalan sembari bercuap-cuap di Bogor, harus rela melewati malam minggu sendiri karena kameranya ditelan ikan kerapu saat liburan di Anambas (drama habis kan?) dan mendadak jurig malam di Batam. Albert Ghana yang usai melewatkan liburan panjang bersama keluarga di rumah terpaksa merelakan tiket terbangnya hangus karena ban mobil bapaknya kempes di saat waktunya mepet untuk berlari mengejar penerbangan di tengah perjalanan menuju bandara Supadio, Pontianak. Lalu, Eka Situmorang-Sir yang sore harinya menyusul ke Gunung Bunder bersama keluarga kecilnya terpaksa putar balik kembali turun ke Jakarta karena kehilangan arah saat menuju lokasi dan tak satu pun yang menjawab panggilannya karena #TBIGath1 memang sengaja menyepi di wilayah yang tak dijangkau sinyal.

travel bloggers indoesia, tbi gathering

Melihat ekspresinya, coba tebak mereka lagi gosipin apa? (dok. Firsta)

travel bloggers indonesia. villa la lita, tbi gathering

Usai tertawa, lalu diam dengerin pengakuan kk Badai, terlaluuu (dok. Firsta)

Setelah mengadakan #TBIShare pada Februari lalu, #TBIGath1 memang dikhususkan untuk berkumpul dan menggelar piknik keluarga TBI. Bertemu muka, bertegur sapa dan berbagi pelukan di dunia nyata. Ada banyak cerita yang terangkai ketika 20 travel blogger kece yang biasanya tak lepas dari gawai berkumpul di satu tempat, mengisi malam minggu dan melewatkan waktu bersama tanpa gangguan bunyi notifikasi dan nada panggil dari telepon pintar karena berada di wilayah fakir sinyal. Tentu tak semua dapat dibagikan melintasi pagar rumah karena kami ingin ada bagian yang hanya untuk kami nikmati bersama di dalam keluarga.

Sebagai pejalan, kami sadar memiliki keterbatasan dan belum banyak berkontribusi untuk kemajuan pariwisata negeri yang sangat kami cintai ini. Tapi, setidaknya kami mau dan berani melangkah keluar dari kenyamanan berinteraksi sebatas di grup WA dan media sosial. Bertatap muka, saling berbagi senyum, berbagi pelukan, bermain teka-teki, bercanda dan tertawa sampai terkencing-kencing, dan yang sedikit serius belajar ilmu dasar SEO. Tentu, kami pun tak lupa untuk makan, makan dan makan, bermain dengan binatang peliharaan, jalan-jalan di hutan serta curhat hingga jelang pagi demi saling memahami apa yang ada di dalam pikiran dan hati setiap anggota keluarga.

vila la lita, tbi gathering, gunung bunder

Kk Tracy dan Kk Badai sedang berkeliling mencari telur

Sampai di sini saya bingung, tulisannya mengarah kemana ya? Kalau yang menulis saja bingung, apalagi yang membacanya? Mari kembali ke telur-telur yang menarik perhatian di atas.

Anggota komunitas TBI adalah cangkang telur yang tadinya berdiri sendiri dan telah mengalami benturan di sana-sini. Ada yang berbentuk telur burung puyuh, telur ayam, telur bebek pun telur burung unta. Setiap cangkang telur dihiasi dengan perjalanan yang penuh warna, serta minat yang beraneka ragam dari pemiliknya. Ada yang mengukir perjalanannya dengan menyelami lautan, mengejar senja, gemar mengembara hingga ke pelosok, mencicipi makanan segala rasa, bahkan ada yang tak bosan mencari kuburan. Telur-telur yang telah berdandan melalui pengalaman berjalan masing-masing ini dikumpulkan dalam satu wadah, untuk saling melengkapi dan membentuk harmonisasi perjalanan.

vila la lita, travel bloggers indonesia. tbi gathering

Manis sekali ya kk Titi, kk Bobby, kk Leo, Nugie dan Kuman eh Ridwan ambil makannya nggak berebut (dok. Firsta)

Sebelum menjadi hiasan yang dipajang dan bernilai tinggi setiap telur akan dikosongkan, dibersihkan, dikeringkan hingga benar-benar kering agar nanti tak busuk dan berulat, lalu diukir sesuai dengan keinginan pengukirnya. Untuk mengosongkan telur, paling tidak diperlukan perkakas dan perlengkapan berikut: pensil untuk menandai telur, paku atau bor kecil untuk melubangi telur, spuit untuk membersihkan cangkang, air cuka, air bersih, wadah untuk isi telur, mangkok untuk mencuci telur dan tentu saja telur yang siap dibor.

vila la lita, tbi gathering

Bayangkan cangkang telur yg pecah ini jika tak dihias, hanya akan dibuang ke tempat sampah.

Sebagai telur yang jauh dari sempurna, cangkang yang kami huni pun tak lepas dari benturan. Tapi kami berharap, kebersamaan yang terus dipupuk dan kesehatian yang terus dijalin akan mengeratkan persaudaraan di setiap liku perjalanan yang kami jumpai. Sebagai keluarga yang bertumbuh dalam kedewasaan, kami mencoba untuk terus menjaga sikap saling menghormati, percaya satu sama lain serta menghargai privacy masing-masing anggota keluarga. Tak ada larangan bagi anggota keluarga untuk menikmati berjalan sendiri dan beraktifitas di luar pagar rumah, sesenang saat kami piknik keluarga dimana kami dapat berbagi serunya perjalanan yang telah dilalui.

taman nasinal halimun salak, travel bloggers indonesia

Tes henpon sponsor ;)

curug cigamea, travel bloggers indonesia, tbi gathering

Sepertiga telur yang berada dalam cangkang TBI (dok. Wira Nurmansyah)

Tulisan ini dibuat jelang 3 (tiga) tahun menjadi keluarga TBI (sebelumnya ITB). Terima kasih kakak-kakak yang selalu mencerahkan hari-hari padat dengan candaan di grup WA yang sangat gampang dialihkan perhatiannya. Meski ada riak-riak, setahun ini adalah masa yang sangat menyenangkan dalam menjalin persahabatan unik yang semakin meyakinkan hati betapa berharganya kesehatian dan kebersamaan ketika menghadapi benturan. Yuk bersama selalu bergandengan tangan, berangkulan dan saling mendukung di tiap perjalanan menyusuri tanah air sesuai misi yang diemban Home Heart Indonesia. Saleum [oli3ve].


Viewing all 398 articles
Browse latest View live